Bahari, 2021
Untukmu yang kini bersamaku ....
Aku menulis ini setelah memasak makanan kesukaanmu. Tumis cumi pakai potongan tahu. Tahunya digoreng hampir garing yang dimasak dengan bumbu kecap bukan sambal ijo. Asal kamu tahu saja, Sayang, ada rasa senang yang membuncah ketika melihatmu makan dengan lahap masakanku.
Sayang ....
Terima kasih sudah menjadi bagian hidupku. Darimu aku belajar mencintai diriku sendiri yang selama ini aku lupakan karena terlalu sibuk mencintai orang lain. Terima kasih sudah ada dan mau menerimaku. Walau mungkin berat untukmu. Namun, saat kamu berkata, "Emang nikah itu hanya tusuk-tusukan doang? Benar, bisa menjaga keperawanan itu untuk beberapa perempuan adalah awal mula saling percaya itu ada, tapi kamu kan udah jujur diawal. Aku hargai itu. Tutup saja. Itu masa lalu. Sudah terjadi. Jangan diungkit lagi, nanti aku sebal."
Jujur, ada rasa lega saat kamu bilang begitu.
Sayang ....
Aku sangat bersyukur karena Tuhan mempertemukan kita, meski sempat berpisah selama satu setengah tahun pasca batalnya pernikahanmu dengan yang lalu. Tak apa, sebab pada akhirnya kamu kembali padaku.
Sayang ....
Saat kita saling menerima dan hidup dalam satu kapal yang bernama pernikahan, aku tahu bahwa hidup bersamamu bukanlah hal yang mudah. Akan ada banyak jalan terjal dan berliku yang bisa jadi membuatmu atau membuatku meragukan janji suci yang sudah terikat di antara kita.
Tapi ....
Percayalah, Sayangku ....
Aku akan berusaha terus berada di sisimu, akan setia padamu, menggenggam tanganmu, dan menguatkanmu hingga maut merengut kita berdua.
Dariku, istrimu yang selalu berusaha jadi yang terbaik untukmu.
Aku mencintaimu ....TAMAT