10. Sebagian Mimpiku

56 5 2
                                    

Dalam khayal aku bermimpi, dalam sendu aku menangis, dalam rindu aku mengadu.

Takdir tak pernah bermain kepada hidup seseorang, takdir hanya ingin memberikan pelajaran kepada hidup seseorang.  Agar mereka tau hakikatnya manusia adalah milik sang Maha Kuasa, tanpa campur tangan sang Maha kuasa mana mungkin dapat terjadi kisah cinta indah seperti setianya Ibunda Khadijah kepada Kekasihnya Yaitu Rasulallah, di saat semua orang menjauh namun, dengan senyum lembut dan tangan terulur ia membantu perjuangan Rasulallah hingga raga dan jiwanya menjadi saksi bisu perjuangan untuk menegakan panji-paji keadilan.

Della, menghela napasnya ia begitu menyukai sosok Ibunda khadijah, yang setia dalam keadaan apapun kepada sosok yang ia cintai. Namun, apakah bisa ia seperti Ibunda Khadijah, menemani suaminya kelak. Sedangkan tidak ada sedikitpun rasa kepada Genta, ia hanya menganganggap Genta, seperti kakaknya sendiri dan Della, sendiripun tau bahwa Genta, masih mengharapkan cinta masa kecilnya adiknya sendiri atau, Lala.

Lagi-lagi hanya helasaan napas yang keluar dari bibir manisnya Della. Ia mengingat kisah cintanya dahulu kala masih SMA, ia ingat betul pemuda itu yang selalu di sampingnya ketika sesak menahan sepi, namun bodohnya ia mampu mempercayai pemuda itu yang mengumbar kata-kata manis tapi janjinya hanya sebatas angan ia jatuh sejatuh-jatuhnya ketika pemuda itu pergi tanpa memberikan sedikitpun kabar padanya sesak rasanya tak mampu tertahan belum luka itu mengering pemuda itu datang lagi menghampirinya.

Kala di kampus ia masih bisa mengontrol keterkejutannya tentang pertemuan dengan mantan kekasihnya itu bahkan ketika mengajarpun Della, tidak terlalu memperhatikannya. Sialnya hati tidak bisa membohongi bahwa ia masih menyukai pemuda yang pernah singgah walau pada akhirnya memberi luka.

Della, tersenyum miris dalam hidupnya dia sakit sangat sakit ketika mengetahui bahwa Ilham, telah mempunyai istri apalagi di tambah dengan kehadiran anak kecil di kehidupan pemuda yang ia cintai. Menambah kesempurnaan hidup mereka.

Apakah bisa ia seperti itu kelak dengan Genta, walau jujur ia sedang memangun rasanya pada Genta, karena ia tahu cepat atau lambat ia harus bisa mencintainya dengan seluruh hidupnya.

Della, menatap pantulannya di cermin khimar warna hitam di padukan dengan gamis berwarna hitam becorak kuning menambah kesan anggunnya. Tidak ada polesan make up yang berlebihan di muka cantik Della, bibirnya yang merah alami, hidungnya yang pas dengan stuktur wajahnya menambah kesan imut dan manis.

Selesai bersiap Della, turun kebawah untuk sarapan.

**

Della, melihat Bunda, sedang di dapur bibirnya ternsenyum lalu tubuhnya melangkah menuju objek yang ia perhatikan.

"Ishh kamu apaan sih Kak, peluk-peluk Bunda segala" tanya Bunda. Ia memanggil Kakak kepada Della, karena dahulu ketika Della mempunyai adik angkat yang sekarang hilang entah kemana. Jujur dalam hati yang paling dalam ia merindukan Mila, anak lucu nan sholehah dan tabah itu yang du bawa oleh suaminya seandainya ia menjaga dengan benar pasti anak itu akan tumbuh sangat cantik namun naas kata seandainya adalah tipu daya syaitan Nur, hanya bisa mendoakan anaknya yang entah kemana semoga dalam lindungan Allah, mencari pun sudah ia lakukan bertahun-tahun namun yang ia dapat hanya kekecewaan terus menerus senjata terakirnya yaitu berdoa dan berdoa berharap Allah, mendengar doanya.

Della, melepaskan pelukan pada Bundanya.
"Bunda, ko ngelamun" tegurnya.

"Iyanih gegara kamu soalnya"

"lah kok malah gara-gara aku"

"iya soalnya kamu buat Bunda, sayang terus sih"

Della, merasa terharu dengan ucapan Bundanya lalu tangannya memeluk kembali tubuh Bundanya, tanpa mereka ketahui Ayah pun memeluk mereka berdua.

"Ayah" tegur dua bidadari kesayangannya.

"hhe, masa gak ngajak-ngajak Ayah, juga sih. Kan Ayah, juga mau ikut seneng bareng kalian juga"

"Alesn aja, yaudah bantu-bantu Bunda, Kak buat beresin makanan di meja"

"Siap Bunda"

Di ruang makan itu canda dan tawa mengalir begitu indah, di selingi saling mengingati tentang hari akhir.

----

Della, berjalan di kolidor kampus kebetulan seharian iya tidak bersama Laras, karena Laras ternyata sedang absen kuliah karena ada acara keluarga katanya.

Rasanya bosen kalo gak ada Laras, gak ada yang ngambek, gak ada yang merajuk, gak ada temen segala deh. Untungnya pelajarannya udah beres, di tambah bimbingan tesis udah beres "Alhamdulillah" batin Della.

"Kak Della, kak Della" teriak anak kecil.

Della yang merasa di panggilpun menoleh ke belakang siapa gerangan yang memanggilnya.

"kak Della, ini aku Sya, masa udah lupa lagi" tegur anak kecil bernama Sya.

"yaampun kamu manis, kakak kira siapa"
Della, lalu berjongkok mensejajarkan badannya dengan anak itu.

"ih masa kaka udah lupa sih sama Sya" renggutnya.

Della, yang melihat tinggkah menggemaskan Sya, terkekeh lalu tangannya mencubit pipi Sya gemas.

"Hhe iyaiya maaf kaka Della ya? "

"enggak mau! "

"loh kok anak manis, gak mau maafin kakak sih" Della, meringis melihat anak kecil yang merajuk di hadapannya.

"Sya mau maafin kaka, tapi dengan satu syarat"

"apa cantik syaratnya? "

"ayo kita makan bareng, sama jalan-jalan bareng" ajak Sya.

Della, melihat pergelangan tangannya, jam 13.00, menurutnya masih siang gapapa deh ngajak Sya, jalan-jalan sebentar.

"tapi, Ayah sama Bunda, kamu nanti nyariin loh"

"gapapa kak kita ke Ayah dulu minta izin dulu"

Lalu Della, menganggukan kepalanya
"Yaudah kita Ke Ayah, kamu dulu minta Izin"

Sya, mengandeng tangan Della, lalu melangkah menuju rungan Ayah Sya.

---

"Assalamualaikum Ayah"

"Walaykumusalam anak, Ayah. Kamu tadi habis darimana aja ayah cariin juga"

"Maaf Yah, tadi Sya lihat kak Della. Langsung aja Sya kejar, soalnya Sya mau ngajak Kak Della, jalan bareng sama Sya terus sama Ayah."

Della, tertegun mendengan Ucapan Sya. Lalu matanya melihat kearah Ilham, Astagfirullah mata itu, mata itu yang membuatnya terbuai dan mengharapkan segala yang indah namun fana. Lalu Della, membuang matanya.

"emang kamu udah, kak Della, nya mau? "

"udah mau dong Ayah, ya kan kak Della" seru Sya.

Della, hanya tersenyum tipis. Della, tidak menyangka ia akan jalan bersama dengan laki-laki masa lalunya.

Tbc..

Dia MakmumkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang