5

2.9K 188 10
                                    

Devin hanya diam tak bersuara. Sepertinya ia ingin memberitahu sesuatu pada gadis itu. Tapi entah mengapa ia mengundurkan niatnya. Gadis itu pun juga malas untuk bertanya pada laki-laki itu. Kini, diam kembali menghantui. Dalam diamnya, Zie mencoba mengingat. Mencoba mengingat wajah dan suara yang memang sudah tidak asing namun belum bisa ia ingat.
 
"Zie, itu adik kamu," kata Devin mengacaukan lamunan gadis itu. Dia bahkan tidak sadar, Rehan sudah datang di hadapannya.
 
"Lama banget sih," soraknya pada Rehan.
 
"Iya-iyaa maaf," balas Rehan.
 
Sepersekian detik, mata gadis itu dan ekspresinya mulai tak terkontrol lagi. Dia terkejut sekali lagi.
 
"Devin tahu dari mana ya Rehan Adikku?" tanyanya spontan pada Devin.
 
Devin hanya tertawa kecil, ia menggelengkan-gelengkan kepalanya. Rehan yang melihat mereka dari motornya, melayangkan senyum manis pada Devin.
 
"Apa Rehan juga mengenalinya?" gumam gadis itu.
"Devin. Duluan ya," pamitnya pada Devin.
 
"Iya, hati-hati," balas laki-laki yang memang sengaja menemani dan memastikan gadis itu pulang dengan adiknya.
"Jagain kakakmu ya, jangan ngebut," itu kata terakhir dari mulut Devin dan dibalas dengan klason oleh Rehan. Detak jantung gadis itu maraton dibuatnya, ada perasaan senang yang ia rasakan ketika mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Devin.
 
"Kak, itu pacar kakak ya? Pacar pertama kakak?" tanya Rehan. Pertanyaan yang membuat kuping Zie memanas. Zie mencubit pipi Rehan dari belakang.
 
"Aduh duh, sakit kak. Nanti ngebut loh," ancam Rehan padanya.
 
"Coba aja," titahnya kemudian mencubit pipi gemas Rehan lagi. Meski sudah remaja seperti ini, Rehan masih saja imut seperti dulu.
 
"Hm, gak jadi deh, kan udah janji sama pacarnya Kak Zie," balas Rehan tertawa.
 
"Rehan, itu bukan pacar Kakak ya!" soraknya, membuat pengendara lain melihat padanya.
 
"Jangan-jangan waktu itu kakak janjian, ya?" tanya Rehan padanya.
 
"Janjian? Janjian apa? Kakak aja baru kali itu kok ketemu Devin," balasnya.
 
"Kakak udah jago bohong ya sekarang, nanti Rehan kasih tahu papa," sahutnya pada kakaknya.
 
"Rehan tau Devin?" tanyanya serius.
 
"Tau lah!" balas Rehan.
 
Jawaban Rehan semakin membuat Zie penasaran.
 
"Siapa?" tanyanya pada Rehan.
 
"Pacarnya kak Zie kan?" balas Rehan dan kembali  tertawa.
 
"Rehan Kakak serius ini," soraknya benar-benar marah.
 
"Kakak beneran gak tau? Kakak lupa?" tanyanya lagi pada Zieva, sama dengan pertanyaan Devin tadi.
 
"Makanya Kak, benar kata Mama, kakak harusnya lebih peka sama lingkungan. Itu aja lupa," balasnya.
 
"Cepat kasih tahu, Rehan!" katanya semakin penasaran. Tangan gadis itu sudah dingin sedari tadi di atas motor itu.
 
"Kakak yang tadi itu, orang yang main sama Kak Zie di taman waktu itu loh," balasnya lagi pada gadis itu.
 
Gadis itu mencoba mengingatnya. Sepertinya memori di otaknya sedang mencari mengenali sosok Devin. Perlahan ia mencoba mengingatnya.
 
"Yang kasih Kak Zie es krim di taman itu, yang sama adik kecil itu," kata Rehan lagi, mencoba memperkuat ingatannya.
 
"Zahwa," sahutnya spontan.
                                           
Usai kejadian kemarin, Zie memutuskan untuk menemui Devin demi Zahwa, anak kecil manis itu.
 
"Zie, lo gak bawa bekal?" tanya Mecca padanya.
 
"Ca, bisa temani aku sebentar?" tanyanya sambil berbisik pada Mecca.
 
"Ke mana?" tanya Mecca padanya.
 
"Nanti di luar aku ceritain," sahutnya.
 
"Cen, kamu ikut?" tanya Zie pada sahabatnya itu.
 
Shena menolak. Ia terburu-buru ke toilet. Memang, diantara sahabatnya, Shena lah yang paling berpikir dewasa, yang paling sabar, dan mengerti dia. Zie menarik tangan lembut Mecca.
 
"Buru-buru banget sih Zie, ada apa?" tanya Mecca.
 
"Ketemu Devin," balasnya cepat.
 
"Aku pernah bertemu dia sebelumnya," balas gadis itu.
"Hah? Di mana?" tanya Mecca penasaran.
 
"Taman, ceritanya panjang gak usah nanya sekarang," sahutnya terburu-buru.
 
"Rasyid sekelas kan sama Devin?" tanyanya lagi pada Mecca.
 
"Ca, kamu minta tolong sama Rasyid panggilin Devin, ya," pintanya.
 
"Kenapa gak kamu aja?" tanya Mecca melirikku. Dia menggoda sahabatnya.
 
"Ca, kali ini aja," ucapnya dengan wajah memelas  meminta pada Mecca.
 
"Iya deh," Balas Mecca memutar bola matanya malas.
 
Mecca mengeluarkan ponselnya dan menelpon Rasyid memberitahu mereka ada di luar. Mecca meminta Rasyid mengajak Devin.
 
"Ada apa Ca?" tanya Rasyid pada Mecca.
 
Mecca melirik sahabatnya.
 
"Zieva mau ketemu Devin," katanya spontan.
 
Devin yang mengenakan kaos berwarna abu-abu tampak bingung kemudian melayangkan pandangan pada Zieva.
 
"Ada apa Zie?" tanya Devin padanya.
 
"Udah ingat aku ya?" tanya Devin kembali. Ia seperti anak indigo yang bisa menebak pikiran orang.
 
Mecca dan Rasyid saling melirik satu sama lain. Namun mereka hanya diam memberi waktu agar dirinya dan laki-laki itu bisa berbicara.
 
"Iya Devin, Aku ingat. Rehan yang memberitahu," balasnya sambil melirik Devin, sesekali ia melihat ke bawah untuk menghilangkan rasa gugupnya.
 
"Apa boleh aku ketemu Zahwa lagi?" tanyanya pada Devin terang-terangan.
 
Rasyid dan Mecca menatap Zie yang tampak berharap pada laki-laki itu. Entah apa yang ada di pikiran dua sejoli itu sekarang. Merasa mengerti dengan maksud dari gadis itu, Devin pun tersenyum lembut padanya.
 
"Janji itu ya?" kata Devin menatapnya sambil tersenyum tipis.
 
Gadis itu mengangguk pelan.
 
"Nanti, aku akan membawamu bertemu dengan Zahwa," balas Devin.
 
Ada rasa bahagia yang terpancar di wajah gadis itu. Benar-benar bahagia. Dia tak menyangka akan bertemu dengan adik manis itu secepat ini.
 
"Tapi tidak sekarang ya Zie. Pulang sekolah nanti Aku dan Rasyid harus latihan basket untuk lomba antarsekolah bulan ini," balas Devin.
 
           Gadis itu mengangguk pelan kemudian pergi ke kelas bersama Mecca.
 
Rasyid menatap Devin, seakan tak percaya dengan kelakuan temannya pada Zieva.
 
"Lo beda banget ya kalau sama Zieva, gue gak pernah sebelumnya lihat lo bicara begituan sama cewek, udah gitu berani gombal lagi,” ucap Rasyid menggelengkan kepalanya.
 
Devin hanya tersenyum tak membalas.
 
"Apa kelebihan Zieva yang membuat lo berubah kayak gini? Padahal banyak yang lebih cantik dari Zieva, kenapa lo gak tertarik?" tanya Rasyid.
 
"Haha, " Devin tertawa kecil.
 
"Lo pikir cinta itu tentang seberapa cantik anak orang aja ya? cuci otak gih,” sahutnya meledek Rasyid.
 
“Tapi cewek itu cantik menurut gue, Syid,” tambahnya tersenyum.
 
"Satu sifat dalam diri Zieva yang bikin gue tertarik adalah dia menghargai pertemuan dengan setiap orang dan waktu yang ia temui dalam hidupnya," Devin melanjutkan.
 
"Zieva itu tipe cewek yang sulit jatuh hati ke sembarangan orang Dev, semoga lo berhasil dengan first girl lo," Rasyid menepuk bahu Devin.

Satu Hari Bahagia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang