Alaia terbangun dari mimpinya dan menyadari bahwa dia harus masuk kelas lagi. Lalu lintas di pagi hari ini terlihat sedikit padat. Dia mulai khawatir harus telat masuk kelas paginya. "Aku mohon jangan telat." Dia berharap tidak telat masuk kelas pagi karena kelas ini adalah kelas kesukaannya.
Alhasil, Alaia berhasil masuk di kelas itu. Beberapa orang mulai membicarakannya sesaat ia masuk kedalam kelas. "Hei, apa yang sedang mereka bicarakan?" bisiknya pada Naila. "Apa...membicarakanku?" sahutnya lagi. Naila mengangguk. Alaia menghela napasnya. "Aku sudah menduganya."
Kelas itu selesai. Alaia mengajak Naila makan di kantin kampusnya karena dia hanya sarapan sedikit. Saat dia menikmati sarapan paginya, beberapa orang di belakangnya mulai mengenali Alaia. "Apa dia baru disini?" sahut orang di belakang Alaia. "Iya. Dia angkatan tahun ini," sahut orang disebelahnya. "Hei, mereka membicarakanmu lagi." Naila membisik pada Alaia. Seketika Alaia mulai fokus obrolan mereka. Dia mendengar bahwa dirinya dijelek-jelek kan dan topik mereka sedikit ditambah-tambah. Dia tak terima dan mulai menyindir orang di belakangnya, "setidaknya aku tidak pengecut seperti mereka, yang berani bicara di belakang."
Sejak kejadian kemarin, Alaia menjadi bahan perbincangan di kampus. Tak hanya di kampusnya, tapi jug di media sosial. Wajahnya tersebar di akun-akun fanbase BTS. Di tempat lain, Taehyung sedang memantau akun sosial media mereka. Dia terkejut melihat sosok Jungkook bersama seorang perempuan. "Jungkook! Apa ini kamu?" tanyanya. Jungkook menghiraukan pertanyaan Taehyung. "Itu dia," ungkap Jimin. Dia mulai membahas lagi kejadian yang menimpa Jungkook kemarin.
"Wah, apa ini ada di dunia nyata?" tanya Jin.
"Aku bahkan tak menduganya." Jimin ungkap perasaannya saat ia melihat Alaia mengatakan hal konyol pada Jungkook.
"Hei, Jungkook! Kamu harusnya beruntung karena ada perempuan yang mau jujur padamu," Suga terlihat meledek Jungkook.
Jungkook terlihat tak merespon teman-temannya itu. Dia tak peduli apa yang mereka bicarakan karena dia tak ingin membahas kejadian itu lagi. Dia bahkan tak menduga ada perempuan yang berani mengatakan hal itu padanya. "Jungkook sebenarnya kaget," sahut Jimin lagi. "Katanya...dia deg-degan saat gadis itu bicara padanya." Taehyung mulai meledek Jungkook, "Jungkook...Jungkook! Kenapa kamu membuatnya merasa kecewa?" dia baru saja melihat berita itu di media sosial mereka.
***
Waktu berlalu begitu cepat, satu bulan sejak kejadian itu, berita itu perlahan lenyap. Hidup Alaia kembali seperti semula. Tidak ada lagi orang-orang yang membicarakan dirinya lagi. Kini dia bisa fokus dengan sesuatu yang sedang ia incar. Tiga hari kemudian, dia mendapatkan kabar gembira itu. "Apa kamu serius?" tanya Alaia tak percaya. Naila mengangguk iya, "dia baru saja bilang padaku. Kamu bisa bergabung dengannya saat akhir pekan nanti." Alaia tampak senang usahanya berbuah hasil. Dia mendapat kesempatan bergabung di suatu stasiun TV terkenal di Korea selama satu hari full. Rupanya keikutsertaannya banyak mendapat cibiran karena alasan terkuat dia terpilih bukan warga Korea asli. Beruntungnya dia tak memikirkan hal itu. Dia ingin menikmati kesempatan itu karena kabarnya untuk bisa bergabung sangat susah sekali.
Sehari sebelum Alaia datang ke stasiun TV tersebut, dia mendapatkan beberapa kesialan. Dia harus pulang dengan bus lantaran tidak ada yang bisa menjemputnya. Dia sempat berpikir pulang dengan taksi, sayangnya dia tidak membawa kartu yang biasa ia bawa. "Ah! Kemana aku bisa lupa membawa kartu itu." Dia mengeluh pada Naila yang ada disampingnya. Tak sampai di situ, saat dia hendak pergi ke halte bus, tiba-tiba saat ia berjalan, hujan datang mengguyurnya. Dia buru-buru meneduh. Setibanya di halte bus, karena terlalu menunggu hujan reda, dia pun tertinggal bus yang baru saja pergi tepat saat dia tiba.
"Woah! Aku tidak percaya kesialan ini terus terjadi padaku," ungkap Alaia.
***
Esok hari pun tiba. Alaia bangun telat karena merasa tidak enak badan. Dia menyalahkan kedua orang tuanya yang tidak bisa menjemputnya semalam. Beruntungnya dia tidak telat sampai di stasiun TV tersebut. Rekannya sudah menunggunya sejak satu jam yang lalu. Rekannya itu memang tipe orang yang tepat waktu, dia bahkan datang sejam sebelum kegiatan itu dimulai.
Alaia buru-buru bertemu rekannya. Beruntungnya dia tidak harus menunggu lift. Setibanya di lantai yang dimaksud, dia dan rekannya langsung berbicara mengenai kegiatan mereka hari ini. Rupanya kegiatan dia dan rekannya di stasiun TV tidak full seperti yang dikatakan sebelumnya. Pihak stasiun tersebut akan menunda kegiatan kedua mereka minggu depan. Jadi, Alaia dan rekannya harus kembali lagi minggu depan.
Alaia menerima banyak ilmu di stasiun TV tersebut. Dia juga melihat trik-trik yang dipakai seorang presenter berita pagi dan juga presenter acara talk show. Dia merasa beruntung bisa terpilih. Tetapi dibalik rasa bahagia yang ia terima, dia baru saja mendapatkan kesialan pertama di stasiun TV tersebut. Seseorang menumpahkan minuman kopi ke baju yang ia kenakan.
"Argh," keluhnya.
"Maaf...maaf...aku tidak sengaja. Biarkan aku membersihkannya," sahut perempuan yang menumpahkan minumannya pada baju Alaia.
"Jika bukan karena kesialan itu. Aku pasti akan memarahinya," gumam batin Alaia.
"Tidak apa-apa. Mungkin aku tidak beruntung saja hari ini," sahut Alaia.
Akhirnya keduanya pun pergi bersama menuju Cafe di area food court stasiun TV tersebut. Perempuan itu harus memesan kopi lagi karena tumpah tadi, sementara Alaia akan membeli minuman untuk dirinya. Dia akan pulang usai ia membeli minuman itu. Dia harus bertemu mommynya sore ini.
***
"Mommy menelponmu sejak tadi," sahut mommynya.
"Nelpon?" Alaia meraih ponselnya dan melihat bahwa tidak ada panggilan satupun dari mommynya.
"Ah?" Mommynya merasa aneh. Dia pun mencoba menelepon nomor anaknya lagi.
Panggilan itu tersambung hanya Alaia tak melihat mommynya menelepon dirinya. Akhirnya Alaia gantian menelepon mommynya, tapi saat dia hendak membuka ponselnya, password yang ia masukkan salah. Dia merasa yakin dengan passwordnya. Dia bahkan tak mengubahnya sejak dia pindah. "Ini aneh," sahutnya. Mommynya menduga bahwa ponsel Alaia tertukar dengan ponsel orang lain.
"Tertukar?"
"Iya mungkin saja," sahut mommynya.
Alaia pun mencoba mengingat kejadian tadi saat ia hendak membeli minuman. Dia ingat bahwa perempuan yang menumpahkan minumannya tadi juga memiliki ponsel yang mirip dengannya. Dia juga tidak mengecek ponselnya karena dia merasa lelah. "Aku merasa sangat sial akhir-akhir ini," sahut Alaia. "Kamu menjadi sangat sial sejak tinggal disini," sahut mommynya. Alaia menatap tajam mommynya yang baru saja meledek dirinya. "Apa yang harus aku lakukan?" sahut Alaia. Dia pun meminjam ponsel mommynya dan mencoba menelepon ponselnya. Tak lama kemudian, seorang mengangkat panggilannya.
"Ya? Apa kamu pemilik ponsel ini?" sahut si penelpon.
"Iya. Aku rasa ponsel kita tertukar. Apa...kita bisa menukarnya hari ini" Alaia ingin menukar ponselnya hari ini juga karena ada beberapa hal penting yang harus dia cek di ponselnya.
"Hari ini? Aku...aku tidak yakin bisa hari ini. Tapi mungkin sekitar jam 11 malam bisa," kata si penelpon.
"Jam 11 malam?" sahut Alaia. Dia melirik pada mommynya. Sang mommy mengatakan tidak apa-apa jika memang anaknya butuh ponselnya hari ini juga.
"Baiklah. Dimana?"
"Bagaimana kalau di sungai Han?"
"Han river?" Alaia merasa aneh dengan si penelpon itu. "Apa dia gila? Aku harus pergi ke sungai di jam 11 malam?!"
Alaia menghela napasnya, "oke. Aku tunggu." Akhirnya mereka memutuskan janjian di sebuah toko di sekitar lapangan sungai Han.
>>> NEXT PART: Bertemu untuk pertama kalinya <<<
YOU ARE READING
Do You Believe In Magic? #2
FanfictionThe 2nd series of December Is Coming, when all of Alice's life bring her into the magic land. Everything tell the truth and everything has changed. Justin isn't Justin as you know before and Alice isn't Alice as like you read. It was like the truth...