011

1.3K 199 23
                                    

"Ohh... Rowoon..." Vernon menundukkan pandangannya lalu mundur beberapa langkah menjauh dari Umji. Umji menatap dalam diri Vernon, di hatinya ia terus mengatakan kata maaf pada Vernon.

"Kalau gitu... " Vernon beralih menatap Umji. "Semoga kalian bahagia yah." Vernon menyempatkan untuk tersenyum pada Umji. Umji tak tega melihat Vernon seperti itu di hadapannya. Umji hanya bisa membalas senyum dan anggukan pada Vernon.

"Emmm... Aku pulang, Mamah sama Sofia ikut. Makasih udah rawat mereka." Vernon menatap kedua wanita di belakangnya, lalu tersenyum pada Umji.

"Hati-hati," ucap Umji melambaikan tangannya pada Vernon dan keluarganya.

Hari ini, hari yang begitu menyakitkan untuk Vernon. Menyakitkan untuk menerima semua kenyataan. Sekarang ia tahu bahwa tuhan sedang memberi sebuah pelajaran atas dosa yang telah ia lakukan dulu. Ia harus menerimanya, mungkin ini yang terbaik untuknya. Walaupun begitu, keputusan Vernon mengenai perceraiannya dengan Hana tak dapat di ganggu gugat. Ia tetap akan menceraikan wanita itu. Bahkan secepat yang ia bisa.

"Aku ga tau kalau Kak Umji udah tunangan Ka." Sofia memecah keheningan yang sejak tadi terjadi di dalam mobil. Vernon tersadar dari lamunannya ketika mendengar ucapan Sofia.

"Sekarang kamu kan udah tau. Jadi... " Vernon menoleh ke belakang menatap mata sang adik. "Jadi jangan paksa Kakak buat nikahin Kak Umji lagi." Sofia mengangguk mendengar ucapan Kakaknya. Seandainya dia tahu dari awal, mungkin ia tak akan memaksa dan meminta kepada sang Kakak untuk menikahi Umji.

Setelah perbincangan itu, suasana di dalam mobil kembali hening. Tak ada lagi yang membuka suara. Sampai akhirnya, suara dering telepon milik Vernon mengejutkan seluruh penduduk di dalam mobil silver itu. Vernon segera mengangkat panggilan tersebut. Tertera nama Guanlin di sana.

"Halo, kenapa?"

"Pak, apa Bapak lupa ada jadwal meeting hari ini? Rekan Bapak sudah menunggu dari tadi, Pak." Vernon terbelalak mendengarnya. Ia segera menegakkan posisi duduknya.

"Sa-saya lupa. Saya lagi sakit, Lin. Tapi saya akan usahakan kesana. Oh yah, memangnya kita akan meeting dengan siapa?"

"Perusahaan Bigthink Pak. Bapak Rowoon yang akan menjadi rekan anda hari ini." Tubuh Vernon segera membeku setelah mendengar nama 'Rowoon' yang di sebut oleh Guanlin. Lidah nya kaku untuk berbicara.

"Ro-Rowoon?" Tanya Vernon.

"Iyah Pak. Kalau Bapak lagi sakit, saya bisa menggantikan Bapak untuk hari ini." Vernon berpikir sesaat seraya menatap jalanan.

"Enggak. Saya lagi di jalan kesana sekarang." Vernon segera mematikan panggilan tersebut lalu menatap sopir di sampingnya.

"Kita ke perusahaan Chwe dulu. Nanti habis itu Pak Jo anterin lagi Mamah sama Adik saya." Tukang sopir yang di ajak bicara pun mengangguk lalu segera mengambil jalur tercepat menuju perusahaan Chwe.

-o0o-

"Maaf aku terlambat." Vernon segera duduk di kursinya diikuti oleh Guanlin di belakangnya.

"Tidak apa, apa kau baik-baik saja? Tangan mu... " Rowoon menatap tangan Vernon yang sedang digulung oleh perban. Mendengar itu Vernon segera memperhatikan tangannya.

"I'm fine... Just little hurt. Okay, mari dimulai saja meetingnya." Setelah ucapan Vernon, akhirnya meeting pun dimulai.

Satu jam berlalu, meeting pun sudah selesai. Kini mereka sudah berdiri dan berjabat tangan satu sama lain. "Terima kasih, semoga semua berjalan dengan lancar. Senang bekerja sama dengan mu Pak Vernon." Vernon tersenyum seraya menerima jabatan tangan Rowoon di hadapannya.

"Terima kasih kembali. Amin, semoga saja." Rowoon mengangguk lalu melepaskan pegangan tangannya pada Vernon. "Kalau kau butuh apa-apa kau bisa menghubungi ku. Ini nomor sekertaris ku, Umji." Vernon terkejut mendengar nama wanita yang disebut oleh Rowoon barusan. Umji? Dia sekertaris Rowoon? Vernon menerima nomor yang diberikan oleh Rowoon. "Terima kasih," ucap Vernon ketika menerima nomor tersebut.

"Aku pergi dulu," ucap Rowoon pergi meninggalkan Vernon dan Guanlin dari ruangan tersebut.

"Berikan pada saya Pak. Biar saya simpan nomornya di catatan saya," ucap Guanlin meminta sebuah kertas yang di pegang oleh atasannya itu. Vernon menatap Guanlin di samping nya lalu ia memberikan kertas itu padanya. "Simpan baik-baik, aku akan pulang sekarang." Vernon berjalan keluar melewati pintu ruangan meetingnya, lalu tiba-tiba salah satu karyawannya mendekat ke arahnya.

"Pak, ada seseorang menunggu di ruanganmu." Salah satu karyawan ber-name tag 'Chan' itu berbicara. Vernon mengangkat salah satu alisnya. "Siapa? Dan kenapa diperbolehkan masuk ruangan saya?" Tanya Vernon sedikit tak percaya, karyawan itu mengizinkan seseorang masuk tanpa meminta izin padanya. "Dia memaksa Pak. Saya tidak tahu siapa, saya karyawan baru disini Pak." Vernon memijat keningnya yang terasa pening.

"Guanlin!" Panggil Vernon. Guanlin segera mendekat ke arahnya. "Iyah Pak?" Guanlin terlihat gelisah, takut sesuatu yang buruk akan menimpanya. "Dia karyawan baru. Ajari dia lebih lagi. Ajari dia tentang peraturan yang sedang berlaku..." Vernon menatap Chan dan Guanlin bergantian. "Astagfirullah, bikin pusing aja," ucap Vernon lalu berjalan menuju ruangannya seraya masih memijat-mijat keningnya.

"Lu sih!" Guanlin memukul lengan Chan dengan map yang ia bawa. "Gue ga tau, ceweknya maksa geh." Chan membela diri. "Emang siapa?" Tanya Guanlin pada Chan. "Gatau, dia ngomong istri Pak Vernon." Chan mencoba mengingat namanya. "Istri Pak Vernon? Bu Hana maksud lo?" Tanya Guanlin pada Chan. Petikan jari terdengar dari jari Chan, "nah itu dia. Lupa gue namanya," ujar Chan nyengir-nyengir di hadapan Guanlin. Guanlin pun hanya meng-oh panjang mendengar penjelasan Chan tersebut.

-o0o-

"Maaf lama, tadi ada rap-" ucapan Vernon terhenti ketika melihat sesosok wanita yang sedang duduk di atas sofa ruangannya.

"Vernon!!!" Wanita itu segera berdiri menghampiri Vernon lalu memeluknya. "Aku kangen kamu." Tambah Hana yang sedang memeluk Vernon dengan erat. Tiba-tiba Vernon segera mendorong Hana menjauh dari dirinya.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Vernon sinis pada wanita dihadapannya. "Kok gitu sih, aku kangen kamu. Masa kangen suami sendiri ga boleh?" Tanya Hana memberikan wajah menyedihkannya pada Vernon. Ia sedang mencoba menarik perhatian Vernon dengan wajah nya tersebut.

"Kangen suami kamu?? Bukannya kangen cowok simpenan kamu??" Vernon mulai tak terkendali emosinya sekarang. Hana terkejut dengan pertanyaan yang di berikan oleh Vernon. Ia menatap lengan Vernon, lalu mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Tangan kamu kenapa??" Tanya Hana mendekat ke arah Vernon lalu memegang tangan Vernon yang sedang di perban. "Auww!! Minggir!!" Bentak Vernon mendorong Hana kembali. Hana tersentak ketika melihat perilaku Vernon padanya. "Vernon!! Aku ini istri kamu!!" Bentak Hana tak kalah keras.

Vernon menggelengkan kepalanya, Hana mengerutkan keningnya ketika melihat Vernon seperti itu. "Istri? untuk sekarang mungkin iyah. Tapi, semua itu ga akan lama." Hana semakin dibuat tak mengerti dengan ucapan Vernon. "Maksud kamu?" Tanya Hana pada Vernon. "Aku akan menceraikan kamu Han," ucap Vernon berhasil membuat Hana mati terkejut hingga jatuh pingsan.

Vernon tak terkejut melihat Hana pingsan, ia pun tak mau peduli dengan urusan Hana. Dengan segera ia keluar dari ruangannya lalu menemui Guanlin di mejanya.

"Guanlin, Hana pingsan. Urusi dia, aku akan pulang." Setelah mengatakan itu Vernon segera pergi tanpa menghiraukan pertanyaan Guanlin yang terkejut mengetahui Hana pingsan. Ia tak mau tahu dengan ucapan orang-orang, ia sedang pusing. Ia ingin pulang. Ia tak mau ikut pingsan karena pikirannya yang sedang bertempuran di otaknya.

-o0o-

Nay's note :
Savage vernon wkwkwk

Sorry baru update. Urusan SMA tak kalah rumit dengan urusan percintaan Vernon wkwk

Hope u like this chapter :)

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang