Jalan-jalan[4]

526 35 17
                                    

"Kenapa lo ngehindar dari gue?"

"Risih."

Aksa bungkam. Kata kata dalam pikirannya menghilang gadis dihadapannya ini sungguh jujur sangat sangat jujur.

Seperti biasa Savana tidak suka menunggu Aksa untuk mengeluarkan suara. Ia berjalan begitu saja melewati bahu Aksa dengan tenang.

Aksa hanya bisa melihat punggung Savana yang mulai menjauh.

"Risih?" Gumamnya.

***

"Cepet amat bang pulangnya." Ujar Adis yang melihat Aksa pulang dengan tatapan kosong.

"Risih?" Balasnya.

"Hah?" Tanya Adis yang tidak mengerti dengan yang di katakan Aksa.

Aksa hanya diam menatap kosong kedepan. Ia mulai beranjak dari tempatnya untuk berjalan kearah kamar.

***

Cewek mana yang berani bilang gitu ke gue? Gue ganteng gini masa dia gak suka? Gue berani taruhan kalau gini caranya. Gue harus dapetin dia. Batinnya dalam hati.

Seorang laki laki harus menepati janjinya karna hanya seorang banci yang melanggar sebuah janji. Prinsip itu sudah diterapkan Aksa dari dulu dan membuatnya percaya diri tingkat dewa.

Tok..tok..

"Masuk!"

"Bang ada kak Amel." Ucap Adis.

"Suruh kesini aja."

"Iya."

***

"Masuk aja katanya." Ujar Adis menyampaikan kepada Amel yang berdiri di ambang pintu.

Setelah dibalas anggukan oleh Amel. Adis mengantarnya ke kamar Aksa.

"Sa?" Panggil Amel.

"Apa?"

"Putus."

Hening. Aksa berfikir bagaimana bisa? Salah apa?.

"Kenapa?"

"Bosan."

Aksa tersenyum picik. Entah apa yang ada dalam pikirannya ia ingin sekali menyeret orang ini keluar.

"Gue barang?"

"Ng-nggak gitu maksud aku. Aku cum--"

"Keluar."

Amel terdiam. Perlakuan macam apa ini apa dia di usir? Tentu. Walau ia sadar akan kata kata sebelumnya yang ia lontarkan.

"Makasih atas kejujurannya. Silahkan keluar." Ucap Aksa tenang sembari menunjukan pintu dengan telunjuknya.

***

Amel berjalan gontai. Begitu bodoh dirinya sama seperti keputusannya. Bosan? Tidak, dia tidak bosan dengan hubungannya itu dia hanya ingin menjadi sahabat Aksa dia tidak ingin menjadi mantan yang hanya menjadi memori suram.

"Bodoh gue bodoh." Lirihnya.

Drtt..drtt..

Bunyi yang tak asing bagi kaum remaja itu berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk. Mata Amel seketika membulat.

"A..Aksa?"

Tanpa pikir 2 kali Amel langsung mengangkat panggilan itu dan mengarahkan ponselnya ke telinga kanan.

Hallo

Suara diseberang sana membuat senyum Amel terangkat.

"Ha..hallo?"

Tunggu disana

"I...iya"

Beepp..

Panggilan diputus sepihak oleh Aksa.

***

Deru motor yang mulai mendekat membuat Amel mengangkat wajahnya melihat si empunya motor berhenti dihadapannya.

"Naik." Ucap Aksa dingin dan menatap wajah Amel tajam.

"I..ya." jawab Amel yang masih tertunduk tak berani untuk menatap wajah Aksa.

Selama perjalanan Amel tidak berani bertanya kemana tujuannnya akan pergi begitu juga Aksa yang tidak memberitahu kemana mereka akan pergi. Hanya suara detak jantung dan deru motor yang terdengar. Mulut mereka seakan bisu untuk bicara.

Ciitt...

Suara rem yang begitu jelas terdengar mengadu dengan aspal. Amel mengangkat wajahnya untuk melihat kesekitar.

Taman? Tanya dirinya.

"Turun." Lagi lagi intonasi nya sama datar dan dingin. Amel hanya bisa menurutinya.

"Jelaskan." Ucap Aksa. Tatapannya menatap Amel tenang tidak seperti tadi tajam dan menakutkan.

"A..aku g..gak pengen jadi pacar pengennya s..sahaba..bat." jelas Amel yang masih tertunduk. Kakinya seakan bergetar hebat dan mulai menangis.

"Ma..af." Lirihnya di sela isak tangis.

"Jangan nangis." Ucap Aksa melembut.

"I..ya."

Amel yang tidak mengikuti kata kata Aksa terus menangis.

"Peluk aja gue." Ucapnya datar yang dibalas anggukan oleh Amel.

"Maaf sa maafin gue."

"Gak pa pa. Lo bukan pacar gue tapi lo tetep milik gue."

"Makasih."

"Pulang?" Tanya nya yang dibalas anggukan Amel.

"Beli ice cream." Ucap Amel marajuk.

"Pulang mel udah sore."

"Gak mau pengen ice cream." Rengeknya lagi.

"Kalau hujan nanti gimana?"

"Kan ada kamu." Ucapnya sembari tersenyum senang.

Aksa hanya membalas senyumannya dengan cubitan di pipi Amel membuat Amel memajukan bibir tanda tak suka.

"Untung bukan pacar." Ucap Aksa yang membuat Amel memaparkan wajah bingung.

"Emang kenapa?" Tanya nya dengan meletakan tangan di atas dada.

"Bukan cubitan yang aku kasih tapi ciuman."

"Kamu mah modus namanya."

~Savana~

Satu Vote,Comment,dan Follow dari kalian itu sangat berharga.

Follow instagram:@rima_rls
Dan wattpad ku juga.

Masih belum dapet feelnya yah?tenang aja ini baru permulaan.

Pantengin terus buat part berikutnya ok.

Salam Savana guys.

SAVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang