005

1.4K 241 32
                                    

"Kapan Mamah pulang?" Tanya Vernon ketika sudah duduk di hadapan Ibunya di rumah Umji. Ibunda Vernon hanya diam membuang muka pada anaknya itu.

"Mah... aku minta maaf," mohon Vernon untuk ke sekian kalinya. Umji hanya diam dan duduk di samping Ibunda Vernon yang masih kesal dengan putranya. Sofia pun ikut duduk di samping kanan Umji. Ia sama seperti ibunya. Hanya memalingkan wajah tak mau melihat sang kakak.

"Ji? Tolong dong, minta mereka pulang ke rumah," ucap Vernon kini menatap Umji. Umji hanya mengangguk lalu berbicara pada Nyonya Chwe seperti pengantar surat dalam jarak dekat.

"Mah... Vernon mau Mamah pulang," ucap Umji menatap Ibunda Vernon di sampingnya. Ibunda Vernon diam dan menggeleng.

"Bilang ke Vernon. Ada syaratnya," ucap Ibunda Vernon. Umji pun menatap Vernon, "ada syaratnya."

"Apa syaratnya?" Tanya Vernon menatap Umji. Umji kembali bertanya pada Nyonya Chwe.

"Yakin bisa menuhin syaratnya?" Tanya Nyonya Chwe masih memalingkan wajahnya dari putranya.

"Yakin!" Ucap Vernon dengan tegas. Nyonya Chwe pun menatap Vernon yang berada di hadapannya.

"Ada dua syarat," ucap Nyonya Chwe seraya menunjukkan angka 2 pada jarinya.

"Apa?" Tanya Vernon pada Ibundanya.

"Pertama, Mamah mau kamu ceraikan Hana."

Mata Vernon seketika membulat lebar. Ia siap untuk marah sekarang. Persyaratan itu terlalu mustahil di lakukan. Ia sangat mencintai Hana dan ia tak mau pisah darinya.

"Tapi Mah... "

"Kedua, Mamah mau kamu nikahin Umji," ucap Nyonya Chwe tampaknya membuat Vernon dan Umji mati terkejut. Jantung Umji serasa akan jatuh tadi ketika mendengar persyaratan kedua yang di sampaikan oleh Nyonya Chwe.

"Tapi Mah... "

"Kamu harus bertanggung jawab. Kamu yang gagalin nikahan kamu waktu itu sama Umji. Sekarang dia jadi susah dapet pria karena catatan suram masa lalunya. Dan itu karena kamu. Kamu harus bertanggung jawab," lagi-lagi Nyonya Chwe memotong perkataan Vernon. Vernon terbelalak terkejut. Ia tak pernah menyangka persyaratan yang di berikan oleh Ibunya akan serumit ini.

"Mah, ganti persyaratannya," ucap Vernon memohon lagi. Umji tahu, Vernon memang tak akan pernah bisa mencintainya. Dan jika memang Vernon terus di paksa, ia yang akan menolak. Ia tak mau menikah dengan Vernon yang tak pernah bisa untuk mencintainya.

"Ga. Sekarang Mamah tanya, kamu lebih mentingin Hana atau Mamah??" Tanya Ibunda Vernon seraya menunjuk dirinya. Vernon benci pertanyaan itu. Apa ia harus di sekelilingi oleh pertanyaan rumit juga masalah sulit seperti ini?

"Aku ga bisa milih."

"Ohh, sekarang Mamah ada duanya yah. Mamah kira Mamah selalu yang pertama buat kamu," ucap Ibunda Vernon kembali membuang muka. Vernon menganga terkejut, ternyata ia salah jawab. Ia pun mengacak-acak kasar rambutnya. Sangat terlihat ia sedang pusing dengan semua yang terjadi sekarang.

"Mah... tapi aku ga mungkin nyerai-in Hana," ucap Vernon menatap Ibunya yang sedang tak ingin melihat wajahnya.

