Chapter 17 : I'll Love You

472 63 17
                                    

Warning!!!
Membaca part ini dapat menyebabkan efek senyum-senyum sendiri!
Hahahahh 😂
Happy reading all~

Hari-hari musim semi dihiasi dengan hujan dan angin yang bertiup dengan kencang. Merontokkan bunga sakura yang sedang bermekaran. Diriku dapat diibaratkan sebagai putri Aurora yang sedang menunggu pangeran tampannya datang menciumnya dan membangunkannya dari tidur yang amat panjang. Hanya bedanya aku sedang tidak tertidur, tapi rasa cintan yang ada di dalam dirikulah yang sedang tertidur. Setelah bertemu dengan Donghae, aku menelusuri kembali ingatan menyedihkanku. Di satu titik ketika semua ingatan itu datang secara tiba-tiba lalu membelenggu, aku merasa Donghae yang ku kira sebagai pangeran yang akan membangunkanku menghilang. Di dalam ruangan sempit yang penuh sesak itu aku menunggu.

Meskipun dia ada di luar pintu menunggu ku dengan senyuman termanisnya, entah kenapa aku tidak bisa beranjak juga. Aku merasa ada kotak besar yang terbuat dari kayu yang memasung kakiku, ketika tangan ini terangkat aku hanya mampu mengelus-elus udara. Tidak ada tangan Donghae yang menggapai dan meraih tanganku. Diriku ini adalah penyebabnya, penyebab belenggu ini hadir. Saat itu kami saling berhadapan. Rasanya seperti tengah bercermin, ketika aku merasa bahagia dia akan tersenyum padaku dan ketika aku merasa berduka dia akan menangis untukku. Seperti yang dilakukannya saat ini, bukannya pergi dia malah menangis tersedu-sedu. Isakannya yang halus itu tidak bisa tertutup oleh derasnya air hujan yang menghantam bumi.

Ku rasakan tangan Donghae menggenggam tanganku dari belakang, lalu sebelah tangannya meremas lengan ku dengan pelan. Dia menaruh kepalanya di bahuku lalu meneruskan tangisannya. Aku menyadarinya. Saat ini dia sedang memeriksa hatiku, bagaimana dan apa yang aku rasakan sebenarnya padanya. Tangannya yang terus naik menemukan gelang yang aku sembunyikan di lengan atasku. Gelang pemberian Donghae.

Dia tersenyum, aku bisa merasakannya. Hembusan napasnya yang menerpa tengkukku membuatku memejamkan mata. Bagaimana perasaanku saat ini? Aku tidak tahu. Merasakan dadanya yang bergetar di belakangku, aku bertanya pada diriku sendiri. Seberapa sakit hatinya? Ketika dia melihatku seperti ini. Ketika wanita yang dicintainya mendorongnya menjauh untuk pergi.

"Aku tahu kau tidak akan pernah bisa membuangnya!"

Aku menghela napas. Aku lupa, atau mungkin aku memang tidak bisa melupakannya. Sehingga gelang pemberiannya ini tidak bisa lepas dari pergelangan tanganku. Lalu aku memejamkan mataku lagi, membiarkan air mata menetes sekali lagi. Lalu menggeleng perlahan.

"Aku akan melepaskannya!" jawabku pelan sambil menahan tangis.

Aku mencoba melepaskan tangannya yang malah semakin mengerat di pergelangan tanganku. Beberapa kali aku mencoba melepaskan tangannya namun aku tetap tidak bisa.

"Jangan bohongi dirimu lagi Sera!"

Donghae berkata sangat lirih, suaranya mengecil menambah sesak yang kurasa. Aku menghentikan aksiku, lalu menjatuhkan tanganku yang berusaha melepaskan genggaman tangannya, dan mendesah pelan. Aku kembali menangis saat dengan perlahan Donghae melepaskan tangannya dan beralih memeluk pinggangku dari belakang.

"Jangan lepaskan aku, Sera!"

Tangisku pecah, aku meraung-raung di dalam pelukannya. Tangannya yang hangat menyadarkan semua pemikiran sesatku. Aroma tubuhnya yang menyeruak masuk ke dalam indera penciumanku, bagaikan setetes air di padang pasir yang begitu berharga. Setetes air yang mampu melepaskan dahaga. Aku sadar sekarang, aku tidak bisa hidup tanpa pria ini. Masih dalam tangisku aku mengelus permukaan tangannya yang melingkar erat di atas perutku. Donghae hanya diam, dia membiarkanku meluapkan semua perasaan yang membebani hati sambil sesekali menciumi pundakku.

"Aku mencintaimu Sera!"

Di depan ruangan yang terdapat salib besar di atas pintunya itu kami berdua saling berpelukan, menatap air hujan yang turun membasahi bumi sambil meluapkan seluruh emosi yang terpendam selama ini. Disana, aku sempat ragu apakah aku bisa membuka kembali lembaran baru dengannya, tapi ucapannya barusan yang terdengar begitu nyata dan telah memberiku kekuatan. Aku yakin. Aku bisa hidup lagi dengan seluruh cinta yang diberikannya untukku.

Healing Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang