Duabelas.

1.9K 427 96
                                    

Akhir minggu, semakin dekat dengan jadwal kencan pertama mereka. Tinggal terhitung jam malah.

Semenjak kali pertama waktu itu, Jaehyun jadi menelponnya rutin tanpa absen hari-hari berikut. Durasi sekalinya bisa menghabiskan waktu lebih dari satu-dua jam, berlalu saja tanpa terasa hingga larut.

Begitu juga hari ini. Meski berbeda. Jaehyun terdengar sedang agak down. Akibat kekalahan timnya di pertandingan tadi.

Taeyong duduk di dekat pintu. Sekedar memandang hujan di luar.

'Lihat pertandingan tadi?'

"Iya."

Jaehyun menghembus napas kesal dan Taeyong membayangkan dia pasti sedang menyisir rambut ke belakang saat ini. Dulu Taeyong pernah lihat Jaehyun melakukan hal itu satu-dua kali―mengumbar keseksian tanpa sadar dengan sekedar mengacak rambut.

"Kau sudah berusaha yang terbaik, Jaehyunnie."

Taeyong jujur ​​tidak bisa mengingat banyak tentang pertandingan satu itu. Sibuk mencari sosok yang ingin dia lihat di bench meski tak ingin mengaku. Dia hanya ingat Jaehyun melempar bola di awal permainan, setelah itu tak banyak ambil bagian lain di sisa pertandingan sampai mendekati akhir.

'Kau hanya berusaha menghibur.'

"Itu tugas seorang kekasih. Meski kekasih sekedar pura pura sekalipun."

Jaehyun diam atas kalimat itu.

Taeyong memejamkan mata. "Jaehyun, aku sedikit khawatir tentang malam ini."

'Tentang?'

"Seperti apa acaranya? Siapa saja yang datang? Lalu, apa yang harus kupakai?"

Tawa Jaehyun mengalun. 'Kau mengkhawatir apa yang harus kaupakai?'

"Iya." Taeyong malu, bahkan pipinya jadi hangat. "Aku tidak mau buat malu di depan rekan setimmu yang lain."

'Tidak akan, percayalah. Ini hanya acara kumpul biasa. Gunakan pakaian yang membuatmu nyaman saja, Taeyong.'

Napas dihembus. "Baik. Jam berapa acaranya?"

'Tujuh, tapi jika masih ada urusan, datang terlambat juga tidak masalah.'

"Tidak, ini sudah selesai, aku bisa pulang sekarang dan bersiap lebih cepat,"

'Oh? Kalau begitu aku jemput jam tujuh saja?'

"Kau tidak perlu menjemputku,"

'So? Kau lebih suka datang ke sana sendirian dan harus mencariku?"

Taeyong berkedip, hilang kata. Sendirian di tempat baru penuh orang asing? Terlalu canggung jika dibayangkan.

Jaehyun tertawa kecil kala tak mendapati respon setelah berapa lama. Dia tahu tebakannya tak meleset, 'Tidak kan? Pokoknya tetap aku jemput. Sampai ketemu jam tujuh.'

"Okay... bye."

Taeyong mengakhiri panggilan dan berbalik hadap. Ada kakaknya, Jongin, berdiri di ambang pintu, dengan wajah penuh kerut heran. Sukses membuatnya terlonjak kaget.

"Hyeong! Tidak baik mengagetkan orang!"

"Siapa itu?"

Taeyong merengut. "Bukan urusan hyeong."

"Kedengarannya seperti bukan dari teman biasa."

"Sudah berapa lama hyeong menguping?"

"Cukup lama." Jongin mengambil beberapa langkah mendekati si adik. Tatapannya penuh selidik. "Siapa tadi, Tae?"

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang