'Percayalah, kehilangan seorang ibu itu rasanya sangat sakit, melebihi apapun'
*
"Ca? Ca bangun ca" seseorang mencoba menyadarkan ica yang masih di infus oleh dokter
Perlahan lahan kelopak mata itu mulai terbuka, sedikit demi sedikit mata cokelat itu mulai terlihat warnanya dengan jelas, gadis itu mengerjapkan matanya berkali kali
"Gue dim--awhh"
Gadis itu kembali merintih saat dia mencoba duduk tetapi ada rasa nyeri teramat sangat di dalam tubuhnya, solah jantungnya lecet dan memberikan luka dan tekanan serta rasa sakit yang kini dirasakan icha
"Eh nyender dulu sini"ucap Tio sambil membantu icha duduk dan bersandar di bantal
"Lu kenapa? Sakit? "Ucap Tio lembut
"Hah? Nggak kok yo, gue sehat, cuma tiba tiba lemes aja, mungkin kurang tidur"ucap icha parau sambil terkekeh pelan
Dalam keadaan kayak gini lo masih bisa bohong dan tertawa cha?, batin tio
"Lo seriusan gapapa? "Tanya tio
Icha mengangguk lemah sambil tersenyum kearah Tio
Tiba tiba wajah icha kembali muram dan menunduk, isak tangis kembali terdengar dari bibir icha yang mulai bergetar itu
"Papa mana yo? Kak wahyu? Kak lis--"
"Ada udah, mending lo diem aja dulu deh" saran Tio,
"Mama... "
"Nanti siang kita pulang kalo lo udah mendingan"final tio dan icha mengangguk setuju
#-#
Dihari yang sama, sorot matahari masih dengan bangganya menunjukan sinarnya di siang ini, suhu panas membuat semua orang mengeluarkan keringat ditubuhnya, Tio masih memegang kursi roda yang masih diduduki oleh icha dengan keadaan icha menunduk sambil terisak, papa dan kakak nya sudah pulang ke rumah terlebih dahuluIcha menggunakan pakaian hitam dengan selendang hitam yang berperan sebagai penutup kepalanya, menggunakan kacamata hitam dan tertunduk kearah nisan yang bertuliskan nama sang bunda.
"Kenapa mama ninggalin icha sendiri disini? Mama tau? Banyak yang ich... Hiks... Cha mau.. Ce... Hiks... Ceritain sama.. Hiks... Mama"ucap Icha masih dengan isak tangisnya
"Pulang yuk? "Tawar Tio
Icha menggeleng pelan "sebentar lagi ya? "Tawar icha dan Tio mengangguk setuju
"Mama tau? Icha bahagia dan bangga punya ibu seperti mama, aku gak mau ibu lain selain mama, kalo pun ada, itu harus mirip mama, tapi asal mama inget ya, aku gak akan pernah lupain mama. Forever, you are my everything, asal mama tau, setiap hari, setiap jam, setiap menit dan detik, aku akan selalu rindu mama, rindu ocehan dan omelan mama, rindu ditendang mama pas mama bangunin aku tidur, rindu mama buatin bekal buat rumi sebelum mama berangkat kerja, rindu mama yang jadi teman ceritaku, dan kalo mama gak ada, siapa yang lindungi aku dari amukan papa ma? Kalo kak wahyu bukannya lindungin malah ngomporin papa"ucap icha sambil menahan isak tangisnya
"Tapi disana mama gak usah khawatir, icha punya Tio, kak lisya, rere, papa, kinan, acha, rumi, kak doddy, kak alfar, kak rezy, kak Daivan, kak fandy, kak faruk, kak--"
"Mau sampe kapan lu ngabsen nama nama orang? Hah?! "Tanya tio dibalas kekehan kecil oleh icha
"Pokoknya icha bakal rindu sama mama! "
"Tio juga bakal rindu sama tante! "
"Apa paan sih yo"rengek icha
"Apa apaan si cha? "Balas Tio tak kalah manja sambil mencubit pipi icha
"Tenang tan, nanti aku nyusul tante naek motor" celetuk Tio
Icha mencubit pinggang tio "dasar ogeb! "
"Istighfar lu cha"ingat tio dibalas kekehan oleh icha
"
Pulang yu? "Ajak icha sambil mendongak kearah Tio
"Ayo"
Saat tio memundurkan kursi rodanya, Terlihat laki laki berperawakan tinggi yang sudah tak asing bagi mereka berdua,
Rumi
Dia melangkah mendekati icha dan Tio sambil tersenyum
"Kita putus"ucapnya saat sudah sampai dihadapan icha, Icha menganga dan matanya melotot jantungnya hampir saja mencelos
"P--putus? " tanya icha memastikan
"Iya"sahut Rumi sambil mengangguk
Tio geram dan ingin menghajar laki laki tidak tau diri yang ada dihadapan nya kini, namun icha menahan tangannya sambil menggeleng pela
"Lu beg* ya?! Mutusin cewek gak tau tempatnya apa?! Lu tau kalo icha lagi berduka, lo malah--"
Rumi mengidikkan bahunya acuh sambil tersenyum sinis
"Gue gak peduli"
Rumi menoleh kearah icha dan berkata "lu ada tio sama agam kok, setelah gue pikir pikir, gue udah ada chika juga, dan bener kata agam kalo mendingan gue fokus buat bahagiain cewek yang ada dihati gue, dan itu cuma chika"
"Tapi kan aku pacar kamu rum"jawab icha smabil menahan air mata yang sudah hampir menetes
"Itu dulu, sekarang mantan"sahut Rumi sambil berbalik menuju mobilnya, sedikit menoleh sambil tersenyum sinis "inget ya, kita putus, dah mantan"ucap rumi sombobg sambil meninggalkan icha dan Tio
Sudah tidak kuasa lagi, katakan saja jika icha memang lebay, tapi jika kalian berada diposisinya kalian pasti tau bagaimana rasanya, disaat kalian tengah berduka. Dan orang yang seharusnya menghibur kalian justru-- ah sudah lah
Icha menangisi kepergian rumi dari hidup dan hatinya, selama ini, komunikasi dalam hubungan merekapun berkurang semenjak isu beredar bahwa Rumi sedang mendekati Chika, Icha hanya menepis pikiran negatif mengenai hal itu. Dianggapan icha hanya 'rumi tidak akan pernah meninggalkan Icha hanya karena chika' Tapi sekarang?
Pantas saja selama ini rumi tidak mau mengakui Icha sebagai kekasihnya, dan di pesta itu rumi mengaku bahwa icha adalah sepupunya, jadi... Semua ini hanya karena Chika?
Icha menghapus air matanya, Tio sedikit membungkuk dan berbisik pada icha
"Pulang aja ya? "
Icha menangguk dan tersenyum
----
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kapten Basket VS Cewek Bawel ✔
Fiksi RemajaCinta, persahabatan, kebencian dan dilema. Semua itu tercampur aduk ketika Icha mulai menyukai seorang kapten basket. Satu persatu masalah bermunculan, pergantian si kapten basket hingga ujian persahabatan antara Tio dan Icha,ujian mereka tak lain a...