"Yaudah. Berarti Mamah juga ga bisa pulang lagi," ucap Ibunda Vernon segera pergi menjauh dari ruang tamu dan memasuki kamarnya. Vernon semakin frustasi sekarang.

"Sofia... " belum selesai Vernon berbicara, namun Sofia sudah berdiri dan berjalan menjauh dari Umji dan Vernon di ruang tamu.

"Arghhh," keluh Vernon kesal seraya merenggut-renggut rambutnya. Umji hanya menatap kasihan Vernon. Ia jadi susah karena persyaratan itu.

"Semua salah kamu Ji," ucap Vernon menatap Umji. Umji yang terkejut di sebut namanya segera menatap tak terima Vernon.

"Apa-apaan kenapa aku Non?" Tanya Umji tak suka.

"Inget yah Ji, kapan pun. Aku ga bakal mau nikah sama kamu. Kamu tau itu. Dah, aku mau pergi ke kantor lagi. Ada rapat," ucap Vernon lalu berdiri dan pergi membawa tas juga jasnya. Vernon maupun Umji tak sadar bahwa ada sebuah ponsel tergeletak di atas lantai mungkin karena terjatuh dari saku seseorang. Umji tak menyadarinya karena masih memikirkan perkataan Vernon barusan. Entah mengapa, kenapa hal tadi menyakiti hatinya? Sebenarnya seperti, Umji itu tak akan disukai siapapun apalagi seorang Vernon. Bukankah menyakitkan?

Lenyapkan pikiran tentang Vernon, Umji pun akhirnya tak mempedulikan pria itu yang sudah pergi jauh dari rumahnya. Sekarang ia sedang berkerja di dapur untuk membuat makan malam.

-o0o-

Tringg Tringg. Suara dering sebuah ponsel. Umji mencarinya di seluruh penjuru tempat, lalu menemukan ponsel asing di ruang tamu. Tertulis nama Guanlin di ponsel tersebut. Dengan ragu Umji mengangkat nya.

"Halo?" Ucap Umji.

"Halo? Ji? Ponsel ku ketinggalan," ucap Vernon di seberang sana.

"Ini ponselmu?" Tanya Umji pada Vernon.

"Iyah. kamu mau nganterin handphone aku sekarang ga? pergi saja ke rumahku. Aku akan pulang sebentar lagi," ucap Vernon.

"Hah? Sekarang? Jam 10 malam?" Tanya Umji seraya memerhatikan jam dinding di ruang tamu.

"Gak papa kan? Ada file penting di ponsel itu Ji," ucap Vernon.

"Ohh, oke. Akan aku antar," ucap Umji lalu berakhirlah panggilan telepon tersebut.

-o0o-

Beberapa menit kemudian setelah pekerjaan beres-memberes rumah selesai, Umji pun segera pergi menuju rumah Vernon seraya membawa ponsel yang ketinggalan di rumahnya.

Sesampai di depan rumah Vernon yang megah dan besar itu , ia pun lekas mengetuk pintu serta menekan bel. Namun, tak ada jawaban apapun dari dalam rumah. Seperti tidak ada orang di dalam. Lalu Umji mencoba mendorong pintu tersebut. Ternyata pintu besar berwarna coklat itu tak terkunci sama sekali. Hal ini sangat mengejutkan Umji. Bagaimana jika ada maling yang menyelinap memasuki rumah ini?

Mungkin keterkejutan Umji tak sampai disana. Ketika ia memasuki rumah tersebut ternyata benda-benda di dalam rumah pun berantakan hingga ia melihat banyak pecahan-pecahan kaca dan Vas. Apa ada maling yang menyelinap??

"Hh-ha-halo?? Vernon?" Ucap Umji agak ketakutan seraya melihat ke samping kanan dan kiri.

Dimana-mana, berantakan. Hingga di anak tangga pun berantakan. Namun, yang paling membuat Umji terkejut. Ada sebuah pakaian dalam wanita di salah satu anak tangga. Apa sebenarnya yang terjadi?

-o0o-

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang