Ini masih cukup pagi. Taeyong terpaksa menyeret pantat dari tempat tidur dan berangkat ke bengkel untuk bekerja. Dia membuka pintu depan, matanya masih sipit oleh kantuk akibat pulang larut semalam. Saking tak fokusnya dia sampai menabrak bagian depan mobil yang ada di sana.
Aku sangat butuh kopi
Begitu mencapai bagian dalam dan menyalakan lampu, hal pertama yang dia tuju adalah rak kecil penuh gelas dan minuman seduh. Sungguh sial, kopi instan mereka habis. Sepertinya belum sempat ada yang beli lagi.
Kata gerutuan hampir saja tersembur jika bukan karena tersela bunyi telepon.
"Halo?"
'Tae?'
Taeyong mendengar suara kakaknya, Sehun. "Ya hyeong. Kenapa?"
'Ayah ingin bicara.'
Sejenak ada bunyi krasak-krusuk di seberang sana. Baru kemudian berganti suara menyapa.
'Hai, nak. Apa kabar?'
"Baik." Taeyong menuang air panas dalam cangkir, mengganti fungsi tangan dengan aktifitas membuat teh. Benda yang dia pakai berkomunikasi tersela di jepitan sisi kepala dan bahu kanan. "Ayah dan ibu bagaimana?"
'Kami sehat. Ibumu sibuk mencoba resep baru dan ingin kalian semua mencobanya. Bisa datang Sabtu ini untuk makan bersama?'
"Aku rasa bisa." Taeyong berbalik hadap, santai menyandar pada meja. "Dalam rangka apa, Yah?"
'Tidak ada alasan khusus. Hanya ibumu sedang merindukan anak-anaknya.'
Taeyong mengulum senyum geli. "Bukannya kita baru berkumpul merayakan ulang tahun Jongin hyeong dan Sehun hyeong dua minggu lalu?"
'Dua minggu sudah cukup lama menurut ibu kalian.'
"Baiklah. Aku pasti datang."
'Ibumu akan sedih jika tidak."
Pintu terbuka, dan seseorang masuk. Taeyong membungkuk menyapa bos sekaligus pemilik bengkel tempatnya kerja yang baru datang. Meski sebenarnya sudah diisyaratkan untuk lanjut bicara di telepon saja dan tak usah menganggapnya.
"Ayah, aku harus mulai bekerja sekarang. Nanti aku telepon lagi. Tolong kirimkan salamku untuk ibu juga."
'Ya. Selamat bekerja, nak.'
Telepon disudahi dan Taeyong langsung mengganti bajunya di belakang setelah menyapa si bos dengan lebih sopan. Mereka berjalan ke bengkel bersama dan memeriksa mobil yang baru datang sore kemarin. Kerjaan untuknya.
"Bagaimana?"
"Sudah hampir selesai, Minho hyeong."
"Apa saja yang perlu diperbaiki?"
Taeyong membungkuk dan menunjuk dengan tangannya yang bebas saat menjelaskan. Bosnya mengangguk, mengambil clipboard dan mulai membuat catatan sekaligus untuk list biaya.
"Bisa selesaikan hari ini?"
"Aku rasa bisa."
"Okay. Lanjutkan saja. Biar aku yang mengabari pemiliknya setelah ini," kata pria bermarga Choi itu sambil menepuk bahunya kilas.
Taeyong mengangguk, kembali membungkuk untuk menyelesaikan kerjaan me-reparasi mesin mobil.
Sekitar pukul satu lebih baru ia berhenti untuk makan siang setelah diingatkan Minho. Gantian dia menyaksikan dari bangku bagaimana sang bos yang masih cukup muda dan tampan itu mengotak atik mesin mobil bersama Choi Seungcheol⚊pekerja selain dirinya di bengkel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Speed Dating [19/?]
FanfictionKeputusasaan berbeda memaksa Jung Jaehyun dan Lee Taeyong sama-sama mengikuti sebuah acara berkesan konyol di salah satu bar. Kebanyakan orang terbiasa memberi sebutan speed dating; cara mudah mendapatkan pasangan tepat dalam waktu singkat, jika cuk...