Kau tau kepergiaanmu memberiku luka
Namun kedatanganmu kembali dalam hidupku mampu menyembuhkan luka kembali
Sulit rasanya membenci hadirmu
Mungkinkah aku bodoh?--
Hati Ilham merasa menghangat melihat Della tersenyum. Tak kuasa Ilham melengkungkan senyum di bibirnya, Della yang menyadari itu bergegas pergi dari tempat itu menuju kelasnya.
Della meruntuki sikap mengagumi Ilham sudah cukup sudah dirinya mengharapkan Ilham. Setelah semua yang terjadi bodoh rasanya padahal Islam melarang semua umat manusia bergatung kepada selain Allah namun bodohnya ia masih berharap kepada makhluk ciptaanya.
Della menghela nafas lalu beristigafar meminta ampunan kepada Allah atas kelalaian hatinya yang merasa baik padahal untuk menjaga perasaanya sendiripun ia tak mampu dan tak kuasa andai ia pengendali perasaan sudah ia hapus nama Ilham dalamm kehidupannya.
"saya ingin berbicara dengan anda" tegur seorang pemuda.
Della mendongkah melihat Genta yang ada di hadapannya.
"maaf saya tidak bisa berbicara dengan yang bukan mahram saya apalagi hanya berdua-duaan"
"tenang saja saya membawa saudara saya"
Della menghela napas lalu menganggukan kepalanya tanda ia setuju. Della mengikuti Genta ke taman yang dahulu tempat ia dan Laras menuangkan ide tesisnya.
"mohon maaf mana saudaranya ya?"
"itu dia"
Della menoleh ia mendapatkan Ilham berjalan menuju arahnya dan Genta. Ada apa pikirnya ada hubungan apa Genta dan Ilham.
"Asalamulaikum" salam Ilham.
"Walaykumusalam" jawab Genta dan Della serempak.
"sebelum itu mohon maaf karena saya telah mengganggu waktu kamu, maaf saya langsung kepada intinya. Della saya mohon sama kamu tolong batalkan perjodohan sepihak ini karena saya tidak tau menahu soal khitbahan yang kamu terima dari kedua orang tua saya" Genta berbicara tanpa perasaan seakan diri Genta yang paling di rugikan.
"mohon maaf kak saya tidak bisa membatalkan perjodohan ini karena saya tidak mau mengecewakan kedua orang tua saya dan orang tua kakak, maaf bila saya egois namun ini yang terbaik"
Genta merasa tidak terima dengan keputusan Della ia mendengus.
"jangan kamu berbicara soal orang tua seakan kamu orang yang paling baik akhlaknya pada orang tua ingat kamu pernah hampir membuat Ayahmu mati karena ulahmu. Jadi saya tekankan pada kamu menghindarlah dari perjodohan ini atau saya akan membuat pernikahan ini lanyaknya di neraka" desis Genta sorot matanya tajam tempat mata hazel Della.
Della yang mendapat perakuaan kasar dari Genta seluruh tubuhnya bergetar mata itu mata itu yang seakan-akan ingin membunuhnya dahulu.
"apa kakak masih marah terhadap masa lalu kita"
Genta tertawa sinis "menutut kamu"
Della diam tanpa bergeming.
Ilham angkat berbicara, "maaf Genta, kamu sepertinya terlalu keras pada perempuan. Ingat Ibumu juga perempuan!" peringat Ilham.
"perempuan seperti apa dulu kak yang harus di hargai? Seperti Dia! Hahha bodoh saja orang yang mau memperlakukan dia secara terhormat" tunjuk Genta pada Della.
Ilham diam mencerna ucapan Genta, hatinya sakit saat orang yang terkasihnya di sakiti apalagi dia adalah adiknya sendiri.
"Siapa kamu Genta yang berani menghakimi manusia? " desis Ilham
Genta diam tak bergeming, tubuhnya lalu meninggalkan pekarangan taman namun sebelum ia pergi memberikan peringatan terdahulu pada Della.
"ingat jangan coba bermain dengan saya" desis Genta
Della menatap Genta sendu, apakah kesalahannya tidak dapat di perbaiki, mengapa seakan-akan ia manusia yang paling berdosa.
Ilham yang melihat kesedihan Della tak kuasa lalu memberikan sapu tangannya pada Della.
"dalam perjalanan hidup manusia akan senantiasa di beri cobaan baik maupun buruk. Tugas kita sebagai hamba yang baik adalah menerima takdir itu secara lapang dada dan meyakini ujian yang kita hadapi sebagai ujian untuk mengetahui pantas atau tidaknya kita menjadi hamba yang di cintai Allah" selesai mengucapkan penenang untuk Della Ilham melenggang pergi.
Della merasa tersentuh dengan ucapan Ilham. Rasanya apalagi ini ketika ingin menjauh karena rasa sakit namun malah memberi obat, apa ini ya Allah batin Della.
---
Ilham menghampiri Genta sekilas Ilham melihat kekesalan Genta kentara dengan wajah muram Genta.
"kamu tau kadang takdir yang kita benci adalah takdir yang terbaik untuk kita. Kita tidak pernah tau rahasia Allah" ucap Ilham pandangannya lurus kedepan melihat lalu lalang manusia.
"diem kak aku lagi gk mau bicara"
"kamu adikku sudah sepantasnya aku mengingatknmu"
Genta terseyum tipis, Genta bingun dengan perasaanya sendiri di sisi lain ia ingin menjauhi Della sejauh-juhnya namun di sisi lain dia merasa perlu untuk bersama Della.
Apakah Genta harus memulai dari awal?
Namun, bagaimana janji ia denga Lala kecilnya!
Genta meminjat pelipisnya yang berdenyut.
Ilham yang melihat Genta merasa tidak tega.
"baik buruknya sebuah takdir itu adalah suratan dari Allah, tugas kita menerima dan ikhlas atas ketentuan-Nya. Kadang kita lupa sebagai hamba-Nya merasa sudah baik menjalani takdir. Padahal semua belum tentu menurut Allah. Pasrahkan saja kepada Allah, Insyaallah jalan terbaik akan terbuka bagi setiap hamba yang yakin akan ketentuan-Nya" seru Ilham.
Lagi-lagi Genta hanya diam membisu mencerna setiap ucapan Ilham.
Apakah ia telah menjadi manusia sombong?
Yang merasa benar atas kelakuan kasarnya pada Della?
Sungguh bila cerita tentang Lala dan Della tidak pernah terjadi mungkin Genta tidak akan hidup dalm kebenciaan. Namun apa daya di hanya manusia biasa tempatnya khilaf dan salah.
"yaudah kakak mau kedalam dulu kebetulan mau memeriksa tugas"
Genta hanya menganggukan kepalanya tanda ia setuju.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Makmumku
Spiritual"Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan 'la ilaha illallah' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan kotoran dari tengah. jalan" ( Hr: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Im...