Sembilan.

2.3K 415 48
                                    

Taeyong ingin pergi dari sini dan mati tak ditemukan di satu tempat.

"Taeyong? Kau pucat!"

Itu karena kalian,

"Aku baik-baik saja."

"Kalau begitu coba lagi yang ini!"

"Ini lebih bagus!"

"Tidak! Ini!"

Setelah hampir mati bosan minggu lalu menemani sahabat perempuannya fitting baju, sekarang dia harus disiksa lagi begini, bedanya kali ini sebagai tokoh utama. Aslinya dengan Ten, tapi berhubung Ten punya sense fashion mumpuni, dia mampu memilih cepat sendiri, langsung di-okay-kan yang lain juga.

YooA, Chungha, Ten.

Masing-masing dari sahabatnya bergeser ribut di sekeliling, mencoba mencocokkan kemeja, jas, sampai dasi dan sepatu layaknya dia menekin. Taeyong benci. Dia ingin kaos, hoodie lusuh, jeans robek, dan sneaker-nya saja. Setelan formal itu layaknya musuh. Memakainya saja dia tidak mau jika bukan karena harus benar.

"Selesai?"

Taeyong tidak bisa samarkan rasa kesal lebih lama.

"Sebentar lagi. Ini harus sempurna!"

Lihat, Seulgi yang satu tipe dengan dia pun jadi ikut-ikutan. Syndrom calon pengantin sepertinya.

Tahu jadi begini, dia lebih ingin jadi tamu biasa dibanding bride male maids bersama Ten demi si sahabat.

"Coba ini semua, Tae!" Suruh Ten sambil menyerahkan macam-macam hal ke tangannya.

Dengan kening berkerut, Taeyong masuk ruang pas kesekian kali jam itu, ganti lepas ganti pakai baju. Kapan ini berakhir?


: :

Latih tanding sebelum liga. Jaehyun dalam kondisi prima penuh semangat. Alasannya, dia cinta menang. Biarpun bukan pertandingan resmi harus tetap sungguh-sungguh. Begitulah moto hidupnya.

Johnny meluncur duduk di sebelahnya⚊menodong kepal sebelah tangan. "Great game, man."

Fist bumb itu disambut Jaehyun. "Kau juga, Capt."

Latar berubah kemudian, di ruang ganti. Jaehyun ingin men-delete eksistensi saja dari dunia kala Johnny menyinggung pertemuan singkat sekaligus tak disengaja mereka dengan Taeyong malam sebelumnya. Bahkan jika hanya sepintas kalimat spontan. Sekarang, si kapten resmi masuk daftar orang yang ingin Jaehyun enyahkan.

Kenapa aku setuju saja saat dia mengajak ke The Sense7?

"Wait." Mingyu menjatuhkan botol minum di lantai bawah kakinya. "Kau benar bertemu seseorang di Speed Dating itu?"

Jaehyun mendesah dan mengangkat bahu. Malas sekali balas berucap.

"Kenapa tidak beritahu aku?!"

Tatapan tajam dan datar Jaehyun sukses membuat Mingyu mundur teratur dengan tertawa garing salah tingkah. Dia sendiri sampai lupa teman sekamarnya itu masih agak kesal dan sedang dalam mode diamkan-saja-Kim-Mingyu. Alasannya tak perlu dikira-kira. Apalagi jika bukan karena mulut lancang tanpa sadar yang mengumbar perihal Speed Dating itu pada orang-orang. Pikirnya itu bukan rahasia, jadi ya...

Padahal aku sudah minta maaf, huft.

"Bagaimana dia, John?"

Sekarang rasa sesal bisa diurus belakangan. Mingyu terlanjur ingin tahu.

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang