Sembilanbelas.

2.4K 305 78
                                    

Jaehyun tahu Taeyong tidak bermaksud apapun atas komentar menuduhnya di perjalanan pulang mereka. Tapi Jaehyun tidak bisa bohong merasa agak tersinggung karena itu.

Apa dia benar berpikiran aku sama saja seperti mantan brengseknya? Apa karena itu Taeyong selalu bersikeras menarik batas tegas dalam hubungan mereka—bukan pasangan sungguhan, hanya pura-pura—yang selalu Jaehyun benci? Karena dia anggap Jaehyun tidak berbeda?

Tapi itu bukan sepenuhnya salahnya...

Mendapati fakta kekasih berselingkuh—tepat di tempat tidur saat melakukan hal tak senonoh—bukan hal menyenangkan dan mudah dilupakan.

Jaehyun paham betul hal itu. Dan baru menyesali perlakuannya setelah sampai di dorm.

Perasaan resah bahkan tak meninggalkannya sepanjang malam, bahkan setelah ia selesai latihan di esok harinya. Jelas terlihat bahkan oleh Junhoe yang terlampau senang mengurusi hidup orang lain demi mencari bahan olokan.

"Look at this. Apa Jung Jaehyun baru dicampakkan kekasihnya? Secepat ini?"

Jaehyun mengerang karena volume pertanyaan itu berhasil menarik perhatian semua orang di ruang ganti. Sungguh, dia tidak dalam mood meladeni teman menyebalkannya.

"Dia tidak mencampakkanku."

"Lalu ada apa dengan wajah jelek itu?" Junhoe mengusap rambut setengah basahnya. "Are you disappointing him in bed or something?"

Merasa telinganya panas, Jaehyun merengut dan membungkuk untuk memakai sepatu. "Aku tidak akan menjawab itu."

Meskipun jawabannya jelas; Tidak. Jaehyun tidak mungkin mengecewakan Taeyong di tempat tidur, hanya saja kesempatan itu jelas belum ia dapatkan. Masih berupa hasrat terpendam yang dia harapkan terjadi di masa depan.

Untuk menyatakan perasaanku saja aku tidak berani, apalagi mengajak pada hal-hal seperti itu...

"Jangan ganggu dia, Junhoe." Salah satu dari mereka mendekati sisi lain Jaehyun, merangkul akrab. "Kekasihnya yang manis itu mungkin hanya bosan mendengar Jaehyun kita membacakan buku untuknya setiap saat."

"Fuck off!"

Jaehyun benar-benar tidak punya kesabaran untuk omong kosong mereka. Dia berdiri, mendorong kasar temannya itu guna menarik jaket dan mulai berjalan keluar dari ruang ganti tanpa kata.

Teriakan-teriakan mencemooh mengikutinya tapi Jaehyun abaikan. Dia memakai jaket dan menarik cepat kunci dari saku. Memilih segera pergi sebelum benar-benar meledak dan memukuli habis mereka di tempat sampai babak belur. Yang jelas hanya menambah masalah.

Dia mengusap wajahnya saat berjalan melalui tempat parkir menuju mobilnya. Di dorm dia pasti juga akan menemui Mingyu yang tadi izin pulang lebih dulu.

Sial. Mungkin sudah saatnya dia mempertimbangkan kemungkinan pindah dan hidup sendiri. Dengan begitu dia bisa punya waktu tenang sendiri untuk situasi begini. Saat dia sedang tidak ingin diganggu orang lain.

Ponsel berdering dan Jaehyun menariknya dari saku, dengan santai mengusap layar untuk menjawab.

"Halo?"

"Hai, sayang. Apa-apaan nada itu? Sesuatu yang buruk baru terjadi?"

"Tidak sama sekali, Mom. Aku baru selesai latihan. Jadi hanya agak lelah."

"Oh, baguslah. Bagaimana kabarmu di Korea?"

"Baik. Bagaimana kabar Mom? Dan Dad? Apa dia sudah lebih baik?"

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang