Dua.

4.5K 689 103
                                    

Begitu ia melangkah keluar dari The Sense7, Taeyong menarik rapat bagian depan jaketnya. Ini akhir Januari, cuaca masih begitu dingin.

Apa yang dia pikirkan? Speed Dating?

Taeyong menyibak poni rambut ke belakang seraya menghembus napas berat.

Beberapa hari lalu temannya tidak sengaja melihat iklan tentang acara ini dan merekomendasikan padanya. Kebetulan di saat yang tepat karena dia sedang putus asa. Pikirnya ini akan menjadi cara termudah dan paling aman demi mendapat pasangan ke pernikahan sahabatnya yang digelar dua bulan lagi.

Setelah melewati malam, nyatanya dia salah besar. Sejak awal percakapan dengan partner pertamanya, Taeyong tahu ini tidak akan berhasil.

Sambil menghela napas, ia memasukan tangannya ke dalam saku. Kakinya berhenti di ujung zebra cross menunggu lampu berubah.

"Taeyong ssi!"

Badannya membalik begitu mendengar seseorang menyerukan namanya. Dahinya mengerut melihat seorang Jung Jaehyun berlari-lari kecil menghampirinya.

"Kenapa kau mengikutiku?"

Jaehyun cukup terkejut atas nada tajam itu. "Aku tidak mengikutimu."

"Tadinya aku di bar, dan sekarang di sini. Kau ke sini, berlari ke arahku, memanggil namaku. Itu yang namanya mengikuti jika kau tidak tahu," dengusnya.

Dia berbalik kembali saat rambu hijau untuk pejalan kaki menyala. Taeyong tidak susah payah peduli. Tanpa menoleh saja dia bisa merasakan langkah kaki yang mengikutinya dari belakang.

"Kau aneh sekali. Apa maumu?"

"Aku tidak bermaksud buruk, okay?" Dia cemberut. "Aku mencoba untuk minta maaf di sini, atas apa yang terjadi sebelumnya."

"Soal kebohongan tentang siapa dirimu?" Taeyong mengangkat bahu dan menenggelamkan tangannya lebih dalam ke saku jaket. Udaranya dingin. "Aku tidak peduli pada apapun jenis permainan kecilmu itu."

"Kata siapa aku sedang main-main?"

"Sudah aku bilang aku tidak peduli. Yang jelas kau sama sekali tidak berhutang permintaan maaf apapun padaku." Taeyong berbelok mengambil arah kanan tanpa ragu. "Dan aku juga tidak akan memberikan nomor ponselku jika itu yang kau inginkan dengan datang ke sini."

Tawa Jaehyun lepas.

"Benarkah? Kau tahu siapa aku, tapi tetap tidak mau memberiku kesempatan?"

Dia menggeleng. "Aku tidak tertarik berkencan dengan atlet." Lagi.

"Mulutmu sangat jujur dan tajam juga rupanya, Taeyong ssi."

Taeyong bertemu mata dengan Jaehyun, melihat senyum menyerupai seringai di wajahnya juga. Keinginan untuk menendang tulang kering si atlet untuk membuatnya enyah semakin besar⚊tapi masih bisa ditahan-tahan.

Mereka berhenti di ujung zebra cross lagi.

"Memang, itu kau sudah tahu. Jadi kenapa masih di sini?"

Setelah malam panjang yang melelahkan ini, dia hanya ingin segelas cokelat panas dan makanan pedas⚊meski dia sendiri tidak kuat memakannya. Taeyong sungguh tidak punya waktu untuk ini.

Dia mengangkat bahu, tampak tidak yakin. "Mungkin karena aku butuh alasan untuk keluar dari sana lebih awal?"

Ketika Taeyong melirik, Jaehyun tidak sedang melihat ke arahnya. Justru ke arah langit malam. Dia juga terdengar berkali-kali menghela napas penuh beban.

Taeyong menatapnya amat lekat. Menurut penilaian terjujurnya, Jung Jaehyun bahkan berkali-kali lipat lebih menarik dilihat secara langsung begini dibanding melalui layar TV.

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang