Part 16. Dikarantina

770 50 1
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Dapatkah aku bertahan dalam gelombang tak beraturan ini?
- (Namakamu) Wilkinson-

___

Sesepeleh itu, tapi rasa khawatir Aldi membuncah hingga Aldi sendiri tidak bisa menampung semuanya. Katakanlah ia terobsesi terhadap (Namakamu). Tapi yang Aldi rasakan adalah cinta, cinta yang sesungguhnya, bukan cinta monyet.

***

Hari-hari berlanjut seperti biasanya. Aldi dan (Namakamu) dating sebelum ujian dan Aldi selalu mengawasi (Namakamu) dengan menelepon pacarnya itu hanya untuk memastikan (Namakamu) belajar. Perhatian yang berlebihan, tapi (Namakamu) nyaman.

Iqbaal juga tidak datang lagi. Ia seperti mengerti keadaan (Namakamu) yang sedang ujian. (Namakamu) juga tidak mengingatnya lagi saat Aldi lebih mendominasi hari-harinya. Tapi ada saatnya ingatan itu terlintas dalam pikirannya.

Setelah ujian (Namakamu) mulai disibukkan dengan latihan karate berhubung ujian sabuk hitam di depan matanya. Aldi juga mulai jarang bersamaan saat pacarnya itu diminta untuk membimbing siswa-siswi yang akan ikut olimpiade matematika.

Keduanya punya kesibukan masing-masing. Apalagi setelah ujian karate nanti, (Namakamu) kembali akan disibukkan dengan urusan OSIS berhubung akan ada peserta didik baru tahun ini. Mau tidak mau sebagai anggota OSIS, (Namakamu) harus ikut andil.

Berbeda dengan (Namakamu) yang lebih santai menjalani hari-harinya seperti tanpa pacar, Aldi malah uring-uringan jika (Namakamu) terlambat membalas pesannya atau menjawab teleponnya. Aldi tahu (Namakamu) sibuk, tapi sedetik pun gadis itu tidak pernah lepas dari otak pintar Aldi.

Aldi juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya yang ditunjuk sebagai mentor padahal ia belum resmi menjadi siswa kelas 2 SMA. Ia masih termasuk siswa kelas 1, walau sudah 100% yakin Aldi akan naik kelas. Menjadi yang terpintar juga tidak selamanya menyenangkan. Pikir Aldi.

Di rumah Aldi juga merasa sepi. Kakaknya yang lulus di Univeritas Singapore mau tidak mau harus sibuk dengan pendaftarannya di negara tetangga itu. Kadang Steffi harus terbang ke Singapore hingga berhari-hari untuk menyiapkan segala keperluannya selama di Singapore nanti. Aldi akan terus sendirian nanti, jika Steffi sudah aktif kuliah.

Dua sahabat Aldi, Kiki dan Bastian, terlihat lebih santai. Karena tidak lagi belajar mereka hanya nongkrong di sekolah tepatnya di kantin atau di dalam kelas. Tugas mereka hanya menunggu Aldi sampai selesai mengajar dan pulang.

Sedangkan sahabat (Namakamu), Cassie dan pasangannya, menciptakan dunia mereka sendiri. Seolah pasangan itu tidak ingin diganggu. Bahkan keduanya tidak menggubris (Namakamu) yang sibuk latihan. Bukan tidak peduli, tapi apa yg harus mereka lakukan? Menyemangati (Namakamu)? Setiap hari Cassie memberi semangat pada sahabatnya itu.

Salsha sendiri lebih sering menonton (Namakamu) latihan di sekolah. Beberapa hari ini, ia memang menjadi akrab dengan adik kelasnya itu. Hanya pertemuan tidak sengaja di rumah makan tempat (Namakamu) bekerja. Salsha sedang membeli makanan untuk orang di rumahnya dan (Namakamu) yang melayaninya. Akhirnya mereka saling bicara dan mengobrol.

Dan nasib Alovers? Mungkin lebih baik ditertawakan saja. Surat-surat di loker dan laci meja Aldi masih ada, tapi seperti biasa Aldi membuangnya. Tidak ada kotak bekal di mejanya berhubung Aldi tidak diam di kelasnya. Tapi ada beberapa siswi bimbingan Aldi yang curi-curi perhatian. Tapi bukan Aldi jika meladeninya. Di hati dan pikiran Aldi hanya ada (Namakamu), pacarnya.

Pacar!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang