Berubah[13]

369 16 0
                                    

Seperti hari sebelumnya Aksa kembali menjemput Savana karena merasa sudah mendapatkan lampu hijau akan perubahannnya.

Tapi dengan perubahan itu Aksa juga tidak akan berbuat seenak jidat padanya.

"Siap?"

"Iya."

Aksa menancap laju kendaraannya. Agar mudah sampai dan tidak kembali di hukum seperti kemarin. Aksa memang senang akan perubahan Savana pada dirinya tapi sungguh lain dengan hatinya. Seperti tidak menyetujui jika Savana berubah.

Kendaraan Aksa sudah masuk ke pekarangan sekolah. Selama perjalanan Savana hanya diam dengan wajah datarnya dan Aksa memilih bungkam.

"Makasih."

"Iya, pulang mau bareng gue?"

"Iya."

Canggung rasanya jika Savana berprilaku seperti itu. Aksa memang ingin dekat dengan Savana tapi ia juga tidak ingin karna dirinya Savana merasa tidak nyaman.

Aksa yang hanya bisa mengikutinya dari belakang dan melihat Setiap gerak gerik Savana. Savana tidak hanya merubah sikap untuk dirinya melainkan dengan orang di sekitarnya.

Dia selalu tersenyum padahal dibalik itu semua dia sedang meratapi kesedihannya. Batin Aksa.

***

Didalam kelas yang dominan ramai ini membuat Savana risih. Topeng yang sudah dia buat sejak malam bisa bisa hancur karna ini. Tidak ingin semua sia sia ia menenggelamkan wajahnya pada meja mencoba tenang dan tertidur.

"Lo jahat!"

"Liat muka gue Savana!"

"Gue adik lo!"

"Gue kembaran lo!"

"Perkenalkan nama gue Syakira Adeline dan ini kakak gue Savana. Dia kakak adalah kakak terbaik gue."

"Pergi kak lo harus selamat."

"Gue baik baik aja."

Semua kalimat itu berhasil membuat Savana ambruk. Dia langsung menendang semua yang ada di sekitarnya layaknya orang yang sangat sangat ketakutan. Semua yang ada di sekitar memandang aneh bingung dan kaget. Pasalnya apa yang terjadi dengan Savana sangat sangat membingungkan toh dia sedari tadi hanya diam.

"Gue jahat!"

"Gue jahatttt!"

Savana terus meneriaki dirinya sendiri. Semua kata yang ada dalam pikirannya membuatnya teringat akan masalalu kelamnya.

Tidak ada yang membantu. Mereka hanya menonton. Tapi ada saja yang sempat membuka handphone untuk mengambil vidio.

"Vana!" Panggil Angel yang baru saja datang bersama Anji dan Rey.

"Lo kenapa?" Tanya nya mencoba menenangkan.

"Gue. Jahat. Lo. Jauh. Jauh. Dari. Gue. Atau. Lo. Mati!" Ucap Savana menekan semua kata yang ia ucapkan.

"Dengerin gue! Gue gak bakal mati ditangan lo. Lo! Jangan gila!"

Savana hanya diam seolah olah ini bukan dirinya. Pikirannya berhasil membuat tubuhnya tidak terkendali.

***

"Sa kantin ayok." Ajak Amel sembari menarik tangan Aksa untuk menurutinya.

"Nggak gue males."

"SA!! AKSA!!!" Teriakan yang sangat familiar bagi Aksa membuat dirinya tidak terkejut dan hanya menoleh malas pada si pemilik suara.

"Apa." Ucap Aksa pelan hampir tak terdengar.

"Kelas X IPA 1 rame kayak pasar malem."

"Terus?"

"Gara gara cewek lo."

"Cewek gue? Siapa?"

"Sa..sa.."

"Sasa?" Tebak Amel ngasal.

"Sa..vaa" Dengan ragu ragu Gion mengucapkannya dan berusaha untuk mengingat.

Tanpa mendengar ucapan selanjutnya Aksa langsung berlari meninggalkan 2 sahabat nya. Tanpa pikir panjang Aksa langsung menerobos segerombolan yang ada di hadapannya. Ternyata bukan hanya di penuhi kelas X melainkan kelas lain pun ikut menonton. Membuat Aksa kesulitan untuk masuk.

"Lo semua gila!" Bentak Aksa yang berada di tengah tengah lahan kosong.

Seketika ruangan yang ramai menjadi hening karna bentakannya. Siswa siswi yang sedang mem vidio kejadian itu pun langsung menyimpan handphonenya agar tidak dibanting oleh kemarahan Aksa. Wajah yang merah dan tangan yang terkepal kuat itu membuat siapa saja enggan untuk mendekatinya.

Aksa berjalan ke arah Savana yang sedang meringkuk ketakutan ia langsung membopongnya dan menjauh dari ruangan itu.

***

Tak disangka ternyata Savana tertidur saat sedang di bopong Aksa. Membuat Aksa sedikit melega.

Aksa berniat membawanya pulang kerumah tapi apa yang akan dikatakan Aksa kepada bang Sadam. Bisa bisa ia mati seketika di tangan kakak gadis itu.

Tidak ada pilihan lain selain membawanya pulang kerumah miliknya. Itu satu satu nya jalan aman.

Aksa merasa bingung kembali. Savana tertidur dan hari ini Aksa membawa motor. Bagaimana caranya dia membawa gadis ini?.

"Bawa mobil gue aja." Ujar seorang lelaki yang ada di belakang dirinya.

"Bayar?"

"Gila lo sa lagi darurat kayak gini nanyain begituan. Bawa ni mobil keburu gue berubah pikiran." Ujarnya lagi.

"Ok deh, thank's."

"Yo.. jaga tu cewek baik baik. Langka itu."

Setelah menjawab nya dengan anggukan Aksa langsung membawa Savana masuk kedalam mobil dan langsung menancap gas kendaraan beroda empat itu.

Terima kasih untuk satya yang berbaik hati atas pinjaman mobilnya.

***

Aksa yang baru saja datang langsung di serang banyak pertanyaan dari mamanya. Tapi ia berusaha tenang dan langsung pergi ke kamarnya tanpa menjawab satupun pertanyaan itu. Ia langsung membaringkan Savana di kasurnya dan menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.

"Gue bakal jagain lo Na. Lo gausah takut akan kehilangan yang kedua kali."

"Gue cuma minta satuhal ke lo Na. Tolong jadi diri lo sendiri jangan coba coba sakitin hati lo demi kebahagiaan orang lain."

"Gue bakal selalu ada disaat lo butuh gue."

Dibalik semua kata kata itu jangan pikir Savana tidak mendengarnya. Setiap kata yang Aksa lontarkan Savana mendengarnya sedikit hatinya tersayat tidak menyangka Aksa akan berbuat seperti itu pada dirinya. Ingin rasanya ia menangis tapi waktu tidak mengizinkannya.

Gue cuma pengen lo jauh dari gue dan itu udah buat gue bahagia. Batin Savana.

~Savana~

Sesuai janji author hari sabtu author update.

Inget!! Terus vote , comment ,dan follow karena itu sangat sangat sangat berharga!

Harus selalu bersyukur karena pemerintah gak nyuruh kalian bayar buat vomment.

Follow instagram : @rima_rls

Salam Savana guys






SAVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang