Pemberhentian bus pertama pun tiba. Kedua perempuan tadi dan beberapa orang lainnya turun. Sekarang tertinggal Alaia dan orang yang bermasker hitam itu. Orang itu tak lain adalah Jungkook yang sedang pulang dengan bus. Dia tahu kehadiran Alaia, saat Alaia pertama kali masuk kedalam bus. Dia sempat terkejut melihat Alaia masuk. Dia mencoba bersikap biasa saat Alaia duduk di depannya. "Kemana dia akan pergi?" tanya batinnya.
Alaia terlihat kelelahan, Jungkook terus memperhatikan Alaia. Entah apa yang membuatnya terus melihat kearah Alaia, dia hanya merasa bersalah pada Alaia atas apa yang sudah ia katakan waktu itu. Seketika ia berbicara dengan batinnya, dia melihat kepala dan tubuh Alaia mulai bergerak ke arah yang kosong. Jungkook buru-buru memegangi kepala Alaia dengan tangannya. Dia memeganginya seakan tidak ingin membangunkan Alaia dari tidur. "Aku rasa dia kelelahan." Jungkook pun memutuskan untuk pindah tempat duduk disebelah Alaia dan menemaninya hingga pemberhentian terakhir.
"Ini pemberhentian terakhir," sahut supir busnya. "Dimana kalian turun?" tanya lagi.
"Disini," jawab Jungkook.
"Turunlah."
"Baiklah."
Jungkook mencoba membangunkan Alaia pelan-pelan. Dia menepuk pundak Alaia, tetapi Alaia tak kunjung bangun. Jungkook mencoba membangunkan Alaia lagi, tapi Alaia tak meresponnya. "Apa dia benar-benar tidak mendengarku?" tanya batin Jungkook. Sementara supir bus itu sudah meminta mereka untuk segera turun. Jungkook tak punya pilihan selain membawa Alaia keluar dengan paksa. Jungkook menggendong Alaia keluar di punggungnya. Keduanya duduk di sebuah tempat duduk. Jungkook membaringkan Alaia di sebuah kursi panjang. Dia mulai bingung, "apa aku tinggalkan saja dia disini?" kata batinnya. Langkahnya mulai bergerak pergi meninggalkan Alaia.
Jungkook memutuskan untuk meninggalkan Alaia. Dia berjalan pergi meninggalkan Alaia yang masih tak sadarkan diri. "Kembalilah! Bukannya kamu menyesali perbuatanmu waktu itu. Kembalilah dan temani hingga dia terbangun." Langkah Jungkook terhenti. Dia mulai bimbang dengan suara hatinya barusan.
Jungkook kembali. Dia menemani Alaia. Saat ia duduk disampingnya, ia teringat dengan kata-kata Alaia di restauran tadi. Saat ia mendengar gema suara Alaia, tiba-tiba Alaia terbangun dari tidurnya. Dia merasa tubuhnya pegal-pegal. "Aku dimana? Apa sudah sampai?" sahutnya. Dia belum menyadari bahwa seseorang sedang menunggunya. Dia tak segan bertanya pada Jungkook. "Apa aku disini sudah lama? Bagaimana aku bisa keluar dari bus?" sahutnya. Jungkook menghela napasnya, dia belum melepas maskernya sehingga Alaia belum tahu kalau orang yang ia ajak bicara adalah Jungkook.
"Dimana kamu seharusnya turun?" tanya Jungkook.
"Aku?" Alaia belum sepenuhnya sadar. "Sebentar aku lupa...aku rasa... ah! Apa ini pemberhentian terakhir?" dia sudah sadar bahwa dia tidak turun dimana seharusnya dia turun. Kemudian, Alaia mengatakan dimana ia tinggal. Jungkook terkejut saat ia tahu bahwa Alaia tinggal di sekitar penginapannya juga. "Bagaimana ini bisa terjadi?" sahutnya. Alaia mulai memohon untuk diantarkan pulang karena dia merasa kena karma akibat ulahnya meninggalkan Naila. Dia bahkan tidak berani melihat ponselnya.
"Kalau kamu tidak bisa mengantarku...hmmm...," Alaia berpikir. "...bagaimana jika kamu memanggilkanku taksi?" sahutnya.
"Baiklah." Jungkook langsung meresponnya.
Alaia mulai harap-harap cemas, dia takut Naila marah padanya. Dia terus memegangi kedua tangannya. Sementara Jungkook menelepon taksi, Alaia terdiam sendiri memikirkan tentang yang terjadi padanya barusan. "Kenapa aku harus pergi ya? Kenapa juga aku harus ngikutin ucapan si wanita itu?" tanyanya. Dia juga heran, "kesialanku hari ini adalah tidak berhenti di halte dimana seharusnya aku berhenti. Untung saja ada dia...," dia pun menoleh pada Jungkook yang masih sibuk dengan ponselnya. Dia masih belum tahu kalau orang yang membantunya itu adalah orang yang membuatnya menangis dan pernah mempermalukannya.
YOU ARE READING
Do You Believe In Magic? #2
FanfictionThe 2nd series of December Is Coming, when all of Alice's life bring her into the magic land. Everything tell the truth and everything has changed. Justin isn't Justin as you know before and Alice isn't Alice as like you read. It was like the truth...