11. Mimpi Tertunda

53 4 3
                                    

Aku mempunyai masa indah denganmu, rasanya ingin mengulang kembali. Namun, takdir sedang menguji semua yang ku harapkan. Mungkin pasrah adalah salah satu caranya.

-Muhammad Ilham Khalik-

---

Dalam sepanjang perjalanan Obrolan hanya di dominasi oleh Dalisya. Ia banyak bercerita tentang Ibunya, Della hanya tersenyum menanggapi ucapan Dalisya. Hingga akhirnya hening karena Delisya tertidur di pangkuan Della.

Di mobil Ilham, dan Della hanya saling membisu. Tidak ada diantara mereka yang ingin memulai obrolan. Miris pikir Ilham, orang yang dulu begitu besemangat untuk menceritakan hari-hari yang terjadi dalam hidupnya kini seperti orang yang tidak saling mengenal satu sama lain, lebih tepatnya seperti orang asing.

Ilham, memaklumi sifat Della seperti itu. Karena, ia sadari banyak goresan luka yang telah ia torehkan kepada wanita yang ada di sisinya. Ilham merasa raganya dekat dengan Della, namun perasaanya jauh sangat jauh hingga untuk menggapainyapun mungkin suatu kemustahilan.

Keheningan yang terjadi ini membuat ia merasa tidak ada maknanya lagi di disisi Della. Bila boleh jujur hatinya begitu ingin melindungi Della, dan merengkuhnya ia ingin menjadi seseorang yang mampu mengusap air mata kala ia sedih, dan Ilham ingin menjadi alasan Della, tersenyum lagi seperti lanyaknya dahulu. Ketika Della, bersedih karena Ayahnya jarang memperdulikan Della, karena sibuk mencari adik angkatnya. Ilham, sigap disisi Della menghiburnya bahkan Ilham, rela kehujanan demi mendapatkan boneka keinginan Della. Namun, naas suatu kejadiaan dan tekanan mebuat ia harus peegi dari sisi Della, ia merasa bodoh tidak memberi kabar apapun pada gadisnya. Namun, apa daya nasi sudah menjadi bubur.

--

Ilham memakirkan mobilnya di Rumah makan khas sunda, karena Delisya sangat menyukai makanan orang sunda. Ilham, melirik kesisi sampingnya. Ia terpaku melihat Della, dan Delisya sedang tidur dengan begitu damainya. Ilham, meperhatikan raut muka Della, dan Delisya secara bergantian. Hati Ilham, sekita menghangat. Seketika ia berpikir bolehkan Tuhan ia menua dengan gadis yang ada di sampingnya. Ilham, mengenyahkan pikirannya ia ingat Della, adalah calon istri adiknya.

Lalu, Ilham membangunkan Della.

"Dell, mohon maaf kita sudah sampai"

Della, menggeliat dalam tidurnya. Ia melihat Rumah makan yang ada di hadapannya. Della, membangunkan Delisya.

"Sayang nak, bangun udah sampe"

Delisya menggeliat, lalu tersenyum pada Della.

"Mau di gendong sama kakak, boleh? " tanyanya manja.

"Boleh dong sayang, ayo sini sama kaka gendong" Della, tersenyum pada Sya, lau tangannya menggedong Della, seraya mengelus kepala Sya, yang terbalut jiblab instan lucu berwana dusty pink.

Ilham, yang melihat interaksi anatara Della, dan Sya, bibirnya tersenyum. Hatinya gembira melihat kedekatan anaknya dan matan kekasihnya. Ilham, berharap Della, tidak membenci Sya, seperti Della, yang membecin Ilham.

"yaudah tunggu sebentar biar Ayah, buka dulu pintunya biar kak Della, gak kesusahan buat keluar dari mobilnya"

Ilham, keluar terlebih dahulu dari mobil. Lalu membukakan pintu kirinya.

"makasih Ayah, sya" ujar Sya menampakan cengiran dan gigi putih rapinya. Namak mengemaskan.

"sama-sama, princess. Yaudah ayo kedalam, kasihan kak Della, berdiri apalagi sambil mangku kamu yang berat ini kaya karung beras" canda Ilham.

Sya, yang mendengarnya memberengut "ih Ayah, apaan si Sya gak berat kaya karung beras. Sya, ringan kok kaya kapas. Iya kan kak Della? " Sya, meminta pembelaan pada Della.

Della, tersenyum lalu tangannya mengusap kepala Sya, gemas. "iya Sya, gak berat--"

"gak salah lagi beratnya" sambung Ilham seraya terkekeh

"ih Ayah, kok jahat si sama Sya. Sya, gak mau sama Ayah, Sya, mau sama kak Della aja sekarang"

"Eh eh kok gitu sih" protes Ilham

Della, merasa jengan dengan drama antara anak dan Ayah, yang ada di hadapannya pun langsung melerai.

"udah-udah jangan berantem mulu, malu di liatin orang. Ayo kedalam kan Sya laper, mohon maaf Pak sebaiknya kita segera ke dalam"

Ilham yang mendegar ucapan Della, tersenyum. "Mari"

Ilham, Della, Sya pun beriringan memasuki Rumah makan khas Sunda.

---

Sesudah mendapatkan meja. Ilham memnanggil pelayan untuk memesan makanan tangan Ilham, melambai pada pelayan itu pun datang menghampiri.

"mau pesen apa pak, bu? " ucap pelayan itu seraya tersenyum ramah.

"saya pesen, ayam pepes satu, nasi putih sama kerupuk, minumannya teh manis. Tiga, porsi ya mbak" ucap Ilham.

"baik, pak ada lagi? "

Ilham melirik Della, Della hanya mengeleng sebagai ucapanya.

"baik pak bu di tunggu, dulu pesanannya" pelayan itupun berlalu dari hadapan mereka.

Della, tersenyum dalam hatinya ternyata Ilham, masih mengingat makanan kesukaannya. Seperkian detik ia langsung beristigfar karena teringat dengan statusnya bersama Ilham. Ingat Della, Ilham sudah menikah bahkan dalam pernikahannya pun Ilham menghasilkan anak yang begitu menggemaskan.

---

Sesudah selesai makan siang, Sya mengajak Della jalan-jalan di sekitaran taman bermain. Sya begitu bahagia ketika ia datang ketempat bermain ini di temani Ayah, dan kak Sya, walau bukan Ibunya namun Sya, sangat bahagia.

Sya, menarik-narik tangan Della, untuk membeli makanan yang ada di pinggir jalan yaitu Pisang aromanis. Di sebrang jalan sana Della, menoleh pada Ilham, Ilham tersenyum kepada Della "Ayo, kita beli sayang" ujar Ilham.

Della, terpaku melihat senyuman Ilham, itu senyuman yang dari dulu sangat Della, rindukan, senyuman itu yang selalu membuat tenang di kala gundah, senyuman itu yang menjadi penyemangat hari-harinya namun naas senyuman itu pula yang menghancurkan mimpi-mimpinya.

Della, mengekori Ilham, dari belakang ia melihat interaksi antara Ilham, dan pedagang masih seperti dulu rendah hati dan penuh dengan candaan yang mampu menghidupkan di sekelilingnya untuk tertawa.

"Bu beli pisang aromanis tapi jangan terlalu manis soalnya anak saya udah terlalu manis"

Ibu penjual pisang aromanis itupun terkekeh seraya menyerahkan sekantong plastik pisang aromanis.

" nak Ilham bisa aja, gak berubah dari dulu. Kalo dulu si neng yang di belakang nak Ilham gombalin bilangnya gini "bu beli pisang aromanis tapi jangan terlalu manis soalnya perempuan yang ada di samping saya udah manis"

Ilham terkekeh mendengar ucapan Ibu penjual pisang aromanis kala dia masih SMA.

"kalian, jadi nikah. Kok gak ngundang ibu" sambung ibu tadi

"kami gak nikah, kok bu cuman saya,--saya" della, bingun menjawab apa

"kami gak menikah bu"

"lah terus"

"Della, kebetulan menjadi mahasiswi saya di perkuliahan, kebetulan anak saya suka sama Della. Jadi, anak saya maksa buat Della, main sama-sama. "

Ibu itu hanya menganggukkan kepalanya tanda ia paham dengan ucapan Ilham.

"Yaudah kalo gitu bu, kami permisi, keburu sore"

"Silahkan-silahkan, semoga selamat di perjalan nak Ilham"

Ilham terseyun lalu mengucapkan salam, Della, Sya, dan Ilham lalu memasuki mobil meninggalkan pelataran taman.

Tbc..

Dia MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang