Alaia pergi ke sungai Han. Tanpa ia duga, dia bertemu dengan wanita paruh baya yang pernah ia temui. Dia terkejut melihat kehadiran wanita itu yang muncul secara tiba-tiba. "Woah! Anda mengejutkanku!" seraya dia memegang dadanya. Wanita meminta Alaia duduk didekatnya. Dia juga bertanya keadaan Alaia. "Anda tidak perlu bertanya padaku bagaimana keadaanku karena aku...sudah melalui banyak masa sulit," kata Alaia dengan ketus.
"Kamu punya banyak kesempatan kemarin," sahut wanita paruh baya itu.
"Kesempatan apa lagi? Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya lagi."
"Hari ini kamu bertemu dengannya," sahut wanita itu.
"Dimana?" Alaia terdengar tidak tertarik.
"Pertama, saat kamu naik lift. Dia datang dan masuk kedalam lift lebih dulu. Dia bahkan yang menekan tombol lift agar tidak tertutup untukmu. Apa kamu menyadari kehadirannya?"
Alaia mencoba mengingatnya. Dia hanya ingat ada dua orang lelaki di dalam lift itu. "Satunya bermasker hitam dan satunya terlihat tinggi besar. Aku yakin orang tinggi besar itu bukan dia. Apa...jangan-jangan dia yang memakai masker hitam?" sahutnya.
Wanita itu mengangguk, "dia tahu kalau itu kamu. Dia masih mengingatmu."
"Ah, begitu?" Alaia membenci harus mengingat wajah Jungkook lagi.
"Kedua, saat kamu berada di koridor lantai 12. Saat itu kamu sedang berdiskusi dengan rekan-rekanmu dan disaat yang bersamaan dia melewatimu. Kalian tidak sadar satu sama lain. Sekarang...kamu sudah membuang dua kesempatan itu?" sahut wanita paruh baya itu.
"Jika pun aku sadar, maka aku tidak akan bertanya padanya. Aku akan dipermalukan lagi. Ah, aku membencinya sekarang. Aku bahkan tidak ingin membayangkan wajahnya lagi, membayangi wajahnya saja membuat merasa ingin...," wanita itu membuat Alaia berhenti bicara.
"...yang ketiga...," Alaia menghela napasnya saat ia sadar wanita paruh baya itu tak mendengar ucapannya barusan.
"...saat kamu hendak pergi ke sebuah studio, tanpa kamu sadari dia berjalan tepat di belakangmu. Kalian menuju satu tempat yang sama."
"Kalian pergi ke sebuah studio yang sama. Itu yang keempat."
"Yang terakhir?" sahut Alaia.
"Dia melihatmu saat secara tak sengaja kamu tertumpah sebuah kopi."
"Lalu...kenapa...ah sudahlah, tidak penting." Sosok Jungkook baru saja singgah dipikiran Alaia.
"Apa kamu berpikir dia akan membantumu?" sahut wanita paruh baya itu.
"Bukan...ah sudahlah. Aku harus bertemu seseorang sekarang. Aku tidak punya banyak waktu." Alaia menghela napasnya. Dia pun beranjak dari tempat duduknya. Tapi sebelum dia benar-benar pergi dia bertanya satu hal pada wanita paruh baya itu. "Apa...aku melewatkan kesempatan bagus ku?" tanyanya. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya. "Masih ada banyak jalan untuk kesempatan keduamu," sahut wanita itu.
"Baiklah. Saya harus pergi sekarang."
Alaia pergi meninggalkan wanita paruh baya itu untuk bertemu dengan orang yang sudah janjian dengannya. Dia menuju ke sebuah mini market di dekat sebuah lapangan. Dari kejauhan, tampak sosok pria bermasker mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuhnya. Dia terlihat sedang memainkan ponselnya. "Apa...dia orangnya?" Alaia tak menduga bahwa orang yang akan dia temui adalah seorang laki-laki. Dia menghentikan langkahnya. "Sebentar. Ini sudah...," dia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 11 lewat. Dia merasa tidak yakin dengan pertemuan ini. "Apa...seseorang sedang mencoba menipuku?" sahut batin Alaia.
YOU ARE READING
Do You Believe In Magic? #2
Hayran KurguThe 2nd series of December Is Coming, when all of Alice's life bring her into the magic land. Everything tell the truth and everything has changed. Justin isn't Justin as you know before and Alice isn't Alice as like you read. It was like the truth...