7. Hidup

48 3 0
                                    

Setiap nafas yang bergulir
Memberikan kehidupan
Bagi setiap makhluk yang berada di bumi
Bukankah semua itu adalah suatu nikmat
Sombong rasanya bila mengucapkan 'Al-hamdulillah' saja jarang.

🍃

Genta, menghela napas saat tumpukan tugasnya sebagai ketua organisani belum selesai niatnya ia ingin langsung pulang dan merebahkan badanya di kasur yang empuk seempuk roti yang di masak Della. Ish apa sih pikir Genta, jadi memikirkan wanita itu lagi. Bicara tentang Della, ia belum bertemu lagi dengan wanita itu setelah kejadian mengatarkan perempuan itu. Kalo boleh jujur lama kelamaan Genta juga sudah memaafkan Della, di masa lalu toh bila dia terus menerus menyalahkan atas kepergian Lala, tidak ada gunanya dan Lala,  pun tidak mungkin kembali.

Genta, lalu merapihkan berkas-berkas yang sudah ia pelajari lalu keluar dari ruangan itu. Tidak sengaja netranya melihat wanita yang malam itu ia kenali sebagai Lala. Wanita itu sepertinya akrab dengan Della, terlihat dari tawa dari wanita itu.
Ingin rasanya Genta menghampiri wanita itu tapi rasanya ia belum waktunya. Lalu ia melangkahkan kaki ke masjid untuk melakukan shalat dhuha agar ia bisa menjernihkan hatinya yang akhir-akhir ini terasa hampa, mungkin akibat ia terlalu mengejar dunia hingga lupa dengan akhirat padahal ia ingat dengan nasihat Ibnu Qayyim Al zauzi ia berkata "Barang siapa yang mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti barang siapa yang mengikuti dunia maka akhirat akan menjauhi" . Astagfirullah desis Genta. Sebelum melaksanakan shalat dhuha ia berlalu mengambil wudhu lalu bergegas menuju rumah Allah, untuk melaksanakan shalat dhuha.
S

elesai melaksanakan shalat sunnah dhuha sayup sayup ia mendengar percakapan seseorang yang ia kenal "Della" ucapnya pelan.

"Kamu kenapa?" Ujar Della, tangannya tak henti membelai kepala yang tertutup hijab secara lembut.

"Mbak, buat apa sih aku hidup kalo ujung-ujungnya aku slalu kecewa dan sakit." Ucap wanita itu lirih lalu tak terasa tetesa bening keluar dari netranya.

Sebelum berucap Della, tersenyum.

"Kamu tau bukan kita hidup di dunia ini bukan untuk senang tapi kita hidup di dunia ini untuk senang tiasa beribadah baik dalam keadaan susah dan senang. Kamu harus tau Rim, kalo kamu masih merasa kecewa atas kehidupan kamu berati kamu menggantukan hidup kepada orang lain bukan kepada yang mempunyai hidup" ucap Della, panjang lebar.

Rima adik kuliah Della, merasa terharu bertemu dengan seorang kakak kelas yang mau mendengar keluh kesahnya. Selama ini Rima, selalu melampiaskan kekesalannya lewat kepribadiaan yang kurang baik sebagai contoh ia berpoya-poya uang sedangkan dalam Islam, berpoya-poya di larang karena itu sama saja mengikuti jalan setan.

"Alhamdulillah, Mbak hati Rima, sedikit plong kalo cerita sama Mbak, makasih banget. Gak tau deh kalo gak ada mbak"

"Ish kamu jangan gitulah Rim, semua itu kehendak Allah, Mbak hanya perantaranya"

"Iya deh Mbak, pokoknya makasih deh buat Mbak Della, yang manis. Mmm pasti jodo Mbak, berungtung deh dapetin Mbak"

"Kamu bisa aja Rim, hhehe. Mbak gak sesempurna itu kok, Allah tutup aib Mbak, sehingga yang tampak hanya kebaikan. Jangan berlebihannya takutnya nanti jadi sombong"

"Iya iya, Mbak siap. Pokoknya kalo Rima, lagi punya masalah bolehnya curhat lagi"

"Mmm gimannya?" Della, pura-pura berpikir. "Boleh aja asal uangnya jangan lupa" ucap Della, sambil terkekeh.

"Ish, Mbak ngeselin deh"

"Hhhe maaf, kalo Mbak boleh saranin mending curhat dulu ke Allah deh, soalnya kan Allah, yang kasih ujian buat kita pasti Allah juga kasih tuh sepaket sama jalan keluarnya"

Dia MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang