Aku tau dalam kehidupan bila sudah berilmu kita harus menerapkan dalam sehari hari, namun bagaimana bila soal perasaan? Berharap kepada bukan mahram kita adalah sebuah kepahitan. Lalu harus aku apakan rasa ini?
🍃
Genta, merasa aneh dengan, Della mengapa bila Della, berhadapan dengan dia slalu saja melamun ataupun tidak matanya tidak lepas darinya apa ada yang salah dengan penampilan dirinya?"ah sudahlah buat apa memikirkannya tidak penting juga" Ucap Genta, seraya pergi menuju parkiran kebetulan jam kuliahnya habis.
Genta, memajukan mobilnya menuju perumahan Blok A di kawasan Jakarta. Sesampainya di Rumah ia memarkirkan mobilnya lalu membuka pintu seraya mengucapkan salam.
"Aslamualaykum,Umi?"Ucap Genta setengah berteriak.
"Walaykumussalam, eh anak Umi, udah pulang. Sini makan dulu kebetulan Umi masak makanan kesukaan kamu"
Genta menghampiri Uminya lalu mencium tangan tak lupa menjadi kebiasaan dari kecil ia mencium pipi Umi, walaupun kulitnya mengerut di makan oleh usia namun bagi Genta, tetap Umi yang paling cantik.
Dari tangan inilah aku merasakan kasih sayang yang abadi, dari tangan inilah aku bisa berdiri sampai saat ini, dari tangan inilah segala yang aku harapkan menjadi kenyataan. Genta bersyukur di usianya yang menginjak 27 tahun ia masih di beri kenikmatan oleh Allah untuk berkumpul bersama Umi dan Abi, di luaran sana masih banyak anak yang kurang kasih sayang dari kedua orang tua namun Genta sekali lagi bersyukur nikmat allah tiada batasnya.
"Fa bi ayyi aalaaa i robbikumaa tukazzibaan"(Ar rahman 13).
Maka nikmat Tuhamu manakah yang kamu dustakan. MasyaAllah nikmat allah itu begitu besar jika kita melihatnya dengan iman namun nikmat yang di berikan oleh Allah akan terasa kecil bila kita melihat dengan dunia.Aku langsung menarik kursi untuk Umi duduki, karena bagiku Umiku istimewa dia adalah malaikat tak bersayap yang di kirim Allah, untuk membimbingku kejalan yang lurus, bagiku Umi adalah Madrasah yang paling mudah di pahami. Aku ingat ketika masih kecil Umi slalu berpesan kepadaku agar di doakan setiap saat. Karena Umi menceritakan ada sebuah kisah tentang manusia pembuat maksiat semasa di dunia namun Allah mengankat derjatnya di surga, lalu hamba itu bertnya dari mana semua ini yarabb dari istigfar anakmu.
Di dunia aku belum bisa mengakat harkat derajatnya namun aku bertekad kelak nanti di akhirat aku ingin orang tuaku bisa di angkat harkat derajatnya, namun semua itu tak lepas dari ikhtiar dengan doa memohon ampun kepada, Allah setiap dosa yang di perbuat oleh kedua orang tua dengan cara mendoakannya setiap saat .
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
ALLOHUMMAGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WAR HAMHUMAA KAMA RABBAYAANII SHAGIIRAA
Artinya:"wahai tuhanku ampuni aku,dan kedua orang tuaku (Ibu dan bapaku) sayangilah mereka seperti menyanyangiku di waktu kecil"
"Genta, nak kenapa kamu melamun?"
"Ah gak kenapa napa Umi" Ujar Genta seraya duduk di sebelah Umimya." Umi, Abi belum pulang dari kantornya?" tanya, Genta sambil mengambil piring lalu mengambil nasi dan lauk pauknya."
Nah ini buat umi ku tersayanag dulu,makannyah mi biar tetep sehat sama tetep konclong kaya perabotan umi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Makmumku
Spiritual"Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan 'la ilaha illallah' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan kotoran dari tengah. jalan" ( Hr: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Im...