Sepuluh.

1.9K 422 64
                                    

Jaehyun tidak mengatakan sepatah kata setelah satu dua menit bergulir. Pun Taeyong tidak bisa membaca maksud ekspresinya. Menarik perkataan tadi dengan memutar waktu kembali akan langsung dilakukan jika dia mampu.

Menggeliat kurang nyaman di bawah tatapan, wajahnya seketika dipaling.

Oh, tidak tidak, tadi itu pasti terdengar bodoh, Lee

"Tunggu sebentar," Jaehyun berhenti dari menganga tak elit, akhirnya, "Barusan kau benar mengajakku pergi? Bukan aku sekedar salah dengar?"

"Tidak persis, kedengarannya memang seperti itu, tapi⚊" Kesulitan melanjutkan dan kemudian memilih menyerah, Taeyong bangkit dari kursi cepat. "Aku asal bicara saja, Jaehyun. Lupakan itu."

Meraba saku, dia menaruh beberapa lembar uang di meja untuk makanan dan minuman yang dia habiskan. Yoona nuna sedang sibuk di sisi ruangan lain jadi cara tercepat untuk kabur dari sana ya hanya itu.

: :

"Taeyong, tunggu!"

Di luar, tak lebih terhitung lima langkah dari depan pintu dia ambil sampai Jaehyun memanggil namanya.

Taeyong terhenti, kaku, tapi tidak berbalik. Jika bukan karena pegangan juga tarikan pelan di siku untuk membuatnya berputar, Jaehyun mesti masih berhadapan dengan punggungnya.

"Anggap saja aku tadi tidak bilang apa-apa,"

Wajah sengaja di arahkan ke bawah, memandang ujung sepatu. Bobot tubuh berpindah canggung dari satu kaki ke kaki lain.

"Kenapa pergi? Aku belum diberi kesempatan untuk menjawab⚊"

"Tadi itu permintaan terlalu konyol, tidak perlu jawaban," potongnya langsung.

Ketika Jaehyun membiarkan itu tanpa balasan, kepala Taeyong akhirnya terangkat. Dia melihat suatu keanehan di wajah si atlet, dan seketika kelu tidak tahu harus berkata apa.

"Mari luruskan. Kau mengajakku pergi sebagai pasangan ke pernikahan sahabatmu. Tapi kemudian bilang tidak persis begitu?" Ragu saat bertanya, Jaehyun seolah berusaha memecahkan sendiri sebuah teka-teki sulit. Baru kemudian sebuah kesimpulan muncul begitu saja di kepalanya, "Dengan kata lain, kau ingin kita⚊"

Bersama bawah bibir digigit, sebuah anggukan diberikan sebelum kalimat selesai. "Akan ada acara prewedding sebentar lagi, aku tidak punya waktu untuk mendapat pasangan sesungguhnya, atau solusi terbaik selain ini. Temanku sudah tahu jika kita bertemu saat Speed Dating, aku yang cerita. Cukup kurasa alasan itu untuk membuat mereka, ibuku, dan yang lain percaya,"

Tak ada balasan. Jaehyun lama terdiam lagi, berpikir.

Sejenis kencan pura-pura, ya?

Di sisi lain, salah mengartikan sebagai respon negatif, sebuah hela napas panjang dibuat.

"Sudah aku kira ini bodoh sekali," Taeyong menutup wajah dengan tangan, mendesau malu. "Lupakan saja, Jaehyun. Maaf karena pikiranku agak kacau sekarang,"

Taeyong berbalik kabur untuk kali kedua, tapi lagi-lagi Jaehyun menahan sikunya, menarik refleks cukup kuat. Badan Taeyong jadi sedikit terayun ke depan sampai lebih dekat ke arah si pria bermarga Jung, efek kaget dan tidak sigap.

"Uh."

Setelah sadar dari saling tatap mata singkat yang terasa panjang, Jaehyun mengambil langkah mundur dengan menggaruk tengkuk canggung, menggumam maaf pelan.

Bunyi bising kendaraan berkelabat di jalan tepat di samping mereka, mengisi kekosongan sementara.

"Sebenarnya... ide ini tidak buruk untuk mengatasi masalahku juga."

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang