Jiae memalingkan wajah dengan ekspresi tidak menyenangkan. Melipat kedua tangan di depan dadanya telah menjadi kebiasaan gadis itu jika tengah merajuk seperti sekarang.
Baekhyun memijit pelipisnya, karena lagi-lagi kekasihnya itu mendiaminya dari awal dia mengajak Jiae untuk pergi berkencan sampai ketika mereka telah tiba di lokasi salah satu bioskop yang cukup jauh dari keramaian. Namun, gadis itu masih enggan berbicara dengannya.
Baekhyun menghembuskan nafas panjang. Sebelah tangannya bergerak dan mengenggam tangan Jiae dengan lembut hingga membuat gadis itu menoleh padanya.
"Maaf. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku berjanji lain kali aku akan mengajakmu ke tempat yang lebih bagus dan lebih romantis dari tempat ini."
Alih-alih menjawab, Jiae menarik tangannya kembali. "Aku tidak masalah dengan tempatnya. Tapi aku hanya kesal karena kau tidak memberitahuku dari awal, kalau kita akan pergi berkencan tengah malam seperti ini. Baekhyun, aku mengantuk. Memangnya kau ingin kekasihmu ini menjadi zombie karena tidak tidur semalaman."
Baekhyun terkekeh geli setelah mendengar alasan Jiae itu.
"Jadi kau marah karena itu?"
Jiae mencebikkan bibirnya. "Tentu saja! Lagipula kau sangat aneh. Mana ada orang pergi ke bioskop di tengah malam begini. Dan membuatku semakin kesal, sampai kapan aku harus menunggu di dalam mobil? Katanya mau menonton film tapi dari tadi kita tidak beranjak dari sini."
"Sebentar lagi. Hanya 15 menit menunggu. Tidak akan lama." ucap Baekhyun yang sebelumnya telah mengatakan hal serupa berulang-ulang sampai membuat Jiae jengah.
"Bagaimana kalau kau tidur terlebih dahulu, nanti aku bangunkan." lanjut Baekhyun mencoba menghilangkan kekesalan kekasihnya. Tapi sayangnya mood Jiae sudah hancur karena terlalu bosan menunggu.
Diam-diam, Jiae memperhatikan Baekhyun yang tampak begitu gelisah sambil sesekali menoleh ke sekitar area parkiran. Ia menyadari pasti Baekhyun berusaha menghindar dari perhatian jurnalis foto yang selalu membuntuti para artis untuk mendapatkan berita.
Jiae mengulum senyuman. Ia baru sadar bila Baekhyun melakukan semua ini demi bisa mewujudkan keinginannya yang ingin sekali pergi berkencan.
Status Baekhyun memang tidak seperti pria pada umumnya yang bisa pergi kemanapun dan dengan siapapun yang dia suka. Seharusnya Jiae lebih bisa memahami posisi Baekhyun saat ini.
Jiae menyandarkan kepala di pundak Baekhyun sambil memejamkan matanya.
"Mochi-ku, terima kasih ya..."
Baekhyun tersenyum, lalu merangkul tubuh Jiae untuk lebih merapat padanya. "Bukannya kau sedang marah padaku? Kenapa tiba-tiba mengucapkan terima kasih?"
Jiae mengecup pipi Baekhyun dengan lembut hingga membuat Baekhyun tersenyum simpul.
"Hanya ingin mengatakannya saja. Aku senang kau melakukan semua ini untuk mewujudkan keinginanku yang ingin sekali pergi denganmu. Aku pasti menyusahimu, kan?"
Baekhyun mengacak rambut Jiae dengan gemas. "Siapa bilang? Aku menyukainya. Aku sangat ingin membuat gadis manjaku ini senang. Jadi, apakah kau menyukainya?"
Jiae menggeleng dalam dekapan Baekhyun. "Belum. Kita saja belum melakukan apapun."
Baekhyun menggaruk tengkuknya. "Benar juga ya." Ia beralih pada arloji di pergelangan tangannya. "Sepertinya sudah waktunya. Ayo kita masuk ke dalam."
Jiae melepaskan pelukannya dari Baekhyun dan mengangguk setuju. "Oke!"
Jiae membuka seatbelt yang merekat di tubuhnya dan hendak membuka pintu mobil, namun Baekhyun tiba-tiba menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWANTED FANGIRL [Completed]
FanficByun Baekhyun menyadari hidup menjadi idola tidaklah mudah. Bukan hanya berbekal kemampuan, fisik dan kerja keras, tapi juga tanggung jawab untuk selalu memberikan yang terbaik bagi penggemarnya. Namun, mengapa dari jutaan penggemarnya di luar sana...