018

739 125 10
                                    

"Oke baiklah," ucap Guanlin mengakhiri sambungan telepon. Saat ini menunjukan pukul 5 sore dan berita mulai berada dimana-mana. Umji semakin khawatir dan Vernon sedang berusaha agar Umji tidak panik karena itu berbahaya bagi kandungannya.

"Itu siapa Guanlin??" ucap Umji menatap Guanlin dari sofa ruang tamu dengan gelisah. Vernon yang berada di dekat ruang makan ikut menatap Guanlin. Guanlin khawatir ketika menatap Umji, ia pun segera menatap Vernon. "Pak, ada yang harus saya bicarakan dengan Bapak," ucapnya membuat Vernon mengangkat alisnya. "Apa masalah pekerjaan? Nanti saja Lin," ucap Vernon menolak Guanlin. "Tapi Pak, ini penting," ucap Guanlin menegaskannya kembali. Vernon semakin penasaran. Ia pun mengangguk lalu menuju ke teras bersama Guanlin.

Guanlin terlihat khawatir dan terus menatap belakangnya sepertinya ia takut ada orang yang ikut mendengarnya.

"Kamu kenapa? Ada apa? Masalah apa yang penting? Keadaan Umji lebih penting sekarang," ucap Vernon dengan kegelisahannya.

"Pak saya tahu, karna itu saya hanya ingin membicarakan ini dengan Bapak." Vernon tambah tak mengerti dengan ucapan Guanlin.

"Emm, Chani tadi menelepon. Dia bilang, pesawat Pak Rowoon sudah ditemukan begitupun dengan Pak Rowoon... "

"Syukurlah. bagus. itu bagus Guanlin, kenapa kau hanya ingin membicarakan itu padaku? Kita harus memberi tahu Umji kalau begitu," Ucap Vernon baru melangkahkan kakinya namun ditahan oleh Guanlin.

"Tunggu Pak, Ada hal lain... " Vernon menatap Guanlin bingung dan menunggu lanjutan ucapannya.


"Sayangnya..."


"...Pak Rowoon tidak bisa di selamatkan."


"Hah?? Bagaimana bisa? Maksudmu? Dia meninggal? Ga Lin. Gaboleh Lin. Kau lihat kan Umji sedang hamil anaknya? Dia harus hidup Lin. Harus Lin!" Vernon terlihat panik sekarang. Dia menyayangi Umji, dia tahu Umji adalah wanita yang pantas merasakan kebahagiaan dan ini? Baru saja dia merasakan senangnya kehidupan sekarang dia harus menderita pula. Sudah cukup bagi Vernon. Vernon tak ingin melihat Umji menderita lagi.

"Saya tau Pak, tapi itulah yang terjadi. Dari 100 penumpang 43 diantaranya tak bisa di selamatkan dan Pak Rowoon adalah salah satu diantaranya." Tubuh Vernon lemas. Apa yang harus ia katakan pada Umji? Apa yang akan terjadi pada Umji? Bagaimana dengan kesehatannya? Kenapa ini semua terjadi? Vernon tak sanggup melihat Umji jika mengetahui hal ini.

"Bagaimana?? Bagaimana bisa??? Apa yang terjadi?!?" Vernon menatap Guanlin serius.

"Pesawat Pak Rowoon mengalami cuaca buruk, salah satu petir besar menyambar sayap kanan pesawat. Pesawat hilang kendali Pak dan terjatuh ke laut. Posisi pesawat ketika jatuh adalah kepala terlebih dahulu sedangkan Pak Rowoon berada di kursi bagian depan dan sangat sulit kemungkinan untuk selamat," jelas Guanlin mengulangi informasi Chani tadi. Vernon mengacak rambutnya. Kenyataan memang seperti ini dan dia tidak bisa merubahnya. Inilah yang memang harus ia hadapi begitupun Umji. Dia tidak bisa membayangkan wajah Umji ketika mengetahui ini.

"Apa kita harus memberitahu Umji Pak?"

Vernon terdiam sembari memikirkan pertanyaan Guanlin. "Kalau kita diam saja dan Umji tahu dari sumber lain itu akan menyakitkan baginya, lebih baik kita beritahu." Vernon menatap Guanlin dengan cemas. Ini keputusan terpaksa. Dia tidak mungkin membiarkan Umji mengetahui bahwa dia menyembunyikan berita ini darinya. Itu akan sangat menyakitkan. Lagipula cepat ataupun lambat berita ini akan menyebar.

"Kau yakin?"

Vernon kembali menatap Guanlin. Lalu mengangguk. "Aku yang akan bicara padanya." Guanlin pun mengangguk mengerti lalu mengikuti Vernon menuju ruang TV untuk bertemu Umji. Namun, ketika Vernon melangkahkan kakinya melewati pintu rumah putih tersebut. Ia terkejut melihat Umji sedang berdiri tepat di samping pintu sembari meneteskan air matanya. Sejak kapan ia disana? Apa dia mendengar percakapannya dengan Guanlin?

"Umji??" Vernon terkejut melihat Umji berada disana. Begitupun Guanlin, apa Umji mendengar semua percakapan mereka?

"Semua sudah jelas sekarang... " ucap Umji seraya meneteskan air matanya satu persatu. Vernon membulatkan matanya. Benar, dia mendengar semua percakapan nya.

"Ji... " Vernon mengelus pundak Umji mencoba menenangkannya. Namun, tak lama dari itu tubuh kecil dan lemas Umji terhempas jatuh ke atas lantai sehingga membuat panik kedua pria di hadapannya. Vernon dan Guanlin segera mendekatinya dan memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.

-o0o-

Malam semuaa💕💕

Nay emang nyebelin publish ceritanya lama maaf yah...

Oh yah gimana ceritanya sampe sini? Kira-kira Verji berlayar lagi ga nih? Kalian lebih milih Umji-vernon apa Umji-Rowoon nih, hayooo komen komeenn.

Hehehe makasih banyak reader setia kuuu buat dukungannya.

Seneng rasanya ada kalian. Tetep baca cerita ini wlwpn author nya nyebelin lama up cerita hehe

Love from meee💖💖
Thankyouu

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang