Part 7. Harus Menjauh

974 66 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku menginginkanmu karena hatiku memilihmu.
- Aldy Maldini -

___

Aldi dan Steffi langsung berdiri tegak. Aldi melepas pelukannya dari Mamanya secara tiba-tiba saat mendengar suara bariton dari laki-laki paruh baya yang merupakan Papa mereka. Steffi menyenggol Aldi dengan sikunya dan Aldi juga begitu menyenggol kakaknya balik.

"Kok diem?" tanya Stefano, Papa Aldi dan Steffi melihat kedua anaknya yang diam saja.

"Em... Aldi, Pa." Steffi menunjuk Aldi cepat.

"B-bu...bukaaaan. Kak Steffi mulai duluan." Aldi menyangkal dan menunjuk kakaknya.

"Bukan, Pa. Aldi lagi suka sama cewek." Steffi menunjuk Aldi lagi, tapi ketika menyadari ucapannya ia langsung menutup mulutnya.

"Kaaaakkkk." Aldi menatap tajam kakaknya.

"Keceplosan," ucap Steffi memperlihatkan dua jarinya membentuk sebuah huruf V.

***

(Namakamu) memasukkan uang yang di dapatnya hari ini ke celengannya. Ia bersyukur karena masih bisa mendapatkan uang untuk ditabung. Gaji Papanya tidak seberapa dan banyak hal yang Papanya tanggung termasuk kebutuhannya, jadi ia tidak ingin merepotkan lebih banyak lagi.

Ia berbaring di tempat tidurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil mengingat kejadian sore tadi dimana ia bertemu Steffi dan Iqbaal. (Namakamu) tidak cemburu. Sama sekali tidak. Hanya saja ia tidak suka jika harus mengingat kenangan buruk. Setidaknya ia sudah tidak memiliki perasaan apapun kepada Iqbaal.

Tapi jika Steffi tidak mencintai Iqbaal, apa dia tahu kalau Iqbaal mencintainya? Kayaknya bukan hanya (Namakamu) yang tersakiti di sini. Tapi apa peduli (Namakamu) sekarang. Ia tidak ada hubungan apa-apa dengan Iqbaal dan dia tidak ada urusan lagi. Iqbaal sudah keluar dari hidupnya sekarang.

Tapi mengingat Steffi yang meminta kontaknya tadi ia jadi penasaran. Kenapa kakak Aldi itu tidak mencintai Iqbaal yang sudah jelas mencintainya? Aldi bilang ia mencintai orang lain dan itu bukan Iqbaal. Haaa... hidup memang aneh kadang-kadang.

Berbicara tentang kakak Aldi, (Namakamu) jadi teringat Aldi. Tadi di sekolah ia menampar Aldi karena sangat berani memeluknya. Ya, memeluknya. Ada perasaan aneh yang membuat (Namakamu) bingung. Kenapa ia deg-degan saat Aldi memeluknya? Ia tidak jatuh cinta, kan?

"Iiissshh. Gua masih kelas 1 SMA. Nggak boleh pikir kek gitu." (Namakamu) memukul kepalanya satu kali lalu mengambil ponselnya. Ternyata ada y dari Kenan dan Cassie yang mengingatkannya bahwa ada tugas besok. (Namakamu) bersyukur punya 2 sahabat seperti Cassie dan Kenan.

(Namakamu) mengambil buku ekonominya dan melihat tugas yang diberikan Pak Bimo minggu lalu. Ia membaca soalnya dan kepalanya sudah mulai pusing. Baru membacanya saja ia sudah menyerah apalagi mengerjakannya. Minta bantuan papanya? Papanya hanya tahu pasal-pasal UU dan sebangsanya. Papanya tidak tahu perekonomian negara. Yang jelas ada uang ada barang. Hanya itu yang Papanya tahu.

(Namakamu) mendesah kasar karena ia sama sekali tidak mengerti. Akhirnya ia meminta Cassie dan Kenan untuk membantunya alias memberinya contekan. Karena kalau tidak tugasnya tidak akan selesai.

***

Di ruang makan terasa tegang. Hanya suara sendok, garpu, dan piring yang saling bersahutan. Aldi menghindari kontak mata dengan Papanya sedangkan Steffi memilih duduk di samping Mamanya karena takut Aldi akan mencelakainnya. Semua karena mulut Steffi yang bicara ceplas-ceplos.

Pacar!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang