022

735 92 6
                                    

"Sofia, Umji mana?" Tanya Vernon yang dari tadi mencari wanita itu di sekeliling rumah. Sofia menunjuk ke arah pintu taman. Vernon membuka pintu tersebut. Ia melihat Umji sedang berjalan santai dengan earphone terselip di telinganya. Umji berolahraga demi kesehatan kandungannya.

Vernon tersenyum melihat Umji yang tak pernah menyerah dengan keadaan. Ia terus memperjuangkan anak dalam kandungannya. Hal ini membuatnya ingin ikut memperjuangkan bayi tersebut.

Ia kembali ke dapur lalu mengambil segelas susu ibu hamil yang ia sediakan khusus untuk Umji. Entah mengapa walaupun di kandungan Umji bukanlah anaknya, tapi ia sangat ingin melihat bayi itu lahir dengan sehat dan bugar.

"Sofia, kasih ini ke Umji." Vernon menyodorkan segelas susu pada Sofia.

"Kenapa nggak Kakak aja?"

Vernon terdiam sejenak.

"Udah ini kasih aja."

Sofia pun pasrah dan segera memberikan susu tersebut pada Umji. Di sisi lain, Vernon memeriksa apakah Umji telah meminumnya atau belum. Ia merasakan sentakan gugup ketika Umji meminumnya. Ia takut rasanya kurang pas atau airnya terlalu panas.

Tetapi sepertinya semua berjalan baik-baik saja. Sofia juga kembali dengan segelas kosong di dapur. Vernon menatap Sofia. Seakan mengerti dengan tatapan Kakaknya Sofia pun mengatakan, "Enak kok Kak, Kak Umji bilang makasih."

"Kamu ngomong itu dari Kakak?"

"Engga Kak, itu dari Sofia." Vernon bernapas lega.

"Terimakasih Adikku," ucapnya mengelus puncak kepala Sofia.

"Iyah Kakak ku," ucapnya mengecup pipi Vernon. Vernon tersenyum melihat perlakuan manis dari sang adik. Lalu ia kembali memperhatikan Umji dari jendela dapur. Ia masih melanjutkan olahraganya.

Kalaupun kita tidak dapat bersatu di masa depan, aku akan terus bersyukur sepanjang waktu telah mengenalmu Ji.

-o0o-

"Kak, Kak Umji hari ini marah-marah terus. Kasian Bibi Yuna," ucap Sofia pada Vernon di ruang kerjanya. Vernon menatapnya ragu. Tidak mungkin, Umji tak pernah marah-marah pada siapapun terkecuali orang tersebut memiliki salah padanya.

"Bibi Yuna kali yang bikin masalah." Vernon menuduh Bibi Yuna yang bersalah atas hal ini.

"Enggak Kak. Kata Kak Umji masakan Bibi Yuna hambar, terus tiba-tiba marah-marah Kak Umjinya," bela Sofia untuk Bibi Yuna. Vernon masih tak percaya. Hanya karena masakan terasa hambar Umji marah-marah?

"Kata Bibi Yuna sih Kak. Kak Umji lagi stress." Vernon segera menatap Sofia serius. Apa yang membuat Umji stress? Apa ia memiliki hutang yang lain?

"Loh? Kenapa!?"

"Kayaknya stress di rumah terus deh Kak. Saran Bibi Yuna, ajak Kak Umji jalan-jalan. Beli baju buat anaknya mungkin, biar bisa bikin stressnya Kak Umji mereda," ucap Sofia duduk di hadapan Kakaknya. Vernon segera mengambil kartu debitnya. Lalu memberikannya pada Sofia.

"Kamu ajak jalan-jalan," ucap Vernon menyodorkan kartu debitnya. Sofia menganga. Ia tak habis pikir dengan Kakaknya. Sepertinya sang Kakak benar-benar mencintai wanita bernama Umji. Karena setiap ia yang merajuk minta dibelikan sesuatu pasti diabaikan oleh Kakaknya. Beda halnya dengan Kak Umji. Walaupun begitu, Sofia tetap senang. Kak Umji memang sangat cocok dengan Kakaknya.

"Sofia juga mau beli baju yah hehehe," ucap Sofia berjalan keluar dari ruangan Kakaknya.

"Hey! Itu hanya buat Umji!"

"Makasih Kakak ku. Aku sayang kamu, muachh," ujar Sofia seraya memberikan Kiss bye pada Kakaknya. Vernon terduduk pasrah, mungkin akan tersisa enol rupiah dalam kartu tersebut. Sofia adalah wanita penggila belanja. Tapi mau bagaimana lagi, mereka berdua adalah wanita yang ia cintai. Apapun akan ia berikan demi mereka berdua.

-o0o-

"Kamu udah ajak Umji ke dokter kan Sof?" Tanya Vernon pada Sofia di ambang pintu kamarnya. Sofia mengangguk.

"Usianya udah 8 bulan Kak. Jenis kelaminnya cowok. Aku ada fotonya, mau liat ga Kak?" Tanya Sofia pada Kakaknya. Vernon mengangguk dengan antusias dan segera mendekat ke arah Sofia. Ia melihatnya seraya tersenyum bahagia.

"Walaupun anak ini nggak ada hubungan darah sama kita, tapi aku ngerasa dia adalah salah satu dari keluarga kita Kak. Aku ngerasa aku mau punya keponakan hehe," ucap Sofia membuat Vernon menatapnya. Vernon tak bisa mengatakan apa-apa. Ia juga merasakan hal yang sama. Bahkan ia menganggap anak ini adalah anak kandungnya. Tapi kenyataan bertolak belakang dengan harapan mereka berdua.

Vernon hanya mengusap kepala Adik kecilnya tersebut. Seandainya orangtuanya ada disini. Semua akan terasa lengkap.

-o0o-

"Dadah, Kak Umji jaga diri baik-baik yah," ucap Sofia lalu memeluk Umji dengan erat. Sofia akan pergi beberapa hari ke luar negeri untuk proyek barunya. Dia juga ikut bergabung ke dalam perusahaan Chwe saat ini.

"Kak Enon, jangan kangen babay!! Muachh," ucap Sofia kali ini memberikan ucapan perpisahan yang menjengkelkan bagi Vernon. Namun, ia tetap suka dengan hal itu. Umji hanya terkekeh dengan tingkah laku kakak-beradik itu.

"Udah sanah, hati-hati. Jangan modus cari cowok kamu, awas kamu!" ucap Vernon pada Sofia. Sofia memberikan jari jempolnya dan tersenyum nakal pada Kakaknya. Umji lagi-lagi tak bisa menahan tawanya.

Lalu beberapa menit kemudian, mobil yang di kendarai Sofia hilang dari tangkapan mata mereka. Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah. Bibi Yuna juga sedang mengambil cuti karena ibunya sedang sakit dan mengharuskan dirinya untuk pulang ke kampung halamannya. Sehingga menyisakan Vernon dan Umji di dalam rumah tersebut.

"Hati-hati Ji," ucap Vernon membantu Umji berjalan. Usia kandungannya kini sudah 9 bulan. Sekarang mereka hanya perlu menunggu beberapa hari saja untuk Umji melahirkan.

Umji pun duduk di sofa ruang tengah.  Vernon mengambil cuti kerja selama sebulan hanya untuk menemani Umji sampai ia melahirkan. Beberapa menit kemudian hujan turun menemani siang mereka.

"Non, ujan!" Umji terlihat panik. Ia beranjak ingin berdiri lalu Vernon menahannya.

"Biar aku yang angkat jemuran, kamu diem aja disini jangan kemana-mana, okey Ji?" Umji mengangguk lalu tersenyum pada Vernon. Vernon berlari ke belakang lalu segera mengambil jemuran sebelum habis dibasahi oleh hujan.

"Vernon...!!"

Vernon menoleh ke dalam rumah sembari mengambil jemuran dengan cepat.

"Iyah Ji? Sebentar," Vernon mempercepat kegiatannya.

"VERNON!!"

"BRUKK!!"

Vernon terkejut lalu segera menaruh jemurannya dan berlari ke dalam rumah.

"UMJI!!!"

Umji sudah terbaring di atas lantai seraya memegang perutnya dan merintih kesakitan.

-o0o-

Halow readers setia kuuu, bagaimana Love Story buat kalian sampai chapter ini?? Saran dan harapan kalian buat cerita ini kedepannya gimana?

Coba dong kasih tau Nay. Biar Nay bisa belajar lebih baik lagi dalam menulis dan makasih buat kalian yang selalu dukung Nay.

I heart u guys❤

[✓] LOVE STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang