6

2.7K 183 1
                                    

"Guys! seminggu ini kita free class yeay!" sorak Juno di dalam kelas.
 
"Kenapa?" tanya Shena.
 
“Baru balik dari goa lo? Sini gue kasih tau, jadi tim voli gue dan Rasyel mau lomba. Tim basket juga. Pacarnya Mecca tuh si Rasyid sama si most wanted boy sekolah Devin Anggara juga. Kita bakalan tanding di sekolah ini. Ya, kalian pastinya bangga punya Gue," ucap Tania sambil memainkan rambutnya.
 
"Gila! Satu bulan, 4 kali gak belajar Fisika, 4 kali gak belajar kimia dan matematika! Sungguh kebahagiaan yang hakiki, emang Allah itu maha Adil ya," ucap Tryan di pojok kelas menepuk-nepuk bahu Juno.
 
"Bulan terindah semasa hidup gue di tahun ini, Yan," kata Juno membalas tepukan bahu Tryan. Mereka sudah seperti artis di kelas itu yang selalu menjadi pusat perhatian. Seisi kelas selalu memerhatikan mereka, rasanya ada yang kurang jika tidak ada Tryan dan Juno, meski mereka menyebalkan, namun kata Shena, itu cukup menghibur.
 
Zie berada di kamarnya yang penuh ketenangan. Ia memikirkan Zahwa. Lalu, nada dering telepon miliknya berbunyi. Ada sebuah pesan dari nomor yang tidak dia kenal di sosial medianya. Ia membuka isi pesan itu.
 
           “Udah, gak usah dipikirin Zie. Aku janji,” isi pesan itu.
Awalnya ia tak berniat membalasnya karena sama sekali tidak mengenali nomor itu. Ia melihat profilnya juga tidak menggunakan foto asli yang mungkin saja hanya orang iseng.
 
"Janji apa yang ia maksud? Apa dia Devin? Dari mana dia mendapat nomorku?" gumamnya.
 
Gadis itu memikirkan sesuatu. Ia mencari nama Mecca di sosial medianya lalu gadis itu langsung mengirimkan pesan pada sahabatnya.
 
“Ca, kamu kasih nomor aku ke Devin?”
                             
“Iya, dia chat lo ya? Gercep juga tuh si Devin,”
 
           Gadis itu menutup pesan dari Mecca ia menghirup napas panjang. Ia bahkan tidak pernah mendapati pesan seperti itu sebelumnya. Dia pun tidak tahu apa yang harus dikatakan pada laki-laki itu. Selang beberapa menit, ponselnya kembali berdering. Ada notifikasi dari nomor itu lagi. Dia pun memberanikan diri untuk membaca pesan itu.
 
“Zie, kenapa gak dibalas? ini Devin. Save ya nomornya, Devin imut,”
 
“Iya,”
 
Gadis itu menyimpan nomornya Devin.
 
“Udah belum? Devin imut hehehe,”
 
“Devin aja, imutnya untuk Zahwa,”
 
Begitu balasan pesan dari gadis itu pada Devin. Pesan yang mampu membuat wajahnya berekspresi seperti orang yang sedang menonton film komedi. Zie tersenyum setelah mengirimkan pesan konyol pada Devin.
 
“Kamu suka Akashi, ya?”
 
“Loh kamu juga tau Anime itu, Zie?”
 
“Sedikit, tahu dari Shena,”
 
“Keren kan? Akashi kalau main basket mirip loh sama aku hahaha,”
 
“Kamu belum pernah kan ikut nonton turnamen di sekolah? Turnamen tahun ini aku tantang kamu buat nonton Akashi di baris paling depan sama sahabat kamu, oke?”
           Gadis itu membalas pesan sambil tersenyum.
 
“Ada syaratnya,”
 
“Waduh, ada syaratnya juga ya. Jangan susah-susah ya hehe,”
 
“Saat turnamen berakhir, bawa aku ketemu Zahwa ya?”
 
“Kangen berat ya sama adik aku?”
 
“Iya, aku takut kalau ga ada waktu lagi ketemu Zahwa. Kita kelas 12 kan sekarang, aku takut gak terpenuhi,”                          
 
Setelah membalas pesan itu, tak ada lagi tanggapan pesan dari Devin. Zie merasa ada yang berbeda darinya saat itu. Gadis itu lebih banyak tersenyum dengan semua yang telah ia lalui di hari itu.
 
"Kenapa senyum-senyum gitu? Wah kak Zie, cie," tanya Rehan layaknya detektif.
 
"Emangnya ada Undang-Undang yang melarang kita senyum sekarang?” ledeknya.
 
"Pasti karena kak Devin kan?" sahut adiknya dengan suara yang lebih keras yang disengajakan.
 
"Volumenya bisa di kecilin gak sih?" ucap Zie mengernyitkan dahi.
 
"Apa? Kakak suka kak Devin?" ia malah menaikkan volume suaranya kemudian tertawa.
 
"Devin?" sahut papa yang tiba-tiba muncul di belakang kedua anaknya itu.
 
"Gebetan Kak Zie kayaknya, Pa," sahut Rehan menjadi-jadi.
 
"Wah, iya Kak?" tanya papa ikut-ikutan menyelidi anak perempuannya.
 
"Enggak kok Pa, apaan sih Rehan, fitnah mulu. Fitnah dosa tau," sahutnya melayangkan tatapan kesal pada adiknya.
 
"Ih kakak ngambek Pa. Enggak kok Pa, kak Devin itu temannya kak Zie," kata Rehan. Adiknya tampak seperti memiliki berkepribadian ganda. Mengganggu kemudian membela.
 
"Yang mana sih? Kok papa gak tau? Kenalin dong,” tanya papa tersenyum jahil sama seperti Rehan tertawa bersama papa.

Satu Hari Bahagia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang