"Kalau waktu bisa diulang itu adalah suatu keajaiban..."
.
.Namjoon berjalan sambil bersiul dengan pelan, siulannya terhenti saat dia dapati adegan perkelahian dihadapannya.
"Maafkan aku huhuhu" perkelahian antara seorang namja dan yeoja .
"Memangnya aku bisa apa jika hanya ini yang kau berikan untukku hah?!" Namja mulai menamparnya.
Kondisi ini tak bisa membuat Namjoon diam saja, dia berlari ke arah sana dan menghentikan perkelahian mereka.
"Heyyy, apa yang kau lakukan huh?" Namjoon menahan tangan namja itu, sedangkan yeoja dibelakangnya terus terisak.
"Apa urusanmu bocah! Menyingkir kau!"
Setelah berkelahi dengan Namjoon, pria tadi pergi dengan luka lebam dimana-mana. Begitu juga dengan Namjoon.
"Awas kau lain kali" dan dia pergi.
Namjoon terduduk sambil memegangi luka lebamnya.
"Kau tidak apa apa? Seharusnya tadi kau tidak terlibat" yeoja itu masih terisak.
"Tidak papa, mana bisa aku hanya diam dan menyaksikan hal begitu" Namjoon mengusap darah dimulutnya.
"Ayo masuklah, aku akan mengobati lukamu"
Namjoon masuk kedalam rumah yeoja itu, rumahnya tidak terlalu besar namun cukup nyaman.
"Arghh" Namjoon menggerang saat yeoja itu mengoleskan balsem di lukanya.
"Tahanlah" yeoja itu masih dengan aktifitasnya.
"Gomawo" Mamjoon berkata begitu setelah selesai diobati.
"Mwo? Aku yang harusnya berterima kasih" yeoja itu tampak sangat berterima kasih pada Namjoon.
"Siapa namamu?" Namjoon bertanya berusaha memecahkan keheningan yang terjadi.
"Aku? Joon Jaera, dan kau?" Jaera bertanya kepada Namjoon.
"Ohh, aku kim Mamjoon. Tunggu, bukankah kau si gadis yang membagikan brosur?"
"Iyaa, ohhh. Apa kau yang membantuku mengutip brosur-brosur itu?" Jaera semangat.
"Iyaa"
"Daebak kau menolongku dua kali"
"Ini hanya kebetulan" Namjoon tiba-tiba berdiri.
"Kau mau kemana?" Jaera menatap Namjoon.
"Aku mau kembali, ada seseorang yang harus aku temui"
"Ohh, terima kasih sekali lagi" Jaera membungkukkan badannya dan mengantar Namjoon ke pintu gerbang.
Namjoon berjalan ke apartemen Yoongi.
"Sial, luka ini sakit sekali"
Sesampainya di apartemen Yoongi, dia baru saja hendak memanggil Yoongi. Namun, seorang yeoja keluar dari apartemennya.
"Uh-uhh, annyeong" dia membungkukkan badannya dan pergi.
"Pacarnya?"
"Ohh, kau? Apa yang kau lakukan?" Yoongi terkejut dengan kehadiran Namjoon.
"Tidak sedang bersama pacar yaa" Namjoon mengintimidasi.
"Masuklah" Yoongi memasang wajah datarnya.
Namjoon masuk ke dalam apartemen Yoongi, begitu rapi seingatnya. Namun kini tidak, apa yang barusan tadi benar benar seorang yeoja? Bagaimana dia tahan dengan keadaan begini?.
"Bagaimana dia?" Yoongi menyenderkan teh dihadapan Namjoon.
"Kau tak usah berpura pura yoongi, mengapa kau harus berbohong?" Namjoon menyeduk tehnya.
"Jangan salah paham dulu, dia kembali mengantar chicken wings supaya aku berpikir jernih"
Namjoon terdiam
.
."Hoseok? Dimana Jimin?" Hyun Hanna, dia adalah seorang dancer ahli yang melatih Jimin dan Hoseok.
"Dia menemani teman kami yang sedang sakit" Hoseok masuk ke tempat Coreography mereka yang biasa.
"Tentang dance yang kau buat itu, haruskah kita berkolaborasi?" Hanna menatap Hoseok.
"Mwo? Tentu saja, kita harus mencobanya. Ajak Jimin untuk melengkapi" Hoseok mulai memeragakan beberapa gerakan.
"Sebenarnya, turnamen dance berpasangan akan dimulai. Aku ingin merekrut Jimin. Tapi sepertinya dia sibuk, jadi aku akan merekrutmu. Bagaimana?" Hanna nampak meyakinkan Hoseok.
"Baiklah, aku akan menyesuaikan dance ini denganmu. Akan ku beri skill mu didalamnya" Hoseok mulai bersemangat.
"Kau sudah makan?"
"Apa? Ahh, aku sudah makan" Hoseok memegang perutnya yang kenyang.
"Jinjja? Aku benar-benar lapar" Hanna memegang perut kecilnya.
Hanna menggunakan baju belah perut, Hoseok secara tiba-tiba menjadi salah fokus. Hoseok juga manusia:)
"Hanna, kau mau keluar begitu?" Hoseok tampak tak yakin.
"Iyaa, aku lupa bawa jaketku. Tidak papa kan?"
Hoseok mengambil sweater hitam miliknya dan diserahkan pada Hanna.
"Pakailah, aku akan menunggumu diluar" Hoseok mulai melangkah keluar.
Setelah memakai sweater milik Hoseok mereka menuju ke restoran junkfood. Hoseok menarik tangan Hanna yang terus maju membayangkan junkfood yang nikmat itu.
"Ahh, tunggu. Junkfood? Sebentar lagi kita akan latihan dance" Hoseok memasang ekspresi yang tak bisa dijelaskan. Terkejut mungkin?.
"Wae? Itu tidak masalah. Ayo cepat" Hanna menarik tangan Hoseok kembali.
"Ahhh tidak tidak, kita tidak bisa makan junkfood. Kita ke warung nenek saja, disana menyediakan masakan rumahan" Hoseok menarik tangan Hanna.
"Aku mau junkfood" Hanna menarik tangan Hoseok kembali.
"Yashh yeoja ini, sudah dibilang kita akan dance sebentar lagi. Buaknkah kau gurunya disini huh?" Hoseok tampak kesal.
"Karena aku guru kau harus menurut Jung Hoseok" Hanna menunjuk-nunjuk hidung Hoseok.
"Mana ada guru pendek" Hoseok mulai.
"Yashh, emang hakikatnya yeoja itu lebih pendek dari namja bagaimana sihh kau ini. Ayoo junkfood"
Percuma saja berbicara dengan Hanna, isi otaknya hanya junkfood saja. Mau tak mau Hoseok menggendong yeoja itu menuju rumah makan nenek.
"Yaaa, punya tubuh kuat kau tidak boleh begini pda seorang yeoja" Hanna memukul-mukul dada Hoseok.
"Diam saja Hanna, mau ku lempar?" Hoseok .
"Jinjja" Hanna hanya memasang wajah cemberutnya.
.
."Hey Jungkook kenapa minta diantar kemari?" Jimin mendorong kursi roda Jungkook.
"Mau bertemu temanku, besok kau sudah boleh kembali. Besok sekolah kann" Jungkook melihat Jimin.
"Aku akan izin sampai kau sembuh"
"Tidak, aku tidak sendiri disini" Jungkook mencari-cari.
"Bodoh, jadi kau bisa menjelaskan keadaan tadi?" Jimin memukul kepala Jungkook.
"Yaa, hati-hati dengan tangan kecilmu. Kepala ku yang keras bisa menghancurkan jari kecilmu itu" Jungkook tersenyum puas.
"Jangan bawa-bawa jari, bukan mauku punya jari begini" Jimin mendengus kesal.
Ia hanya melaksanakan yang Jungkook katakan, dia seperti seorang budak. Tapi tentu saja bukan.
"Jungkook, lihat ini!"
"Siapa yeoja itu Jungkook?" Jimin bingung.
.
.Tbc..