Aku bermimpi menjadi makmum di belakangmu dan mengamini setiap harapan-harapan untuk menuju dunia yang lebih indah, kelak di langit sana.
-Adella aisha Hanifah-Pemandangan indah di sana membuat siapapun betah untuk terus menetap. Air danau yang bersih, bunga-bunga yang berkembang dengan indah, di tambah dengan adanya pohon-pohon yang hijau membuat suasana terlihat sejuk cocok untuk yang mempunyai perasaan yang gundah.
Sama seperti gadis yang sedang duduk termenung memandang hamparan yang indah di depan sana. Pikirannya sedang bergelut dengan semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Kapan, ia akan mengakhiri rasa ini semakin hari malah rasa ini semakin menjadi, sudah berkali-kali ia mencoba mengikhlaskan rasa yang salah ini namun, perangkap syaitan begitu kuat membelenggu pikiran dan hatinya. Selesai pengajian tadi tak sengaja ia melihat pemadangan indah, dan meninggalkan temannya.
"Kapan kamu mau pulang? " tanya laki-laki itu, serya memasukan tangannya kedalam pesak celana.
Della, yang merasa di tanyapun sedikit menoleh kearah samping tempat duduknya.
"Maaf apa peduli anda? " Mata Della, kembali kearah objek yang lebih menarik dari pada melihat lelaki yang di sampingnya.
"Saya hanya bertanya" lelaki itu terkekeh saat melihat wanita yang ada di depannya berbeda dengan saat terakhir mereka bertemu.
Della, tidak menjawab pertanyaan laki-laki yang ada di sampingnya. Lalu menegakkan badannya.
"Maaf saya permisi" Ucap Della, seraya berlalu dari hadapan laki-laki itu.
Ya laki-laki itu adalah Ilham, yang sejak dari tadi memperhatikan Della, matan Kekasihnya semasa SMA, dahulu ketika Della, berpacaran dengan Ilham sedang duduk di kelas XII SMA dan Della baru memasuki kelas X.
Kala itu Ilham, sedang duduk di kelas belantai 2 dari kelasnya ia dapat melihat manusia yang hilir mudik tanpa sengaja matanya, menemukan seorang wanita berkuncir kuda sedang membersihkan sampah yang berserakan di gerbang kelas wanita itu tampak tidak malu memunguti sampah dan membatu petugas kebersihan sekolah, selesai membantu membersihkan samai nampak wanita itu memberika botol air mineral tak lupa dengan sebungkus roti kepada petugas kebersihan sekolah nampak siempunya yang di beri tersenyum seraya mengucapkan terimakasih. Perempun, itu hanya tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
Tanpa terasa sudut bibir Ilham menyunggingkan senyum, ia merasa kagum dengan perempuan itu, bagaimana mungkin masih ada perempuan yang seperti itu tanya Ilham dalam hati.Hari-hari berlalu tanpa sengaja ia bertemu dengan perempuan itu yang ia pernah lihat dari lantai 2, sedang memungut sampah.
Ilham, dengan sigap membantu perempuan tersebut membersihkan samah-sampah yang bertebaran di taman sekolah."Terimakasih telah membantu saya" seraya tersenyum.
Ilham tersenyum "Nama, aku Muhammad Ilham Khalik"
Perempuan itu hanya mengerutkan keningnya, ia merasa bingun perasaan ia tidak menanyakan nama pemuda yang ada di hadapannya tapi mengapa pemuda yang ada di hadapannya malah memperkenalkan diri.
"Maaf, aku hanya mau berkenalan, boleh? " tanya Ilham, raut mukanya menampakan cengiran.
Perempuan itu terseyum " Della Hanifah"
Dari hari itu semakin dekat hubungan Della, dengan Ilham. Bahkan memasuki jenjang pacaran, namun suatu saat Ilham menghilang setelah lulus dari SMA, tidak pernah memberi kabar apapun kepada Della. Membuat gadis itu terpuruk ditambah dengan sahabat kecilnya Genta, yang selalu menjauhinya, dan prasangka buruk kepada ayahnya membuat ia keluar dari aturan agama yang telah di tetapkan sanga maha Kuasa. Namun, dengan bergulirnya waktu dengan banyaknya pelajaran yang telah ia terima dalam bentuk hidayah Della, menjadi perempuan kuat dan tidak menggantungkan diri kecuali kepada sang maha Kuasa.
***
Della, telah sampai di rumahnya. Namun, Della merasa aneh mengapa di rumahnya ada mobil asing siapa yang hendak bertamu pikirnya.
Della, membuka pintu seraya mengucapkan salam "Asalamualaykum"
"Walaykumussalam" serempak penghuni rumah.
Della, mematung ada apa Ibu dan Ayah, Genta, bertamu kerumahnya.
"Della, sini nak ada yang mau Bunda omongin sama kamu"
Della, menghampiri orang tua dan tamunya. Lalu ia duduk di sebelah Bundanya.
"kamu dari mana aja? Jam segini baru pulang"
"maaf, Bun tadi di jalan macet. Jadi daripada Della, telat shalat magrib di jalan mending sekalian shalat berjamaah di masjid"
"iyah iyah gapapa, tapi harus tetep hati-hati. Apalagi kamu kan perempuan harus di jaga"
"Bener gak Bu Nur"
"iya Della, apalagi umurmu kan sudah matang buat nikah nak"
Della, yang sudah tau arah pembicaraan kemana hanya tersenyum.
"Em Della, sebenernya Om dan tante datang kesini ada maksud tertentu" ujar Indra suami Nur.
Della, hanya mendengarkan secara seksama.
"kami ingin melamar kamu, untuk anak kami Genta"
Raut wajah Della, yang tadinya menampakan ramah kini berubah datar, ia kira Ilham kakak Genta, yang akan mengkhitbahnya ternyata Genta, namun pikiranya segera beristigfar tidak baik mengharapkan suami orang.
"Della, nak bagaimana jawaban kamu" Bunda Qanita, menampakan wajah permohonan agar Della, menerima lamaran ini. Della melihat kearah Ayahnya berharap mendaatkan bantuan. Namun, yang ia dapatkan sama sepert Bundanya.
Della, menarik napas. Ya Allah, jika ini yang terbaik untukku maka permudahkanlah.
Tapi, apakah Genta, tau dengan lamaran ini. Bukankah Genta, sangat membencinya. Ya Allah apa yang harus ia lakukan di satu sisi ia tidak ingin menerimanya karena tifak ingin hidup dengan seseorang yang membencinya namun, disisi lain ada erasaan yang harus ia jaga yaitu Ayah dan Bundanya.Dengan satu tarikan napas" Insyaallah Della menerima"
Ayah dan Bunda, Della tak kuasa menahan haru di rengkuh tubuh anak gadisnya yang tumbuh menjadi gadi dewasa yang cantik dan juga sholehah yang senantuasa memerbaiki diri kepada sang Maha kuasa.
"Terimakasih Della, telah menerima lamaran ini" ujar Nur seraya tersenyum haru.
Della, hanya tersenyum.
Jika ini yang terbaik yarabb maka mudahkanlah agar senantiasa sabar serta taat dalam menghadapi segala lika liku yang akan terjadi kedepanya.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Makmumku
Spiritual"Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan 'la ilaha illallah' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan kotoran dari tengah. jalan" ( Hr: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Im...