"Aku takut, sangat takut..."
.
.Mereka makan bersama di ruangan Jungkook, Namjoon menghidupkan suasana dengan berkata.
"Ohh iyaa, tadi Yoongi bilang dengan muka sangarnya 'cepatlah sembuh dan jangan menyusahkan orang lain' holang swag"
"Jinjja? Yoongi hyung sungguh mengatakannya?" Jungkook kegirangan.
"Bukankah reaksimu berlebihan?" Jimin membuka suaranya.
"Jinjja? Ku rasa aku tidak berlebihan, mungkin karena semenjak yeoja itu jadi pacarnya. Dia kurang memperhatikanku" Jungkook tampak kecewa.
"Jinjja?jinjja? Ada apa denganmu heh?" Taehyung mengangkat piringnya.
"Sejak kapan kau disini?" Jin menanyakan hal yang serius.
"Ohh, sejak aku pingsan di jalan. Saat aku bangun aku disini, Yoongi hyung bahkan belum datang sekalipun" Jungkook pusing.
"Jangan pedulikan si Min Yoongi itu, dia juga pasti mengkhawatirkanmu kau pasti tau dia bukan tipe orang yang dengan mudah menunjukkan ketulusannya" Namjoon menenangkan Jungkook.
"Yaa, aku benar-benar tau dia" Jungkook murung.
"Salah satu dari kalian temani aku disini, yang lainnya membantu Yoongi hyung" Jungkook dengan santai.
"Dasar kelinci" Jin geram melihat tingkah laku Jungkook.
"Jangan temani Jungkook. Berat, biar aku saja" Jimin mengajukan dirinya.
"..."
"Serah:))" Hoseok hanya bisa senyum.
"Hee, penyakitmu cukup parah. Bagimana ini? Kenapa kau tidak rutin makan?" Namjoon terlalu khawatir.
"Makan? Aku banyak makan akhir-akhir ini, kau mau aku antarkan makanan?" Taehyung menatap Jungkook.
"Heyy, kalau masalah makan kau harusnya tau harus menawari siapa" Ujar Jin angkuh.
"Tidakk, aku sedang sakit. Kalian harus memanjakan aku" ujar Jungkook terkekeh.
"Jaga dirimu" Jin mengelus kepalanya.
"Hyung bagaimana kalau tidak sembuh?" Jungkook murung.
"Apa yang kau katakan? Itu belum stadium akhir. Pasti sembuh!" Namjoon.
"B-benarkah? Oheheh, u-untung belum stadium akhir yaa" Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Wae? Kau takut? Keringatmu banyak" Hoseok mengusap keringat Jungkook.
"Hem, Im okay" Jungkook tersenyum.
Beberapa jam berlalu, kini hanya ada Jimin dan Jungkook.
"Ada apa? Cepat jujur padaku, kenapa tadi gagap saat menjawab lertanyaan Namjoon hyung" Jimin menginterogasi Jungkook.
"Aku hanya berpikir bagaimana kalau itu benar-benar terjadi, aku takut" Jungkook.
"Jangan takut, banyak orang bilang kau tak perlu takut pada apapun jika banyak orang disampingmu" Jimin.
"Aku cuma punya kalian, apa lagi?" Jungkook.
"Nasibmu masih lebih baik dibanding, seseorang yang tak memiliki seorang pun dalam hidupnya" Jimin.
.
."Terimakasih sudah mengantarku hyung" Namjoon berterima kasih.
"Iyaa, aku mau pulang dulu yahh. Dadahh" Jin melambaikan tangannya.
Namjoon melepaskan senyumannya.
"Ahhh, besok akan sangat melelahkan" Namjoon pemanasan.
Jin membawa mobil itu dengan laju normal, dia melihat seseorang. Seorang yeoja mondar-mandir, dia menghentikan mobil Jin.
"Ada apa?" Jin membuka jendela dan bertanya.
"Sebenarnya aku tersesat disini, tak ada kendaraan yang lewat daritadi. Maukah kau menolongku?" Yeoja itu memohon.
"Nee, naiklah sepertinya akan hujan" Jin menutup jendela mobilnya.
Yeoja itu kini duduk disampingnya
"Ahh, akhirnya duduk juga. Khamsamida maaf menghentikanmu".
"Tidak papa, kau mau kemana?" Jin bertanya.
"Antar saja aku kesini" yeoja itu menunjuk GPS di mobil Jin.
"Baiklah, namamu siapa?" Jin bertanya selagi mengemudi.
"Aku? Kang Seorim:) panggil saja Seorim" Seorim tersenyum lebar.
"Seorim? Aku Kim Seokjin, panggil saja Jin" Jin masih fokus.
"Iyaaa, tentu saja" Seorim tersenyum.
.
."Arghhh, si kelinci bodoh itu kenapa hanya memilih Jimin. Dia kira aku tidak khawatir juga" Taehyung menendang kaleng cola di jalan.
Bugh!
"Sekya! Siapa yang menendang kaleng ini?"
'Sial, aku kenain kepala yeoja itu ottoke???' Taehyung refleks sembunyi dibalik dinding.
"Aku sudah melihatmu, cepat kemari sebelum aku menarik kerah bajumu dengan kasar!" Yeoja itu membentak.
"Iyaa iyaa, mianhae bisakah kau tidak usah seheboh itu?" Taehyung mengangkat tangannya.
"Bisakah kau tidak usah sembunyi setelah melempar ini ke kepala seorang manusia?" Yeoja itu mengelus kepalanya.
"Ada apa? Kepalamu lebam?" Taehyung mengelus rambut yeoja itu untuk mencari lukanya.
"Yash! Siapa yang mengizinkanmu menyentuh kepalaku hah?! Mesum!" Yeoja itu terus berargumen. Dia mencengkeram tangan Taehyung hingga kebelakang tubuhnya.
"Yashh, ini sungguh sakit. Aku bukan orang mesum!" Karena Taehyung seorang namja walaupun sakit dia bisa mengalahkan yeoja itu.
Taehyung menempelkannya ke dinding
"Heyy, kalau kau tak mau aku cium lebih baik jangan berteriak!" Taehyung kesal.
"Justru kau yang teriak teriak bedebah, jauhkan dirimu dariku!" Yeoja itu memberontak.
"Tunggu, kau yeoja yang akan melakukan pencurian di supermarket waktu itu kann? Aku menyelamatkanmu" Taehyung.
"Mwo? A-pa yang kau katakan. Aku tak pernah mencuri disana, kita tak pernah bertemu!" Yeoja itu masih meberontak.
"Mengaku atau aku cium" Taehyung.
"Yashh, lancang sekali kau!" Yeoja itu padam dengan suasana ini.
Taehyung mendekatkan wajahnya pada yeoja itu.
"Yashhhh, berhentiii. Iya iyaa aku melakukannya"
Kini taehyung menjauhkan wajahnya.
"Ahh jinjja? Kau tak mau aku cium? Kalau begiu beri tau namamu dan kau akan aku lepas"
"Sekya, namaku Shin Hyojae. Sekarang lepas" Hyojae merasa lebih bebas saat Taehyung melepaskannya.
"Heyy aku Kim Taehyung, panggil saja Tae" Taehyung berteriak seiring kepergian Hyojae.
"Aku tidak tanya, dan demi Tuhan aku tak ingin bertemu kau lagi orang mesum!" Hyojae berlari.
Taehyung tersenyum
"Hahah jinjja. Kalau kau tak mau bertemu denganku, aku akan tetap menemuimu"
.
.
Tbc...