Busan yang malang

9 0 0
                                    

Hari ini Alaia pergi ke Busan. Dia akan menghabiskan waktu liburan singkatnya selama kurang lebih 3 hari. Beberapa hari sebelum keberangkatan, tim Alaia melakukan permainan unik yang mereka rencanakan untuk liburan mereka ke Busan. Mereka akan pergi secara berpisah dan harus melakukan sesuatu yang sudah mereka rencanakan. Mereka membagi 3 jadwal penerbangan. Ide itu didapat karena Naila tidak bisa mendapatkan tiket penerbangan yang sama di hari yang sama. Usai mereka setuju, mereka langsung menentukan siapa orang yang harus pergi pertama, kedua, maupun terakhir.

Penerbangan pertama hanya untuk satu kursi pesawat. Sementara untuk penerbangan kedua dipesan untuk tiga orang dan penerbangan terakhir untuk dua orang. Tim Alaia semua beranggota enam orang termasuk dirinya. Sayangnya, kesialan Alaia muncul di malam itu. Dia mendapatkan tiket untuk penerbangan pertama.

"Apa aku harus melakukannya semua sendiri?" sahut Alaia terkejut.

"Tentu saja. Bukannya kita sudah setuju?" sahut salah satu teman lelaki Alaia.

"Aku tidak mengira akan sesial ini," sahut Alaia.

Akhirnya di hari ini, keberangkatan Alaia tiba. Dia diantar oleh timnya ke bandara pagi-pagi buta. "Ah, melelahkan! Kenapa aku harus pergi sendiri," sahut Alaia sesaat teman-temannya meninggalkannya. Dia berjalan masuk dengan rasa kantuk yang masih berada dalam tubuhnya. "Ini bukan ide yang bagus berada di bandara seorang diri. Oh!" hela napasnya terdengar oleh orang disebelahnya. Orang itu melihat pada Alaia lalu pergi meninggalkannya. Tak lama kemudian, tampak seorang lelaki datang dan duduk di sebelahnya.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya lelaki itu.

Alaia bingung dengan siapa lelaki itu bicara, "apa kamu bicara padaku?" sahutnya.

Lelaki itu mengangguk. "Busan," kata Alaia.

"Aku juga pergi ke sana kok. Liburan?" tanya lelaki itu.

"Iya. Sayangnya aku harus pergi sendiri. Apa kamu tinggal disana?" tanya Alaia. Dia cepat sekali akrab dengan orang asing, walau tampangnya sedikit cuek.

"Aku tinggal disana. Kalau kamu mau, aku akan membantumu mengurus keperluanmu disana," sahut lelaki itu.

Alaia merasa beruntung di hari ini, "wah! Benarkah? Apa kamu sungguh-sungguh?" sahut Alaia mencoba meyakinkan dirinya.

Lelaki itu mengangguk. "Aku akan memberi nomor ponselku. Hubungi aku saat kamu tiba disana. Oke?" sahutnya.

"Baiklah. Terima kasih," sahut Alaia. Dia merasa senang hari ini karena ada orang yang bisa membantunya.

Akhirnya pesawat Alaia berangkat menuju Busan. Setibanya disana, cuaca terlihat mendukung kegiatan Alaia hari ini. Dia menghela napasnya saat ia sedang menunggu bagasinya. Dibawah matanya tampak terlihat hitam karena dia kurang tidur. "Aku butuh tidur. Tapi aku harus memesan hotel untuk mereka dulu," dia menghela napasnya lagi. Seketika ia teringat pada lelaki yang ia kenal tadi di bandara. Namanya Billy. "Bahkan namanya bukan seperti nama orang Korea," sahut Alaia.

"Billy!" kata Alaia saat Billy mengangkat panggilannya.

"Apa kamu sudah di Busan?" tanya Alaia.

"Tentu saja. Aku berangkat lebih dulu darimu," sahut Billy.

"Aku butuh bantuanmu," sahut Alaia.

"Sekarang?" sahut Billy.

"Iya."

Billy tampak sedang punya kegiatan seketika ia tiba di Busan. Alaia bisa menduga bahwa kesialannya akan segera datang padanya di Busan. "Aku mohon jangan biarkan kesialan ini datang padaku di Busan. Aku mohon," sahut batin Alaia. Dugaan Alaia benar, rupanya Billy punya kegiatan lain di Busan hari ini. "Tapi...aku punya penawaran untukmu," tampaknya Billy tidak ingin mengecewakan Alaia. "Hari ini adikku datang bersamaku ke Busan. Dia tidak punya acara apapun hari ini. Aku pikir dia bisa menemanimu hari ini. Apa kamu mau?" kata Billy.

Do You Believe In Magic? #2Where stories live. Discover now