006

1.4K 246 64
                                    

Kepenasaran Umji sungguh besar. Ia penasaran ada apa sebenarnya yang terjadi di rumah ini sebelum kedatangannya. Ia pun mencoba mencari seseorang di dalam rumah. Namun, tak ada siapapun di lantai dasar rumah. Apa mereka berada di lantai 1?

Umji pun berjalan menaiki anak tangga satu persatu. Ia sungguh terkejut ketika melihat ada banyak tetesan darah di lantai. Tetesan darah tersebut berujung pada sebuah kamar di samping kiri Umji. Jantung Umji kini berpacu sungguh cepat. Ia takut di dalam kamar tersebut ada seorang pria atau wanita jahat yang membawa senjata.

Astaga...  Apa Vernon sudah pulang? Mana Hana, istrinya? Apa dia baik-baik saja?  Batin Umji menggema.

Perlahan namun pasti, Umji pun membuka pintu tersebut. Ia terkejut ketika mendapati sesosok pria yang ia kenal sedang terduduk menangis di atas sofa dengan tangannya yang berdarah penuh.

"Ver-VERNON?" Teriak Umji terkejut lalu berlari menghampiri Vernon. Ia segera meraih telapak tangan Vernon yang terus mengeluari darah dari tubuhnya. Ia pun menatap Vernon yang sedang menyandarkan kepalanya di punggung sofa seraya menangis. Ia tak memberikan respon apapun ketika Umji mendekatinya.

"Kamu kenapa??" Tanya Umji seraya membuka tas nya lalu meraih sebuah kotak tisu di dalamnya. Vernon tak menjawab Umji, ia hanya terus menangis seperti habis mengalami hal paling menyakitkan di hidupnya.

"Hana dimana??" Tanya Umji seraya mencoba menghentikan darah yang keluar dari telapak tangan Vernon. Vernon masih tak menjawab. Umji menatap wajah Vernon. Keterkejutannya bertambah ketika melihat darah mengalir dari bibir pria tersebut. Sungguh, apa yang terjadi sebenarnya?

Umji berdiri lalu mengambil selembar tisu. Ia pun mengoleskan tisu tersebut pada bibir Vernon. Vernon menatap Umji lalu menepis lengan Umji dari dirinya.

"Minggir Ji. Biarin darah gue abis. Gue mau mati aja," ucap Vernon dengan mata merahnya. Umji terbelalak mendengar ucapan Vernon.

"Maksud kamu apa Non?? Apa-apa an kamu mau mati?? Kamu kenapa?? Rumah kenapa berantakan kayak gini??" Tanya Umji pada Vernon. Vernon segera memejamkan matanya ketika mendengar pertanyaan Umji, seolah ia tak ingin mendengar dan melihat apa pun yang dikatakan oleh Umji.

"Vernon...?" Tanya Umji kini mencoba lebih lembut agar Vernon menjawabnya.

"Bukan urusan kamu Ji..." ucap Vernon masih dengan pejaman matanya.

Umji terdiam, namun ia tak akan pernah menyerah untuk menghentikan darah yang sedang keluar deras dari tubuh Vernon. Akhirnya ia pun kembali mendekati Vernon, lalu mengelap darah pada bibir pria tersebut. Vernon membuka matanya lalu menatap Umji.

"Kalau kamu ga mau kasih tau yaudah gapapa, tapi setidaknya aku masih mau kamu hidup Non," ucap Umji masih dengan tisu di tangan nya. Vernon terdiam menatap Umji. Kini ia tak menepis tangan Umji. Ia membiarkan Umji membantu dirinya. Semenjak itu Vernon tak kembali menangis. Ia hanya diam seraya memikirkan sesuatu.

"Makasih," ucap Vernon masih dengan mata yang sembab. Sebenarnya Umji penasaran ada apa dengan Vernon, namun mungkin saat ini adalah waktu yang tidak tepat untuk bertanya.

"Aku mau mandi," ucap Vernon seraya berdiri di hadapan Umji.

"Lah, tangannya??" Tanya Umji menatap telapak tangan Vernon yang memiliki luka disana.

"Gampang... aku cuman gak betah pake baju ini. Lengket. Belum lagi ada banyak darah di sini," ucap Vernon berjalan menghampiri kamar mandi di kamar nya.

"Vernon?" Panggil Umji. Vernon menoleh menatap Umji.

"Kamu laper ga?" Tanya Umji pada Vernon. Vernon diam lalu berpikir sesaat.

"Lumayan," katanya diiringi senyuman, lalu ia memasuki kamar mandi dengan handuk di bahunya.

Umji tersenyum melihat senyuman Vernon lalu ia pun berjalan menuruni tangga dan menghampiri dapur.

-o0o-

Nasi goreng. Hanya makanan itulah yang dapat ia sajikan di atas meja makan sesuai persediaan yang ada di dapur. Ia menaruh sepiring nasi goreng di atas meja makan. Lalu menunggu Vernon turun dari kamarnya. Seraya menunggu ia pun mencoba membantu Vernon dengan membersihkan sebagian rumahnya.

"Umji? Ngapain? Udah biar aku aja," ucap Vernon ketika sedang turun melewati tangga. Umji pun menoleh menatap Vernon. Ia sudah mengenakan kaus hitam nya sekarang.

Tampan. Itulah sebuah kata yang keluar dari pikiran Umji ketika melihat Vernon dengan kaus hitam dan celana abu-abunya.

"Sini," ucap Vernon meraih sapu dari tangan Umji.

"Eh, kamu makan aja dulu. Itu udah aku siapin di atas meja," ucap Umji menarik sapunya lalu menyuruh Vernon menyantap makanan yang sudah ia siapkan. Vernon menatap sebuah piring di atas meja lalu kembali melirik Umji.

"Ayuk, makan bareng," ucap Vernon lalu tersenyum pada Umji.

"Hah?"

Vernon segera menarik lengan Umji menuju meja makan dan menyuruhnya duduk berhadapan dengan dirinya. Tak lupa, Vernon pun mengambil satu piring lagi dari rak dan membagi porsi di piringnya pada piring Umji.

"Nih, kita makan bareng," ucap Vernon memberikan salah satu piring di atas meja pada Umji. Umji tak pernah mengira Vernon akan memperlakukannya seperti ini. Ini adalah pertama kalinya Vernon begitu peduli dengan dirinya. Bahkan ia membagi sebagian makanannya pada Umji.

"Tapi Non... "

"Udah Ayuk makan!"

"Tapi Tangan kamu kan sakit Non, " ucap Umji menatap tangan kanan Vernon yang sudah di berikan perban, yang mungkin saja diberikan oleh Vernon setelah mandi tadi.

Vernon terdiam dan menatap tangannya, "gampang, pake tangan kiri aja." Vernon pun mencoba meraih sendoknya dan mengambil sesendok nasi dengan tangan kirinya. Namun, apalagi yang terjadi selain nasi tersebut terjatuh dari sendok Vernon.  Pria itu memang tak akan pernah bisa makan menggunakan tangan kirinya.

Umji merasa kasian dengan Vernon. Astaga, apakah boleh ia bersama seorang pria yang sudah memiliki istri di dalam rumah? Dan hanya berdua? Bolehkah? Bahkan suami orang ini sedang kesulitan, apakah boleh ia membantunya?

Jiwa kekhawatirannya kalah dibanding dengan jiwa penolongnya. Ia tak bisa melihat Vernon menderita karena tak bisa makan dengan tangan kanannya.

"Sini," ucap Umji lalu berjalan mengitari meja dan duduk di samping Vernon. Ia meraih sendok dan piring milik pria disampingnya itu lalu menyuapi Vernon dengan sesendok nasi goreng buatannya.

Vernon diam menatap Umji di sampingnya seraya mengunyah makanan di mulutnya.

"Enak?" Tanya Umji pada Vernon yang sekarang berhadapan dengannya.

"Emm...  Enak kok," ucap Vernon menyempatkan tersenyum pada Umji ketika mengunyah makanannya. Umji tersenyum. Lalu ia kembali menyuapi Vernon beberapa kali suapan hingga makanan tersebut habis.

-o0o-

A/n :
Haii...
Mau nanya...
Pilih yang mana...

1. Eunha x Eunwoo

2. Eunwoo x Doyeon

3. Sinb x Moonbin

Mohon voting nya 🙏

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang