Chapter 21 : Pregnant

822 68 27
                                    

D-5

Hamil. Kata-kata itu sudah memenuhi seluruh ruangan di otakku sejak pagi-pagi buta, Donghae yang ku bangunkan sejak tiga jam lalu menatap kosong ke arahku, matanya yang mengerjap-ngerjap seolah tidak percaya dengan alat tes kehamilan yang ada di tangannya.

Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Di luar jendela kamar ini, angin bertiup membuat jendela berderit. Tampaknya angin bertiup dengan kencang. Di luar sana pohon platanus sedang menari-narikan dahannya. Aku berpikir, setelah cukup lama menganalisa ekspresi Donghae. Sepertinya dia tidak menyukai ini, mungkin dia takut pada Ayah dan Ibuku atau kedua orang tuanya sendiri. Dulu hal seperti inilah yang di inginkannya, dengan begitu dia bisa menikahiku secepatnya tanpa harus meminta izin keluarga. Bedanya saat ini, kami akan menikah dan aku hamil, tentu saja ini akan menjadi masalah karena mereka mungkin akan membunuh Donghae sebelum dia berhasil menikahiku.

"Jangan katakan pada siapapun. Jika Ayah dan Ibumu tahu, aku bisa mati!" Donghae mengatakan itu dengan nada menggebu-gebu, tangannya juga ikut terkepal menggenggam erat alat tes kehamilan. Lalu dia menghentikan langkahnya yang semula berlajan bolak-balik di tempat.

"Aku mual-mual beberapa hari ini, kau pikir orang-orang tidak akan tahu?" balasku kesal, lalu menarik alat itu dari tangan Donghae.

"Lalu apa maumu? Kita bicara pada Ayah dan Ibumu begitu? Atau kepada kedua orang tuaku? Atau pada Bibimu?"

"Katakan pada mereka!" jawabku asal.

"Yakkkk Yoon Sera!!"

Donghae menarik rambutnya, setelah itu menarik napas panjang. Dia membuka matanya lebar-lebar dan kembali meraih alat yang sudah ku pegang, melangkahkan kakinya ke arah jendela dan membukanya.

"Apa yang kau lakukan?"

Dia menghela napasnya pelan lalu dengan sekali lemparan membuang alat itu ke luar sana. Aku membelalakkan mataku tidak percaya, lalu menghampirinya yang tampak menyunggingkan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Apa kau pikir dengan begitu aku tidak akan mengatakan pada Ibu dan Ayahku tentang ini?"

Donghae membalikkan badannya, lalu menatapku dengan senyum mengembang sempurna di wajahnya. Apa ini? Apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya? Melihatnya yang berjalan mendekat ke arahku, aku merasa seperti ada angin dingin yang langsung menerpa tubuhku. Auranya begitu kuat sampai kakiku terasa lemas.

"Kita rahasiakan ini sampai acara pernikahan selesai!" ucapnya sambil meraih kedua pundakku dan meremasnya pelan.

"Bagaimana bi... Uuuuweeeekkkk!!!"

Aku berlari ke kamar mandi meninggalkan Donghae yang tengah mengurut keningnya, jika aku seperti ini terus semua orang akan tahu aku hamil. Bagaimana bisa merahasiakannya?

Uuuweekkkk!!!

SIAL! Aku sampai lemas dibuatnya karena harus mengeluarkan isi perutku yang masih kosong ini. Aku belum makan tapi aku harus mengeluarkannya, rasa pahit yang menguasai mulutku ini benar-benar menyiksa. Kurasakan tangan lembut Donghae perlahan menyentuh punggungku dan mengelusnya dengan pelan lalu sebelah tangannya memberikan selembar tissue padaku.

"Apa kau mau ke dokter?" tanyanya pelan.

Nada bicaranya juga sudah berubah, tidak ada penekanan yang membuatku takut. Hanya ada suaranya yang lembut dan juga tangannya yang kini membelai puncak kepalaku pelan. Aku menggelengkan kepalaku lalu memeluk tubuhnya, semula dia terkejut namun akhirnya dia juga ikut merengkuh tubuhku dan kembali mengelus punggungku pelan.

"Maafkan aku Sera, aku bingung harus berbuat apa."

Aku mengerti. Semua ini terlalu tiba-tiba dan diluar dugaan kami, jadi wajar saja jika Donghae bingung. Apalagi keadaan kami saat ini yang sebentar lagi akan menikah, sampai ke tahap ini sangatlah sulit bagi kami berdua. Jika sampai kedua orang tua kami tahu itu akan mempersulit dirinya, meskipun restu mereka berdua sudah ada di tangan kami tetap saja ini tidaklah benar.

Healing Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang