--
Di dalam setiap penantian pasti ada rasa menjaga, dia tidak ingin persaannya di rasakan orang lain cukup Allah, Rasul, Keluarga, dan pendamping hidupnya saja yang menjaga perasaan cintanya itu, karena dia tau bahwa berharap pada selain pemilik-Nya, itu sangatlah menyengsarakan.Namun, dalam penantian dia slalu berharap cinta karena Allah benci karena Allah, itulah prisip hidupnya. Ketika menyertai Allah, dalam setiap perbuatan apa yang di harapkan akan melampaui batas, Yang diluar nalar keinginan.
---
"Ra, hy! jangan kebanyakan bengon nanti kamu kesambet loh, dan yang lebih penting gak ada manfaatnya lebih baik istigfar" Ujar temannya yang menghampiri di taman belakang kampus, kemudian ia duduk berhadapan dengan seseorang yang ia sapa.
"Sotoy kamu del siapa yang lagi ngelamun, aku lagi mikir judul tesis apa yang harus aku bawa" Bela Laras
"Udah nemu judulnya?" Ujarnya sambil memperhatikan gerak gerik sahabatnya.
"Belum" cengir Laras.
"Manawi teh tos neng laras gelis, nanaonan wae atuh titadi teh? (kirain udah neng laras cantik, ngapain ajah atuh dari tadi ?)" Geram Della, ia kira sahabatnya sedang menulis sepenggalan tesis nyatanya.
"Hmmm kirain gampang Dell bikin tesis nyatanya??"
"Nyatanya apa?" ujar Della sambil melihat coretan tinta dalam selembar kertas.
"Nyatanya susah" Keluh Laras
"Kamu tau gak surat al ikhlas?" Ujar dela mengalihkan pembicaraan.
"Emm anak kecil juga tau kali Dell"
"Yaudah kamu praktekin yang ada di surah al ikhlas, bukannya sudah jelas Allah tempat meminta segala sesuatu.(Q.S al ikhlas 112:2 ) Gitu aja repot"
"Tapi, gimana caranya Dell?" Tanya Laras
"Astagfirullah, kamu do'a dong sama Allah, bukan cuma do'a ,tapi kamu juga perlu usaha. Nah, dengan gitu allah bakal ngegampangin urusan kamu.
Tau gak allah itu gak mau nyusahin umatnya cuma umatnya aja nyusahin sendiri. Karena apa coba?" Tanya Dela"Gk tau?" Jawab laras seadanya.
"Karena dia selalu merasa Allah, memberikan takdir yang menurutnya sangat menyakiti hatinya, padahal di saat hatinya sakit allah merindukan umatnya" Ucap Della menampar ujung hatinya, ia slalu menyalahkan takdir sang ilahi atas segala kesengsaraanya slama ini.
"Jadi Allah, sekarang sedang mengujiku dengan tugas-tugas tesis ini, karena Allah sedang rindu padaku?"
"Iyah"
"Aku jahat banget nyah Dell padahal kita do'a ke Allah buat kebaikan kita sendiri biar bagus nilainya. Allah, gak mau nilai kita jelek trus orang tua kita sedih. Padahal bukan Allah yang butuh aku, tapi aku yang butuh Allah" Ujar Laras, sambil menyesali kata-kata mengeluh yang keluar dari bibir manisnya. Dia beruntung di pertemukan dengan sesosok Adella Aisha Hanifah, yang lemah lembut dan manis. Bahkan Della, yang membantu proses Hijrahnya Larasati Anjani Azzahra, maklum Laras, bukanlah dari keluarga yang kental beragama seperti, Della. Saat Allah menakdirkan mereka bertemu sebagai sahabat hari-hari Laras, semakin penuh dengan warna.
"Yaudah gk apa apa, jangan lupa aja istigfar. Dengan kata "astagfirullah" pasti Allah ngampunin dosa kamu" ujar Della sambil melengkungkan bibir tipisnya.
Laras merasa beruntung mendapatkan sahabat seperti Della selain sosok sebagai sahabat ia juga bisa menjelma sebagai kakanya. Ia slalu berharap agar jodoh Della bisa menyayangi Della karena Allah dan gk pernah ada seorang pun yang menggoreskan luka barang sekecil apapun luka itu baik hati maupun fisik, karena ia teramat sayang pada sahabatnya itu dia berani berkorban apapun itu bahkan nyawa pun dia kasih asalkan tetap melihat Dellanya tersenyum.
"Duh ni anak mulai lagi dehh ngelamunnya, Laras?" Ucap Della di telinga Laras pasalnya ia kesal . Laras hanya melihat Della dengab mimik muka sedih lalu senyam senyum sendiri kan anehh.
"Ehh iaaa, kamu ngagetin aja kalau mau bicara deket deket ngomong dulu dong biar aku gak merinding" Bibirnya mencebik, karena kesal dengan ulah sahabatnya.
Della hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Laras, baginya walaupun bicara Laras kadang gak nyambung seperti tadi bagaimana bicara deket deket harus ngomong. Kurang masuk akalkan? Namun itu yang membuatnya semakin menyanyangi Laras, bagi Della, Laras, bagaikan adik kecil yang hilang karena keegoisan dirinya.
Laras berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Della, yang begantian dengannya sedang melamun sambil memandang kosong entah kemana. Larasa, sengaja meninggalkan Della, karena ingin menjaili. Ia terkikik geli baru kali ini ia melihat sahabatnya melamun.
Ketika Laras sudah pergi jauh dari taman kampus tiba tiba ada seorang laki-laki menghampiri Della. Tangannya menenteng plastik.
"Aslamulaikum Dell?" kok gak di saut pikirnya. Ia coba satu kali lagi mungkin dia akan menjawab" Aslamulaikum delll?" ucap laki laki itu meninggikan suara sedikit.Della, baru tersadar dari lamunannya matanya menulisuri tempat ia duduk, perasaan tadi ada Laras deh disini kok udah gk ada lagi kemana tuh anak. Ohh pasti dia ngejailin aku pikir Della awas aja.
"Aslamulaikum delll?"ucap laki-laki itu lagi.
Astagfirullah ia hampir lupa.
"Waalaikumsalam Mas Genta, mohon maaf Mas, tadi Della, malamun" ucapnya merasa bersalahLaki-laki bernama Genta, itu lalu duduk berhadapan dengan Della, namun sedikit memberi jarak karena ia tau dimana pun pasti ada syaitan karena syaitan itu musuh yang nyata.
Hening seketika tidak ada yang memulai pembicaraan pasalnya Della, sangat terkejut bisa dihampiri oleh seorang Genta Mahesa Khalik, Mahasiswa paling pintar di jurusan Bisnis S3 walaupun di umurnya masih muda dan masih berstatus Mahasiswa dia sudah memiliki Bisnis dimana-mana dan aktif dalam berorganisasi. Selain itu juga seorang yang sangat kental akan ilmu agama, maklum ia juga sama seperti Della dari keluarga berada dan kental akan ilmu agama.
Genta mulai jengah dengan keadaan ini lalu ia mulai bicara "Dell, ini dari mamah aku katanya oleh oleh buat keluarga kamu" Setelah menyerahkan kantung itu kepada Della Genta, lalu pergi meninggalkan Della yang sedang mematung.

Adellia Aisha Hanifa
Larassati Anjani Azahra

Genta Mahesa Khalik
Say hay dulu dong sama pemain Dia makmumku..
Tbc😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Makmumku
Spiritual"Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama adalah ucapan 'la ilaha illallah' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan kotoran dari tengah. jalan" ( Hr: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Im...