20. Cause You My Euphoria

138 13 0
                                    

"Jimin, kenapa kau lakukan ini padaku?"

Jimin membuka matanya namun disekelilingnya hanya ada air. Jimin seolah berada didalam air tanpa dasar, ia mencoba berenang ke atas tapi entah kenapa ia tak pernah sampai ke atas.

"Jimin, kenapa kau lakukan ini padaku?"

"H-hyung?"

Jimin mencari-cari suara itu, namun ia sudah tak bisa bernafas lagi. Jimin membuka mulutnya dan menghembuskan nafas terakhirnya dalam air aneh itu.

Namun berikutnya ia berada disebuah tempat asing, nuansanya putih dengan 2 kasur disana.

"Jimin, bagaimana kalau Jimin?" Tanya seseorang yang sepertinya itu suara seorang yeoja.

"Jimin? Kedengarannya bagus, semoga dia tumbuh menjadi anak yang baik dan ceria" ujar seseorang yang terdengar seperti namja itu.

"Siapa?" Gumam Jimin sambil melihat kearah depan. Dia terduduk dikasur sambil menyaksikan dua orang yang sedang menamai anaknya.

"Jimin, apa kau suka nama yang eomma berikan padamu?" Ujar yeoja itu sambil mencium Jimin kecilnya.

"E-eomma?" Jimin bingung sendiri dibuatnya, bagaimana bisa ia disini menyaksikan seseorang yang sepertinya eomma nya?.

Kejadian aneh mulai terjadi, saat hari menjelang malam seseorang memasuki rumah eomma Jimin dan membawa Jimin pergi begitu saja. Tentu saja eomma Jimin melawan agar anaknya di kembalikan namun naas dia mati ditikam seseorang yang menculik Jimin.

Appa nya juga ingin membantu tapi ternyata orang itu tidak sendirian. Nasib appa Jimin tak jauh beda dengan eomma nya yaitu mati ditikam.

Saat penculik itu membuka topengnya betapa terkejutnya Jimin.

"Eomma?" Lirih Jimin sambil melihat wajah si pencuri.

"Jadi selama ini aku diculik dan diperlakukan tidak adil?" Tanya Jimin pada dirinya sendiri. Selanjutnya, Hoseok duduk di dekat air mancur ditaman sambil menangis.

Namun, saat sedang menangis Hoseok melihat seseorang dibawah bangku taman.

"Jangan begini Hoseok. Ada yang lebih menderita daripada kau. Cobalah bersyukur dan cintai dirimu sendiri" gumamnya dan kemudian.

Selanjutnya, hari yang tak bisa Jimin lupakan baru saja ia saksikan di hadapannya. Hari dimana ia bertemu Hoseok dibawah bangku taman.

"Hyung" lirih Jimin berlinang air mata melihat reka ulang kejadian yang sangat ia hormati sampai saat ini.

Namun,

"Eomma, aku ingin menjadi lebih baik tanpamu. Tapi sangat sulit melakukannya eomma, aku tak punya keberanian bahkan untuk melihat hari esok tanpamu disini. Eomma, kenapa kau meninggalkanku saat itu? Apa karena aku berisik? Aku janji aku akan jadi lebih pendiam jika kau kembali dan menatapku sekali saja. Eomma, selama ini kau selalu menyanyangiku, mengajarkanku untuk berpikir positif, untuk selalu tersenyum sebesar apapun masalahku. Aku ingin berterima kasih berkat kau aku selalu hidup dengan pikiran-pikiran itu. Tapi eomma, ini benar-benar berat tanpamu disini. Aku sangat menderita eomma, kenapa kau meninggalkanku? Sekarang untuk bernafas semakin sulit, seseorang yang ku sayangi sekali lagi meninggalkanku, dia pergi juga seperti eomma. Aku tau, walaupun kalian pergi aku masih mempunyai sahabat yang sangat kusayangi. Namun aku tak mau ditinggalkan lagi eomma, sudah sangat sulit bahkan untuk berdiri. Sangat sulit untuk menggerakkan tanganku, sangat sulit untuk bercerita lebih jauh lagi eomma. Aku takut ditinggalkan lagi eomma, aku sangat takut. Aku mau bersembunyi dibalik lukaku, tapi aku selalu tidak bisa eomma. Aku tidak bisa" Hoseok menangis tersedu-sedu sambil meremas kepalanya, sesekali ia berteriak dan terbatuk. Pikirannya hancur. Setelah mengucapkan kalimat itu Hoseok meminum paksa semua obat yang ada ditangannya.

"Hyung, jika kau sesulit itu kenapa kau tak ceritakan semuanya padaku? Jika aku tau sedikit lebih awal, apapun yang terjadi aku tak akan meninggalkanmu. Meskipun sudah waktunya aku mati, tak akan ku biarkan kau menderita" ujar Jimin ikut menangis.

"Jimin kau kenapa?" Tanya seseorang baru saja duduk di kasur dihadapan Jimin.

"Aku, menyesal" ujar Jimin belum melihat lawan bicaranya.

"Apa yang kau sesali?" Tanyanya lagi.

"Aku bodoh, bahkan untuk mati pun aku tidak pantas. Aku benar-benar membuat orang yang ku sayangi menderita" tangisnya.

"Jiminie itu bukan salahmu, sudah takdirnya begitu" kini seseorang itu duduk disamping Jimin dan mengelus pundaknya.

"H-hyung?" Ujar Jimin mendapati Hoseok disampingnya.

"Ini aku Jiminie" ujar Hoseok. Jimin memeluk Hoseok gembira.

"Hyung maafkan aku, aku benar-benar minta maaf" ujar Jimin.

"Tidak papa Jimin, sama sepertimu aku baru menyadari satu hal"

"Apa itu?"

"Harusnya aku tidak mati, harusnya kau tidak mati. Kita punya orang lain yang menyanyangi kita, dan kita baru menyadarinya saat kita mati. Itu membuat ku sesak saat melihatmu disini Jimin, bagaimana nasib mereka yang menyanyangi kita?" Tanya Hoseok.

"Didunia hanya tinggal Jin hyung dan Taehyungie, bagaimana kalau mereka tidak bisa bertahan? Bagaimana kalau mereka juga melakukan hal bodoh seperti kita Hyung?" Tanya Jimin mulai memikirkan Taehyung dan Jin.

"Aku sudah bertemu Yoongi hyung, Namjoon, dan Jungkookie. Mereka juga masih larut dalam penyesalan, kita sudah terlanjur berbuat bodoh"

"Aku harap semua kenyataan ini palsu dan ini hanya mimpi yang akan berakhir saat aku membuka mataku" ujar Jimin.

.

Lagi-lagi Jin dan Taehyung menggunakan pakaian serba hitam itu. Menatap kosong ke arah sebuah makam peninggalan Jimin. Jimin dimakamkan tepat disebelah teman-teman mereka yang lain.

Taehyung menangis dalam diam sedangkan Jin membantunya berdiri padahal dia sendiri juga tak sanggup dengan kenyataan ini.

"H-hyung kurasa kita tinggal menunggu waktu milik kita" lirih Taehyung.

"Jangan bicara seperti itu Taehyung" Jin hanya bisa memeluk Taehyung dan mengusap kepalanya lembut. Tak ada yang bisa ia katakan lagi.

"Taehyung, apa kau akan meninggalkan hyung?" Tanya Jin. Taehyung menggeleng.

"Kalau begitu kau harus tetap hidup, kali ini hyung tak akan membiarkanmu sendirian. Disaat rasa rindumu pada teman-teman datang, temui hyung oke? Disaat kau merasa sendirian, temui hyung" ujar Jin yang hanya dibalas anggukkan oleh Taehyung.

"Hyung, kenapa mereka lakukan ini? Kenapa kita hancur begini?" Tanya Taehyung.

"Hyung tidak tau Tae, tapi pastinya ini bukan sesuatu yang kita harapkan. Sekarang hyung hanya memilikimu, walaupun aku bukan Namjoon yang bisa selalu dekat denganmu tapi bukankah kita tetap teman? Tolong anggaplah keberadaanku" lirih Jin.

"Tidak hyung, aku selalu memperlakukan kalian sama semua walaupun memang aku lebih dekat dengan namjoon hyung. Sulit menceritakan semua yang terjadi ke semuanya. Maafkan aku jika hyung merasa begitu" ujar Taehyung.

"Tak apa-apa, tak perlu minta maaf"

"Hyung"

"Yaa?"

"Jika Tuhan memberi kita kesempatan untuk memutar balikkan waktu. Ayo kita pergi ke pantai itu sekali lagi, tempat kita meluapkan semua kesenangan kita" ujar Taehyung.

"Iyaa, aku juga berdoa begitu. Bagaimana kalau setelah ujian kelulusan hyung kita pergi ke sana?"

Taehyung hanya mengangguk mengiyakan.

"Jangan lupa masih ada orang di sampingmu yaa, jangan pendam sendiri" kata Jin lagi.

.

Tbc

Without You - BTS [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang