Tujuhbelas.

1.3K 257 49
                                    

Sisa wakti malam berlalu. Acara itu dipenuhi beragam obrolan santai, game dan barbeque yang ditugaskan bergantian. Jaehyun dan Taeyong sama-sama cukup menikmati. Satu-satunya yang membuat ketidaknyamanan mereka mungkin hanya kehadiran seorang Park Chanyeol di waktu dan tempat yang sama.

Contohnya sekarang, tepat begitu Jaehyun sadar Taeyong menggigil dan menyarankan agar mereka pulang lebih cepat.

Chanyeol yang mendengar itu, memutuskan untuk mendekat─ikut campur meski tanpa ada yang meminta. "Iya. Dia memang mudah kedinginan sejak dulu, bahkan jika udara sebenarnya tidak terlalu dingin sekalipun."

Taeyong memandangnya tajam dan Jaehyun harus menjaga diri supaya tidak meninju si pria Park di depannya saat itu juga.

Sepanjang waktu, dia seolah sengaja mendekatkan diri padanya dan Taeyong, menyela untuk berkomentar bahkan saat tidak ada yang mengajaknya berbicara.

Saking jengahnya, di satu waktu Jaehyun bahkan menarik Taeyong keluar dari kelompok di sana untuk masuk ke dalam rumah─tentu saja setelah izin pada Seulgi─dan duduk di ruang tamu. Sengaja.

Dia tidak peduli pada Park Chanyeol. Namun Jaehyun melihat jelas bagaimana sosok itu sangat berpengaruh pada Taeyong─membuatnya tegang dan tak nyaman sepanjang waktu─dan Jaehyun berusaha melakukan segala apa yang dia bisa untuk meringankan suasana hati Taeyong semalaman, membuatnya tertawa dengan leluconnya yang sebenarnya tidak seberapa lucu.

Untungnya itu bekerja, sehingga Taeyong bisa jadi sedikit santai.

Sekarang, Chanyeol justru membuka mulut besarnya lagi─berkata seolah jadi yang paling tahu tentang si pemuda Lee sambil membawa-bawa masa lalu mereka. Sebuah topik yang benar-benar cocok untuk mengakhiri malam. Meski Jaehyun tentu tak mau menyerah begitu saja. Dia menyampirkan jaketnya di bahu Taeyong dan memberi Chanyeol tatapan keras.

"Terima kasih infonya, Park Chanyeol ssi. Beruntung, aku bawa jaket untuk menghangatkan tubuh Taeyong kalau begitu. Permisi."

Keheningan yang terjadi kemudian, sangat fantastis, Jaehyun merasa sangat puas begitu mendengar gertakan gigi dari pria tinggi itu saat keduanya melewatinya menuju tempat parkir.

Seulgi yang kebetulan baru saja mengantar beberapa tamunya bersama Jimin, langsung mendekat saat melihat mereka. "Mau pulang sekarang?"

"Iya. Maaf, Seulgi. Jaehyun ada latihan pagi besok. Aku juga khawatir karena Jeno sendirian di rumah," sesalnya dengan bibir bergetar. Semakin malam angin malam jadi semakin dingin─meski dia sudah mengenakan jaket milik Jaehyun sekalipun.

"Iya, Tae. Aku mengerti. Terima kasih sudah datang." Dia beralih pada Jaehyun dan tersenyum. "Senang bisa bertemu denganmu, Jaehyun."

"Aku juga. Acaranya menyenangkan, aku menikmatinya." Jaehyun tersenyum dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tapi diabaikan. Seulgi justru menariknya dalam pelukan hangat, layaknya mereka sudah kenal lama. "Oh."

"Terima kasih banyak sudah menemani uri Taeyong malam ini." Seulgi menarik diri lagi dan menepuk tangannya beberapa kali, bangga. "Kau sangat bisa diandalkan."

Jaehyun tertawa pelan dan mengusap lehernya untuk menyembunyikan rasa malu. "Um, ya, terima kasih."

Jimin yang jadi penonton jadi tidak bisa menahan tawa, kali ini bergantian yang menjabat tangan Jaehyun. "Kita akan bertemu lagi di pesta pernikahanku nanti, kurasa?"

Jaehyun menatap Taeyong di sampingnya dan mengangguk. "Iya. Kurasa begitu."

"Baiklah. Hati-hati di jalan untuk kalian berdua."

Speed Dating [19/?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang