PART 17 : Kencan Pertama

225 19 0
                                    

Pagi ini Hellena merasa berbeda entah apa yang sudah membuatnya seceria hari ini. Mungkin karena efek ciumannya dengan Radit semalam yang membuat Hellena seperti ini. Karena baginya ini adalah ciuman pertamanya dan diambil begitu saja oleh pria yang kini telah menjadi suaminya. Ia memasak sambil menyanyi tanpa menyadari kehadiran seseorang di meja makan. Radit manaikkan sebelah alisnya melihat tingkah aneh sang istri. Hellena membalikkan badan merasa terkejut karena Radit sudah duduk manis dimeja makan sambil senyum-senyum sendiri.

"Suka banget sih bikin orang kaget ?". Cerocos Hellena yang sedang menyiapkan dua piring ke meja makan.

"Salah sendiri ngelamun terus, emang lagi ngelamunin apa sih kayaknya seneng banget ? Atau jangan-jangan masalah yang tadi...."

Hellena yang mengerti arah pembicaraan suaminya langsung menghentikanbucapannya.
"Stop Radit...udah jangan ngomong terus nih udah aku buatin nasi goreng cepat makan keburu dingin lagi".

"Ya baiklah, ini tidak terlalu buruk".

Mereka makan dalam keheningan dan Hellena tidak suka dengan hal itu. Ia mencoba mencari topik yang pas, ya meskipun ia sudah tinggal serumah dengan Radit satu minggu lebih, namun perasaan canggung itu sesekali muncul.

"Emb gimana rasanya enak tidak ?". Senyum merekah terukir dari bibir mungil Hellena.

"Biasa aja". Jawab Radit santai sesekali melirik ke arah Hellena.
Seketika senyum diwajahnya memudar begitu saja.

"Apa biasa aja ? Padahal aku makan rasanya enak banget kok, apa lidahku yang salah atau jangan-jangan kau...".

Belum selesai Hellena berbica Radit sudah bangkit dari tempat tidurnya.
"Cepat selesaikan makananmu atau kau berangkat sendiri".

Dengan secepat mungkin ia menghabiskan makanannya sesekali menggerutu.
"Dasar orang aneh bilangnya biasa aja, tapi kok makannya cepet amat habis lagi".

Hellena buru-buru menuju mobil Radit dan menuju kampus tujuan mereka bersama. Didalam mobil mereka masih terdiam, Hellena lebih memilih melihat pemandangan dari kaca jendela untuk mengusir kebosanannya. Sedangkan Radit sibuk dengan laptop yang ada dipangkuannya. Sesekali ia masih mengingat kejadian tadi malam yang tak bisa ia lupakan. Baru Radit sadari ternyata Hellena gadis yang cantik, sangat cantik malahan. Nyaris sempurna tak heran jika di kampus ia dijuluki sebagai primadona kampus.

******

Satu bulan kemudian....

Tidak terasa usia pernikahan Hellena dan Radit berjalan satu bulan lebih. Tidak ada yang berubah dari keduanya, hanya saja Radit lebih menunjukkan perhatiannya pada sang istri. Seperti malam ini ia sedang mengajak Hellena untuk berkeliling kota Jakarta. Tak lupa ketiga bodyguard selalu mengikuti kemanapun Radit dan Hellena pergi, karena keselamatan seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan besar sangatlah penting, karena banyak kolega diluar sana yang sangat iri melihat keberhasilan oleh PT. Angkasa Pura yang sukses dalam genggaman Radit.

Sekarang mereka berada di warung pecel lele yang terletak dipinggir jalan. Sebenarnya Radit menolak untuk makan malam disitu, dan baginya adalah pertama kali makan ditempat seperti ini, namun karena Hellena yang memaksa akhirnya Radit mau.

"Apa kau yakin tempat ini bersih ?". Tanya Radit ragu-ragu.

"Tentu saja Radit, kau tau masakan disini enak banget, dan aku sering datang kemari bersama...."Belum selesai Hellena bicara pemilik warung menghampiri mereka.

"Eh nak Hellena....sudah lama nggak pernah kemari, siapa ini ?" Tanya sang pemilik warung.

"Dia suami saya Pak !". Jawab Hellena tanpa ragu-ragu mengakui Radit sebagai suaminya. Terlihat senyum kecil disudut bibir Radit.

Ternyata gadis aneh ini mengakui aku sebagai suaminya. Batin Radit.

"Oh suaminya, tampan ya...selamat nak Hellena bapak doakan semoga cepat diberi momongan".

"Eh iya Pak.." Hellena tersenyum kikuk.

"Mau pesan apa ?". Tanya sang penjual dengan senyum ramahnya.

"Saya pecel lele sama es jeruk Pak ".

"Kamu pesan apa Radit ?".

"aa..aku saamain sama kamu ".

Kemudian pria paruh baya itupun pergi meninggalkan mereka. Suasana kembali diam, Radit sibuk dengan ponselnya sedangkan Hellena ia masih mencerna omongan bapak penjual tadi. Dalam otaknya berfikir bagaimana mungkin ia akan mempunyai anak, sedang sampai saat ini saja ia tak pernah disentuh oleh pria yang kini menjadi suaminya. Bahkan merekapun masih tidur terpisah, pernah sekali pria itu mencium bibirnya, hanya sekali dan sepertinya itu adalah hal biasa bagi Radit namun tidak untuk Hellena. Tanpa ia sadari pesanannya sudah ada didepannya. Tanpa menunggu lama ia lasngsung melahap makanan itu tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya. Radit mengerutkan dahinya melihat Hellena yang makan sampai belepotan. Ia mengambil tisu dan mengusapkan ke ujung bibir mungil sang istri.

"Kalau makan pelan-pelan sayang, duh sampek belepotan kayak gini".

Radit tak menyadari dengan apa yang baru ia katakan tadi. Hellena yang mendengar itu membelalakkan matanya serta menghentikan makannya.

"Kenapa behenti?". Radit yang bingung karena Hellena kini menatapnya dengan intens dan ia segera menarik tangannya dari bibir gadis itu.

"Kau bilang apa tadi, sayang ? Apa aku tidak salah dengar hah ?". Hellena mengerutkan dahinya.

"Aaku tidak bilang seperti itu...ah sudahlah lanjutkan saja makanmu...mungkin kau tadi salah dengar, mana mungkin aku bilang seperti itu ". Radit menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

Mana mungkin aku salah dengar, jelas-jelas aku tadi dengar kalau tadi ia memanggilku "sayang", ah tapi ya sudahlah orang seperti dia mah bebas mau ngomong apa aja. Batin Hellena.

Aduh kenapa aku tadi bisa keceplosan sih bilang seperti itu, aku akui memang Hellena itu cantik, tapi masa iya aku sudah jatuh cinta sama gadis bawel seperti dia, enggak...enggak..ini enggak boleh terjadi. Batin Radit

******

Sekarang menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka pulang setelah menghabiskan waktu di taman kota dan terdapat sungai besar disana. Entahlah Radit tak bisa menolak permintaan Hellena untuk pergi ke tempat favoritnya itu. Padahal selama ini ia sangat cuek dan bersikap dingin namun belakangan ini ia berubah. Seakan Hellena adalah sebuah magnet yang bisa menarik hati Radit.

Mereka sudah sampai di depan rumah, namun Hellena tertidur pulas dengan posisi tidur yang tidak nyaman. Karena tidak tega membangunkan gadis itu, Raditpun menggendongnya didepan. Riko satpam rumah mereka membantu membukakan pintu. Ia menaiki tangga dan menuju kamar Hellena.

Setelah menidurkannya ia menarik selimut itu sampai atas dada.

Deg....

Entah kenapa jantung Radit berdetak lebih kencang dari biasanya. Melihat Hellena yang tertidur pulas ingin rasanya ia melakukan sesuatu. Sebagai pria normal ia paham betul, mungkin jika orang lain yang ada diposisinya pasti akan melakukan hal yang sama. Namun Radit segera menepis pikiran kotor itu. Cepat-cepat ia keluar dari kamar Hellena dan menuju kamarnya sendiri.

Bersambung...

(⌒o⌒)(⌒o⌒)

Sampai disini dulu yaaa dear...
Maaf karena saya terlalu sibuk jadi baru sempat update..

Jangan lupa untuk vote dan koment

Update : 16 - 04 - 2018

Stay By My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang