Enambelas.

1.2K 250 42
                                    

Taeyong ragu-ragu sejenak, tatapannya melesat melewati bahu Jaehyun yang sama sekali tak mengubris permintaannya─justru diam kebingungan. Lalu detik berikutnya, tahu-tahu ujung jari-jari kakinya terangkat, menekankan bibirnya pada Jaehyun. Sesaat, dia berpikir akan mendapat dorongan berupa penolakan. Nyatanya tidak.

Jaehyun tidak bergerak, hanya jelas terperanjat dengan mata melebar.

Yang sama sekali tidak dia bayangkan adalah justru sepasang tangan yang memeluk sekitar punggungnya dan Jaehyun yang memiringkan kepala, menyambut hangat ciumannya. Dengan semangat. Bibirnya hangat, lembut, bergetar pelan saat mengajaknya bergerak hingga keduanya sama-sama terlarut.

Diletakkannya tangannya di belakang leher Jaehyun, memeluknya erat, melupakan sejenak tentang siapa dan di mana mereka saat ini.

Mulut Jaehyun terbuka dan Taeyong melakukan hal yang sama. Menggigil seluruhnya dari kepala hingga kaki begitu lidah Jaehyun menyentuh miliknya. Jari kaki Taeyong bahkan sudah tidak menginjak tanah begitu satu tangannya berpindah ke belakang kepala Jaehyun, memeluknya, dan membuat ciuman menjadi lebih dalam dari sebelumnya. Membebankan berat tubuh pada sosok di depannya.

Ini jelas bukan ciuman pertama Taeyong, pun ciuman sesungguhnya. Hanya sebuah kepura-puraan yang dilandasi keterpaksaan dan sangat tiba-tiba darinya─untuk show off. Tapi dengan cara Jaehyun melakukannya, sudah lebih dari cukup membuat Taeyong merasakan sensasi menggelitik hingga ke bawah tulang punggungnya.

Mengapa ia bahkan sempat menolak ini tadi? Saat sekarang dia justru─ingin lebih.

Siulan dan teriakan membawa mereka kembali pada kenyataan.

Jaehyun melepaskan pelukannya di saat yang sama, mata mereka terbuka dan saling memandang terkejut. Bibir sama-sama tergelitik oleh deru napas hangat satu sama lain.

Taeyong bisa melihat otot-otot di sekitar leher putih Jaehyun bekerja, begitu ia menelan ludah canggung, dan pikirannya justru berkelana menuju angan-angan dirinya yang mencium Jaehyun di lebih banyak tempat lain. Begitu setidaknya sampai si pemiliknya berdehem.

"Sekarang apa aku bisa mendengar penjelasannya? Untuk apa itu tadi?"

Taeyong baru mengangkat matanya pada Jaehyun, terkejut melihat wajah di depannya yang tidak sepenuhnya menunjukkan ekspresi bahagia. Oh, apa yang dia harapkan. Tindakannya sungguh kurang ajar.Dia menurunkan tangannya dan akhirnya bisa kembali berdiri di atas kedua kakinya sendiri.

"Kau akan tahu sebentar lagi." Diraihnya sebelah tangan Jaehyun. "Maaf, Jaehyun."

Ekspresinya melunak, kembali ke wajah santai biasanya. "Tidak perlu minta maaf untuk itu."

Taeyong tahu wajahnya merah dan harus berpaling.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sana?" teriakan Jimin membawa mereka benar-benar terpisah kali ini.

Taeyong menarik napas kuat dan berbalik menghadapi kerumunan orang yang menjadi penonton dadakan mereka sejak tadi. Dia tersenyum saat Jaehyun menggenggam tangannya dan menariknya agar berjalan bersama ke sana.

Hal pertama yang menyita perhatian kala sampai adalah adanya sosok tinggi berkulit pucat di sana. Sehun hyeong. Terdiam memandangnya terlampau lekat.

"Sehun hyeong," sapanya gugup. "Sejak kapan hyeong datang?" Lanjutnya basa basi. Jelas-jelas dia melihat kedua hyeong-nya datang dari kejauhan tadi.

"Belum lama."

"Dengan Jongin hyeong juga?"

"Iya. Tapi dia pulang lagi setelah dapat telepon tadi."

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang