6. Berdoalah Allah bersamamu

89 3 0
                                    

Tidak ada yang mampu merubah takdir sekalipun seorang itu mempunyai dunia di tangannya,hanya doa yang mampu merubah takdir dan mengguncang dunia ini.

***

Pagi menjelang mentari mulai menampakan sinarnya untuk memberi kehidupan pada setiap insan yang membutuhkan cahaya untuk memenuhi kehidupan.

"Pagi ini aku harus mulai mengikhlaskan semua yang tlah terjadi pada hidupku baik buruknya aku harus bisa membuatnya menjadi pelajaran. Toh bila hidup kita senang terus dari mana kita bisa merasa sedih. Jalani, syukuri, yakini. Takdir tidak akan pernah salah menghampiri hidup selama doa masih menggema menuju langit. "Della menampakan senyum manisnya di hadapan cermin setelah semalaman ia mengadu pada sang pemilik kehidupan hatinya menjadi tenang,dan hatinya pun kini lebih mengikhlaskan segalanya.

Setelah menata hatinya Della, lalu turun kebawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Pagi Ayah, pagi Bunda."Ujar Della seraya tersenyum ceria.

"Pagi juga Della."Ucap Ayah & Bunda berbarengan.

"Cieeeeeeeeeee, barengan nih ucapnyaa. Ahh sweet banget sih."goda Della.

"Ehh apaan sih kamu ini Dell."Ujar Bunda Qanita Ibunda Della.

"Cieee Bunda malu malu,tuh pipinya merah."

"Ehhem Bunda, tambah manis deh kalo pipinya merah."Timpal Ayah.

"Ish sudahlah jangan goda Bunda terus,cepet-cepet siap siap nanti kesiangan loh."

"Aduh yang lagi malu nihh."

"Udah Del, jangan goda Bunda, terus nanti kamu telat masuk."

"Hehe, iya iya Ayah, yaudah Della, berangkat dulu doa'in ya semoga lancar kuliahnya."

Bunda tersenyum sembari memandang anaknya, pasalnya iya terharu dengan perubahan sang anak. Iya sangat bersyukur kepada sang pembolak balik hati yang mampu memberikab hidayah kepada anak semata wayangnya. Tanpa Qanita, sadari air matanya lolos dari netranya membasahi pipi. Indra, yang menyadari istrinya menangis langsung mendekati dan memeluknya. "Trimaksih Umi, sudah ada dalam kehidupan Abi, menemani Abi, kala susah, memberikan putri yang canti dan shalihah seperti Della, semoga kita bersama tidak hanya di dunia namun juga kelak di jannah-Nya."

"Aamiin." Lirih Umi Qanita.

"Yaudah abi udahanya melownya, sekarang waktunya Abi jihad cari nafkah buat Umi, sama Della." Kekehnya.

"Ishh Umi, ngusir Abi nih"

"Bukan gitu, Abi. Maksud Umi, supaya Abi, gak males. Kan tau males itu perbuatan syaitan. Abi, gak mau kan syaitan menang"

"Masyaallah bidadari surga ku. Yaudah Abi, berangkat. Awas jangan kangen" Kekehnya.

"Iyiyaiya."

"Asalamulaykum, Umi"

"Walaykumussalam, Abi. Hati-hati di jalanya jangan lupa baca doa." Peringat Umi.

"Iyaiya, Umi"

***

"Delllllaaaaaaaa."

"Apa Laras, manis kok teriak-teriak masih pagi juga."

"Ishh, kamu sih ninggalin aku mulu kan kata aku juga harus tunggu aku di gerbang. Biar bisa bareng masuknya." Ujar Lasras sebari mengerucutkan bibirnya.

Della, terkekeh dengan kelakuan Laras. Bagi Della, Laras sudah seperti adik kecilnya.

"Ih Della, kok malah senyum sih."

Dia MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang