30. Titik Lelah

531 32 9
                                    

Ia benar-benar sudah berada dipuncak kesabarannya.

Ia merasa dirinya sudah berada di ujung perjuangannya.

Dan sudah sampai di titik lelahnya.

Ia menceritakan semuanya pada teman-temannya di grup chat, dan teman-temannya menyuruh Vanka untuk berhenti saja memperjuangkan Dev.

Vanka masih bingung membuat keputusan. Ia harus bagaimana saat ini? Di satu sisi ia masih ingin bersama Dev meski sebenernya mereka hanya teman, namun Dev pernah berkata bahwa mereka adalah teman spesial, dan Dev juga pernah bilang, bahwa Vanka adalah ceweknya, di sisi lain, teman-temannya menyuruh berhenti saja, karena mereka tidak tega melihat Vanka selalu menangis.

Via WhatsApp Group

Nayomi Dian:"udalah Van, lu berhenti aja, capek di lu nya tau ga, kita cuma ga tega liat lu nangis mulu gara-gara dia"

Kirana Purisetiawan:"udah gw bilang kan dari dulu, tinggalin dia Van, berhenti berjuang sekarang juga, percuma lu berjuang kalo ga di hargain"

Stella Oktaviani:"ga punya otak emang cowo kaya gitu, isi otaknya game semua"

Talitha Ivanka:"gw pengen berhenti sis, tapi gw juga masih sayang"

Kirana Purisetiawan:"emang dia sayang juga sama lu?"

Talitha Ivanka:"mungkin engga"

Kirana Purisetiawan:"Van, lu udah ngelakuin semuanya, lu udah ngorbanin semuanya, tapi apa yang lu dapet? Air mata?"

Nayomi Dian:"Van, sampe kapan lu mau bertahan? Jangan bikin masa muda lu penuh luka kaya gini Van"

Windy Putri:"iya Van, lu berhenti aja, daripada lu nangis terus"

Stella Oktaviani:"berhenti Van, masih banyak cowo diluar sana yang lebih baik"

Talitha Ivanka:"gw pikirin matang-matang dulu ya"

Vanka terdiam sejenak, lalu ponselnya bergetar.

Kevin Devino:"gw cuma lagi berusaha ga terlalu sayang sama lu Van, gw trauma kalo gw terlalu sayang, kita pisah lagi, dan gw terluka lagi"

Air mata Vanka mengalir deras sekali, cukup. Vanka kini tau apa yang harus ia lakukan.

"Gw yang terluka Dev, gw udah capek sama semua nya, gw mau berhenti aja"

Kevin Devino:"yaudah, kalo emang itu yang terbaik buat lu, dan ga akan bikin lu nangis lagi, lu berhenti aja"

Vanka tidak ada niatan untuk membalas pesan Dev. Air matanya terus mengalir, tragis sekali.

Luka yang seolah datang bertubi-tubi tanpa jeda, itulah yang Vanka rasakan kini. Ia telah memutuskan untuk berhenti saja.

*Crrekk

Pintu kamar hotel Vanka terbuka, dan itu merupakan ayahnya, yang kini mendekati Vanka. Vanka berusaha menghapus air matanya.

"Kamu kok dari tadi di kamar mulu? Keluar yu, Bali luas loh, bukan di hotel ini aja", ucap ayahnya

"Memangnya mau kemana yah?", tanya Vanka

"Jalan-jalan di Bali lah"

"Yah, Vanka boleh minta sesuatu?"

"Boleh dong, kamu mau apa?"

"Aku pengen tinggal disini seterusnya yah", ucap Vanka dengan singkat namun cukup jelas dan membuat ayahnya tertegun.

"Kita pindah rumah yah, kita tinggal disini aja ya", lanjutnya

"Kamu yakin? Ko mendadak?", tanya ayahnya

He's Gamer [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang