20

1.4K 116 5
                                    

 
Semua persiapan UN sudah dilalui oleh semua siswa kelas XII dengan semaksimal mungkin. Setelah mendapat nomor ujian untuk mengikuti Ujian Nasional, mereka di liburkan. Sesuai perjanjian, Zie dan ketiga sahabatnya belajar bersama di rumahnya.
 
Ia senang bisa berbagi ilmu dan belajar bersama ketiga sahabatnya. Prinsip mereka bersama adalah sahabat tidak hanya main bareng tapi bisa sama-sama lulus dengan nilai yang baik saat UN nanti.
 
UN semakin dekat. Mereka terus membahas soal-soal dan materi bersama. Ia tidak bosan belajar karena Rasyel dan Mecca terus saja membuat lelucon yang membuat perut sakit akibat tertawa.
 
Tak di sangka, mereka sebentar lagi lulus. Ia harus berpisah dengan sahabatnya. Zie harus menerima kenyataan bahwa mungkin atau esok ia tak satu sekolah dengan sahabat yang mengisi hari-harinya.
 
"Aku buat minum dulu ya, kalian pasti haus," ucap Zie.
 
"Gue teh manis hangat deh Zie," ucap Rasyel.
 
"Ikut aja deh, " tambah Shena.
 
"Eh gue, teh hijau yang biasa lo minum deh, yang tanpa gula itu, " Mecca meliriknya.
 
"Tanpa gula? Emang lo suka Ca? Pahit tahu," ucap Rasyel pada Mecca.
 
"Iya pahit. Tapi tau gak? Gue belajar dari teh itu. Pahit sih iya, gak kayak teh manis. Tapi, pahitnya cuma sampai kerongkongan kok, setelah itu kita banyak dapat khasiatnya. Sementara teh manis, manis sih iya. Tapi akhirnya, kita bisa diabetes, " ucap Mecca cengengesan.
 
"Makanya, gue sering dibilang kalau ngomong itu pahit, tapi kan untuk kebaikan juga. Kalau gue ngomong manis, tapi akhirnya bohong, kan sama aja,” ucap Mecca cengengesan.
 
"Woi kalau lulus nanti, jangan lupain Gue ya," ucap Mecca.
 
"Lo kan sahabat terbaik Gue," ucap Shena.
 
"Aku sayang kalian," ucap Zie.
 
"Semoga kita lulus dengan nilai terbaik," ucap Rasyel.
 
Kini, mata keempatnya berkaca-kaca.
 
"Kalian mau lanjut universitas mana?" tanya Mecca.
 
"Gue UGM ca, lo ca?" ucap Shena.
 
           “Gue ITB bareng Rasyid,” balasnya.
 
"Gue lanjut kuliah di luar negeri," sahut Rasyel.
 
"Yah jauh banget dong," ucap Mecca.
 
"Nanti setelah lulus, kita reunian bareng ya," ucap Rasyel.
 
"Jangan lupain Gue," ucap Rasyel lagi.
 
"Lo mau ke mana Zie?" tanya Shena.
 
"Aku UNPAD Shen, pulang kampung," sahut Zie tersenyum tipis.
 
"Yah pada jauh-jauhan ya," ucap Shena.
 
"Bakalan rindu suara kalian," ucap Mecca sedih.
 
"Udah, jangan sedih dulu. Masih ada UN yang harus kita tempuh," ucap Shena.
 
Sahabat Zie pulang usai makan malam bersama di rumah. Hari itu adalah hari haru bagi mereka. Banyak kenangan yang mereka lalui bersama.
 
"Makasih ya Tan, Om, kita kenyang nih," ucap Mecca.
 
"Iya, senang kalian main di sini, Zie jadi ada teman," sahut Mama tersenyum.
 
"Iya, Kita juga seneng Tan," ucap Shena.
 
"Ya udah, udah gelap banget nih Tan, Om, kami pulang dulu ya," ucap Mecca lagi.
 
"Iya, semoga lulus dengan nilai terbaik," sahut papa.
 
Ketiga sahabatnya bersalaman dengan Papa dan Mama. Lalu, Rasyel memeluk Mama.
 
"Maafin kelakuan Rasyel dulu Tan," Kata Rasyel.
 
"Iya, Tante maafin. Tetap jadi baik ya," sahut Mama.
 
Rasyel tersenyum bahagia setelah mendengar ucapan Mama.
 
Zie terbangun paginya. Sekarang adalah hari minggu. Minggunya hari ini dipakai untuk belajar persiapan UN. Seperti biasa, soal, materi, buku pegangan, semuanya berserakan di kamar gadis itu. Ia menjadi pusing melihat lembaran kertas putih di kamarnya sendiri.
 
Sesekali ia berhenti karena merasa lelah. Ia Memainkan handphone sampai lima atau sepuluh menit. Kemudian kembali belajar. Minggunya terasa cepat berjalan. Jam sudah menunjukkan pukul enam. Tepat di mana jingga memunculkan warna-warna cahayanya yang indah. Indah sekali pemandangan di jendela kamarnya.
 
Hari pun mulai gelap. Tak terasa UN sudah semakin dekat. Ia telah berusaha dan hasilnya ia serahkan pada Tuhan, ia tertidur lagi di lantai kamar bersama lembaran kertas putih itu lagi.
 
                                           ***
 
Kicauan burung terdengar. Cahaya sudah mulai muncul. Gadis itu sudah siap berangkat Ujian Nasional hari ini. Sesampainya di sekolah, suasana menjadi menegangkan karena Ujian Nasional sudah di depan mata. Mereka berusaha tetap tenang dan menjawab semua soal dengan semaksimal mungkin. Hingga akhirnya, ujian untuk hari itu berhasil dilewati.
 
Zie pulang dengan langkah gontai. Rasanya lelah sekali melaksanakan Ujian Nasional yang hawanya berbeda dari ujian-ujian sebelumnya. Tingkat kecemasannya bertambah tiga kali lipat.
 
"Semangat kakak," Rehan memberi semangat.
 
"Iya, selalu," sahutnya.
 
Zie masuk ke kamar. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
 
"Semoga cepat berlalu," lirihnya.
 
                                            ***
 
Raut senang di wajah siswa kelas XII terlihat. Ujian berjalan dengan cepat di hari-hari berikutnya. UN sudah berhasil mereka lewati. Mereka bahagia sudah mengalahkan kecemasan. Sekarang tinggal menunggu hasil. Zie yakin hasil tak akan mengkhianati usahanya selama ini.
 
Tangisan haru tampak di raut wajah teman-teman kelasnya. Semuanya masih tak menyangka, ini titik akhir di sekolah yang banyak kenangan ini. Ada yang memeluk sahabatnya, menangis, bahagia, dan berfoto bersama.
 
Rasyel mengajak sahabatnya untuk foto bersama. Mereka tampak bahagia di dalam foto itu. Mecca yang menampakkan deretan giginya, Shena yang memunculkan salam dua jari, Rasyel yang memegang rambut Zie dan Mecca. Dan Zie tersenyum manis dengan gaya formal.
 
Zie menjadi haru setelah melihat foto itu. Rasanya bahagia bisa bersama mereka. Kemudian, seseorang menarik tangannya. Ternyata, dia Devin.
 
"Rasyel ayo fotoin kita," pinta Devin yang mengenggam tangan gadis itu.
 
Rasyel melihatkan hasil jipratannya. Zie menjadi malu, wajahnya yang terkejut di tambah hiasan memerah di kedua pipinya. Devin tertawa melihat wajahnya seperti itu.
 
Zie tak mau mau kalah.
 
"Rasyel, sekali lagi dong," ucapnya
 
Kali ini, hasil jipratannya bagus. Gadis itu tersenyum manis di dekat Devin si manis.
 
“Laki-laki itu berhasil meluluhkan kebekuan pada sifatku. Perlahan menjadi sosok peduli. Dan sekarang tak lagi, aku bukanlah si hati keras yang tak acuh pada setiap hati yang ingin singgah. Terima kasih, Devin".
 
Devin menatap gadis itu serius.
 
"Zie, Aku mau lanjut kuliah ke Jerman," ucapnya.
 
Zie terkejut mendengar ucapan Devin.
 
"Apa ini terakhir kalinya Aku bertemu dengannya?" gumamnya.
 
"Kamu jangan sedih gitu dong Zie. Kalau kayak gini, Aku jadi gak bisa ninggalin kamu," ucapnya menatap dalam pada gadis itu.
 
"Aku gak sedih kok. See you on top, Devin Anggara," ucapnya tersenyum memegang tangan Devin.
 
"Setelah lulus nanti, Aku langsung temuin Kamu. Aku janji," ucapnya.
 
"Zie, besok jemput ke rumah ya," ucapnya.
 
"Mau ke mana?" tanya Zie.
 
"Jalan-jalan. Satu hari bahagia,” ucapnya tersenyum pada gadis itu. Sosoknya begitu teduh dengan lesung pipi di wajahnya.
 
“Dua hari lagi, Aku harus mengurus keperluan kuliah ke Jerman," sahut Devin.
 
Zie berusaha tersenyum agar Devin tidak sedih.
 
"Iya," sahutnya.
 
Gadis itu pulang dengan rasa bahagia di campur sedih. Sebentar lagi, Devin akan mencapai impiaannya. Meninggalkan dirinya dan berjanji akan kembali kembali sekitar empat atau lima tahun lagi.

Satu Hari Bahagia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang