16. Kekhawatiran

572 25 2
                                    

Sesampainya Ivanka dirumah, ia langsung merebahkan tubuhnya dikasur, Ivanka termasuk orang yang malas untuk makan malam, ia hanya ingin ngemil saja.

Entah mengapa pikirannya selalu tertuju pada Dev. Ia masih penasaran Dev sakit apa, hatinya berkata Dev menyembunyikan sesuatu.

"Apa bener Dev cuma sakit biasa? Eh bentar, sakit biasanya tuh sakit apa?", batinnya

"Kalau penyakit Dev serius gimana? Sebentar lagi kan ulangan kenaikan kelas", lanjut batinnya

"Semoga lu ga kenapa-napa ya Dev", ucapnya

Hari sudah larut malam, Ivanka memejamkan matanya lalu tertidur.
***

Dilain tempat, geng Barisan Pojok sedang mengobrol soal penyakit Dev

Via WhatsApp Group
Iman Wahyudi:"eh mabar ga?"

Alvin Winarca:"sensei kita sedang sakit bung"

Sakti Mahesa:"Dev bisa sakit juga"

Azmi Irama:"Devino juga manusia kan"

Aditya Reynaldi:"nah bener tuh kata anaknya Rhoma Irama"

Sakti Mahesa:"emang sakit apa dia?"

Aditya Reynaldi:"tadi gw tanya katanya cuma sakit biasa"

Rafly Mul:"sakit-sakitan mulu tuh orang"

Azmi Irama:"ketemu sama Vanka juga sembuh dia mah"

Aditya Reynaldi:"iya bener tuh wkwk"

Iman Wahyudi:"yang di omongin ga muncul-muncul nih"

Sakti Mahesa:"lagi tidur mungkin"

Rafly Mul:"tidur mulu"

Azmi Irama:"daripada lu BAB mulu"

Rafly Mul:"eh sehat itu mah"

Alvin Winarca:"mabar lah mabar"

Iman Wahyudi:"ayolah"

Dan akhirnya mereka main bareng, namun kali ini tanpa Dev.
***

Keesokan harinya, semua murid kelas 11 mipa 1 tengah asik masing-masing, karena memang sedang ada jam kosong. Seperti biasa Ivanka memanfaatkan waktu luang ini dengan membaca cerita di e-book, atau pelajaran yang nantinya akan di hadapi saat ulangan.

Saat membaca sebuah kalimat yang ada di e-book nya, tiba-tiba Vanka kepikiran Dev.

"Bahagiakanlah jika itu membuatnya bahagia disisa waktunya, jangan biarkan ia pergi tanpa memberi ucapan selamat tinggal"

"Ko gw jadi kepikiran Dev?", batinnya
***

Dev sedang melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dokter menyarankan untuk di rawat saja, namun Dev tidak mau, karena ia harus mengikuti ulangan kenaikan kelas.

Dev dirawat dirumahnya, untuk beberapa hari sebelum ulangan, ia tidak bisa mengikuti pelajaran seperti biasa dikelasnya.

Sedangkan Vanka saat ini masih khawatir pada Dev, entah kenapa ia berpikiran bahwa Dev tidak baik-baik saja.
***

Semua jam pelajaran pun telah selesai, seluruh siswa-siswi bergegas pulang ke rumah masing-masing.

Sesampainya Vanka dirumah, ia langsung menuju kamar, dan memainkan ponselnya, ia ingin menanyakan kabar Dev hari ini.

"Dev?"

Pesan Vanka tidak langsung dibalas, namun Vanka tetap menunggu sampai Dev membalasnya. Dan akhirnya Dev pun membalas pesan Vanka, namun setelah 1 jam kemudian

Kevin Devino:"iya Van?"

Sayang sekali saat Dev sudah membalas pesan, Vanka sudah tertidur. Sudah lama sekali Ivanka tidak tidur siang, karena kesibukannya di sekolah.

Dev pun memilih untuk istirahat lagi saja.
***

"Maaf Van, gw belum sempet bahagiain lu, gw ga tau sampai kapan gw bisa bertahan"

"Dev jangan pergi Dev, gw janji gw akan selalu ada buat lu, gw mohon lu jangan pergi"

"Maaf selama ini gw ga bisa selalu ada buat lu, maaf gw terlalu sibuk sama hobby gw", ucap Dev sambil memegang kedua pipi Ivanka

"Dev udah Dev, itu ga penting, yang penting lu sembuh dulu"

"Gw sayang sama lu Van, sampai Tuhan bener-bener cabut nyawa gw"

"Ngga Dev, jangan ngomong kaya gitu, gw tau lu kuat, gw yakin lu pasti sembuh"

"Ga bisa Van, gw harus pergi"

"Jangan Dev, lu pernah bilang sama gw, kalau lu pergi, gw juga ikut"

"Ga bisa Van"

"Apanya yang ga bisa? Gw mau ikut sama lu"

"Jangan Vanka, maaf gw harus pergi"

Tuuuuttttt, monitor detakan jantung terhenti. Tangan yang sedari tadi memegang pipi Vanka terlepas secara perlahan. Vanka menangis sekeras-kerasnya, ia tidak sanggup menerima keadaan, bahwa Dev sudah pergi untuk selamanya.

"Dev bangun Dev, banguuunn"

Ivanka berusaha membangunkan Dev, namun Dev sudah tidak bernyawa lagi

"Deeeeeevvvvvvv", teriak Vanka tidak bisa menerima ini semua.

Air matanya terus saja jatuh, ia tidak percaya secepat ini Dev pergi

"Dev, kita belum memulainya, tapi kenapa lu udah mengakhiri semuanya?", batin Dev masih dengan air matanya

Dokter menutup seluruh tubuh Dev

"Deeevvvvv", isakan Vanka semakin menjadi

"Deeevv"

Ivanka terbangun dari tidurnya, dengan keringat yang membasahi keningnya

"Cuma mimpi kan?", ia menepuk pipinya sendiri

"Dev, lu baik-baik aja kan?", batinnya.

Ia langsung mengambil ponselnya, dan melihat notifikasi dari Dev, lalu ia langsung membukanya

"Dev lu ga kenapa-napa kan?"

Pesannya tidak langsung dibalas, ia kini semakin khawatir pada Dev. Ia mondar-mandir seperti setrikaan, pikirannya kali ini hanya tertuju pada Dev saja.

"Dev bales dong", ucapnya masih mondar-mandir dengan handphone di tangannya.

"Gw tanya Adit aja kali ya, dia kan temen deket Dev", gumamnya

Ia langsung mencari kontak Adit.

"Dit, lu tau ga Dev sakit apa?"

Tidak lama pesannya dibalas

Aditya Reynaldi:"Cuma sakit biasa katanya"

"Lu yakin? Gw ga yakin Dit, gw kepikiran terus sama penyakit Dev"

Aditya Reynaldi:"Dia sih bilang nya gitu ke gw Van"

"Yaudah deh, thanks Dit"

🐣🐣🐣

Untung cuma mimpi...
Tunggu kelanjutannya yaa
Jangan lupa vote, komen, dan rekomendasi ke temen-temennya
Terimakasih

He's Gamer [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang