2

4.5K 252 9
                                    

Haiiii semwaaa, udah masuk bagian dua nih! Masih semangat kan ya?🥺

“Jika hari-harimu terasa begitu melelahkan, cobalah untuk melihat sekitarmu. Siapa tahu kau akan dapat memahami arti hidup yang sebenarnya,”

Kicauan burung dan pekikan suara ayam membuat Zieva terbangun dari tidurnya. Ia bergegas bangun dari tempat tidur dan pergi mengambil wudhu untuk salat subuh.  Seperti biasa, hari-hari gadis itu diawali dengan pagi yang ramai dan selalu tampak sibuk. Meski begitu, ia masih bisa berbahagia kala melihat matahari pagi yang begitu indah ditemani sound mobil dan motor di jalanan.
 
Setelah lumayan lama menatap suasana kota Jakarta dan cuaca cerah berawannya yang dapat ia pandang lewat jendela kamarnya, Zie memutuskan beranjak dari kamar untuk mengambil segelas air putih hangat di pagi hari untuk ia minum.
 
“Gak bosan kak di rumah terus? Ke taman sekali-kali kayaknya seru deh,” ucap papa yang sedang di ruang keluarga.
 
“Iya Pa, Rehan setuju!” sahut adiknya sembari meminum air putih dari gelas yang digenggamnya.
                               
Rehan adalah adik satu-satunya Zieva. Laki-laki yang ia sayang dan menyayanginya tulus setelah papa. Rehan cukup populer di sekolahnya. Alasannya karena dia anak basket. Cool, ganteng, dan tinggi adalah alasan klasik yang selalu membuat kaum hawa terpesona. Padahal adiknya itu masih SMP.
 
“Mama juga setuju Pa,” sahut mama menyamakan Rehan.
 
Taman merupakan tempat favorit keluarganya ketika bosan di hari minggu. Meski saat di taman, ia hanya duduk di bawah pohon besar menghabiskan makanan yang ia bawa dari rumah. Sebenarnya, taman adalah tempat yang kurang menyenangkan bagi gadis itu. Di sana sangat ramai sedangkan ia hanya butuh keheningan dan musik klasik untuk mengusir jenuhnya. Namun, ada satu hal yang ia suka saat dari tempat itu, taman adalah surganya anak kecil. Zieva sangat senang ketika melihat anak kecil di taman bermain dan tertawa lepas.
 
Ia dan keluarganya sampai di taman dan bergegas mencari tempat kosong di bawah pohon hijau yang tidak ada penghuninya. Benar dugaannya, di sana sudah banyak anak kecil bermain bersama keluarganya. Membuat hari minggunya terasa sempurna. Seperti biasa, Zieva mengajak Rehan menemaninya membeli es krim sebagai cemilan. Tapi hari ini berbeda, adiknya itu malah mengacuhkan dirinya dan asik dengan game online yang sedari tadi ia mainkan di bawah pohon itu. Dengan terpaksa ia pergi sendirian demi es krim kesukaannya di seberang taman.
 
Saat di perjalanan, ada pemandangan yang membuatnya terhenti. Gadis itu melihat anak kecil sekitar umur dua tahun sedang menangis sendirian. Tak ada orang tua yang menemaninya. Seketika, Zieva menghentikan perjalanannya kemudian mendekati anak kecil manis itu.
 
 “Hai,” sapanya sambil tersenyum.
 
Anak kecil itu tak membalas sapaan Zieva, ia terus saja menangis. Zieva kebingungan menyaksikan anak kecil itu, ia kemudian menghapus air matanya dan berusaha membuatnya tidak menangis.
 
“Namanya siapa?” tanya Zieva berusaha mengalihkan perhatian agar anak kecil itu tidak menangis.

“Jahwa,” sahut anak manis itu sambil menghapus air matanya.

“Zahwa?” tanya gadis itu lagi.

 “Zahwa kenapa sendirian? Mama sama papanya mana?” tanya Zie sekali lagi.

Ia kembali tidak menjawab. Anak kecil itu hanya menunjuk ke arah penjual es yang ingin gadis itu tuju tadi.          
         
 “Zahwa mau es krim?” tanya Zie sambil mengelus lembut rambut ikalnya.

 “Cana,” katanya sambil menunjuk lagi ke arah itu.

Zieva tidak mengerti mengapa anak kecil itu terus menunjuk ke arah es krim itu. Tapi di sana, ia melihat ada orang yang sedang antri membeli es krim. Barangkali, ada keluarganya di sana. Zie pun memutuskan untuk menunggu dan bermain dengan anak kecil itu. Ia bahkan semakin akrab dengan Zahwa, anak manis itu menyukai setiap kali Zie mengelus rambut ikalnya dan memainkan boneka beruang miliknya. Sedang asik bermain dengan Zahwa, Zieva mendengar seseorang di belakangnya memanggil Zahwa.

           “Zahwa,” panggil laki-laki itu pada Zahwa. Dari penampilannya, laki-laki itu tak terlihat seperti papanya Zahwa, ia bahkan tampak sepantaran dengan Zieva.
          
          “Kak Pin,” panggil Zahwa mengangkat tangannya ke arah laki-laki itu.
          
            “Kak? ternyata benar, laki-laki di seberang jalan itu bukan papanya,” gumam Zieva dalam hati.
         
            “Es clim na,” rengek Zahwa pada laki-laki itu.
 
Zieva yang tergiur dengan es krim itu, memutuskan untuk beranjak membeli es krim tapi suara imut Zahwa menghentikan keinginannya.

           “Kakak cantik mau?” tanyanya pada Zieva.

           “Gak Zahwa, Zahwa aja ya,” sahutnya mencubit pipi miliki Zieva.

Laki-laki itu tak bersuara, hanya mendengar percakapan antara Zieva dan Zahwa yang menggemaskan. Zieva tak berniat menyapanya atau sekadar basa-basi menanyakan nama.
 
           “Kak,” suara Rehan menghentikan percakapan Zieva dan Zahwa.
 
           “Kakak gak jadi beli es krim? Kita udah mau pulang nih,” tambah Rehan.
 
Zieva menggelengkan kepala.  Diam tak bersuara, kebiasaan yang ia lakukan ketika merajuk dengan adiknya.
 
           “Ayo Kak, pulang” ajak Rehan padanya.
 
Zie pun mengangguk pelan. Sedih rasanya meninggalkan Zahwa ketika sudah mulai akrab seperti ini.
 
           “Zahwa, kakak pulang dulu ya,” katanya pada Zahwa.
 
Zahwa kemudian  berhenti memakan es krimnya. Terlihat raut sedih dari wajah yang manis. Tatapannya seperti seseorang yang akan berpisah lama dengan keluarganya. Akan tetapi, ia tidak menangis. Dia adalah anak yang kuat.
 
           “Nanti, pasti ketemu lagi kok,” ucap Zieva mengelus rambut ikal dan mencubit pipinya lagi.
 
Tiba-tiba, Zahwa memeluknya erat dan dibalas dengan pelukan hangat oleh gadis itu. Zieva berdiri dari pohon rindang itu. Ia melihat sosok yang dari tadi diam menatapnya. Ia mencoba berbasa-basi sebagai makhluk sosial, Zieva pun melayangkan senyum tipis pada sosok itu. Dan dibalas olehnya dengan senyuman yang membuat pipinya menimbulkan sedikit lubang, lesung pipi.
 
Saat mulai berjalan beranjak dari tempat itu, laki-laki itu bersuara padanya untuk pertama kali.
 
           “Tunggu,” ucapnya pada Zie.
 
           “Nih,” katanya sembari memberikan es krim yang ia beli pada Zie.
 
           “Anggap saja ucapan terima kasih karena sudah menjaga adikku,” katanya sekali lagi pada Zie.
 
Zie menerima pemberian itu dan mengucapkan terima kasih. Ia melambaikan tangan pada Zahwa sebelum ia benar-benar pergi dari tempat itu. Zahwa pun membalasnya dan tersenyum manis padanya.

Semangatt amat neng bacanyaa 😭👍 ayok lanjutt yok bisa yok 💓

Eits!
Jangan lupa vote dan komen juga ya biar aku semakin mleyott karena komen kalian semwaaa💓😭

Oiya, follow juga atuh yaa, love u uculnya author 🍭

Satu Hari Bahagia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang