023 [END]

1K 97 14
                                    

"Nyonya Umji terpaksa melakukan operasi caesar Pak," ucap Dokter dihadapan Vernon. Vernon membelalak. Apa Umji akan baik-baik saja?

"Apapun Dok, yang terpenting Umji dan bayinya selamat." Vernon merasakan sentakan gugup dan khawatir sekarang. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya ingin Umji dan anaknya selamat. Ia tak ingin kehilangan salah satu dari mereka, apalagi keduanya. Ia ingin mereka berdua selamat.

"Baik Pak. Sus siapkan ruangan, kita operasi Nyonya Umji sekarang," ucap Dokter pada Suster di sampingnya.

Vernon mengacak rambutnya. Lalu memukul dinding di sebelahnya.

"Ini salahku, ini salahku. VERNON KAU BODOH!!!" Vernon berteriak hingga membuat orang-orang di sekitarnya terkejut. Tak lama kemudian ia terjatuh dan menangis. Hal ini terjadi kedua kalinya. Pertama, ketika ibunya meninggal dunia dan kedua, ketika Umji terjatuh karena kebodohannya.

"Ver-non, ka-kau bo-bodoh." suaranya melemah. Air matanya tak henti jatuh. Ia menyesali setiap perbuatannya. Ia tak ingin kehilangan Umji lagi dan kali ini tak ingin kehilangannya untuk selamanya.

"Pak, ayo Pak bangun." Seorang Suster berbicara pada Vernon sedangkan Vernon hanya menggeleng-geleng.

"Ayo kita ke Nyonya Umji Pak." Vernon terdiam. Ia menatap suster itu.

"Umji? Dimana dia?"

"Ada di ruangan itu Pak, lebih baik Bapak tunggu disana saja." Suster itu menunjuk sebuah ruangan dan beberapa kursi tunggu di depannya.

"Apa dia sudah siap di operasi?"

"Sudah Pak, mari Pak kita tunggu disana saja," ucap Suster itu. Lalu Vernon mengekorinya seraya menghapus air matanya.

"Silakan duduk Pak. Tetap kuat yah Pak. Kalau Bapak sudah menyerah bagaimana istri Bapak di dalam sana," ucap Suster itu lalu tersenyum dan meninggalkan Vernon sendiri di kursi tunggu.

"Istri..." Vernon kembali meneteskan air matanya.

"Seandainya ia istriku." Air matanya kembali berjatuhan tapi kali ini ia mencoba mengontrolnya.

Beberapa jam kemudian suara bayi terdengar dari ruangan tersebut. Vernon segera menegakkan tubuhnya lalu berdiri mendekat ke arah pintu ruangan.

"Sudah lahir??"

Kemudian seorang Suster mendekat ke arah Vernon. "Anda Bapak dari anak Nyonya Umji bukan? Boleh di adzan kan terlebih dahulu bayinya," ucapnya.

Vernon mengangguk dengan antusias lalu mengikuti Suster tersebut. Ia mendengar suara tangisan bayi yang sangat kencang. Ia tidak sabar bertemu dengannya.

"Ini Pak, bayi Nyonya Umji." Vernon menatap bayi tersebut. Kulitnya bersih dan putih. Bibirnya mungil dan hidungnya mancung. Wajahnya sungguh tampan. Vernon sampai tak bisa berkata-kata.

Lalu Vernon pun mengadzaninya dan kembali keluar. Ia belum boleh berlama-lama dekat dengan bayi itu sekarang.

Vernon pun di antar Suster lain untuk pergi ke ruangan Umji. Umji terlihat terbaring lemas di tempat tidurnya. Vernon segera duduk disampingnya lalu menggenggam erat tangan Umji. Umji masih lemas dan tak sadar.

Vernon menangis di tangan Umji. Ia sangat bersyukur mereka berdua selamat. Ia bahkan mengecup punggung tangan Umji dan menggenggam tangannya lebih erat lagi.

Tiba-tiba sebuah tangan lembut mengusap kepala Vernon. Vernon mendongak dan terkejut melihat Umji yang sedang mencoba membuka matanya.

"Ji..."

"Makasih."

"Buat apa?"

"Jaga aku." Umji menjawab Vernon dengan lemas. Tangannya masih mengusap puncak kepala Vernon.

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang