"Savana!" Teriak sadam refleks membuat semua mata tertuju pada satu titik.
Rio. Rio melihat itu. Pelaku yang sama seperti dulu.
"Ketemu lagi?" Ucap rio meremehkan.
"Gak bosen jadi anak kecil? Mengulangi hal bodoh untuk kedua kalinya?"
"Semua udah berubah yo! Saya gak akan mengulangi kesalahan saya seperti dulu!" Ucap pria itu.
"Apa mau anda tuan?" Kata rio memancing.
"Stop ikut campur yo!"
"Jadi adik yang baik,ya."
Semua yang ada disana langsung menatap rio dengan kagetnya. Terutama sadam.
"Apa apaan sih. Adek gue itu adoohh." Aksa yang terlalu panik berlebihan mengeluarkan ke alay an nya.
"Om rio tolongin cepet. Berguna dikittt." Kesal aksa.
"Udahlah ray. Buat apa kamu lakuin itu. Toh, dendam kamu sudah terbalaskan kan? Kamu udah bunuh syakira. Terus ngapain kamu bunuh savana? Ingat ray anak kamu udah mati. Dan pelakunya bukan mereka."
"Bukti kak! Istriku gila karna mereka."
"Lepaskan savana. Akan aku jelaskan semua."
Ray terdiam rasanya apa keputusannya akan benar nanti? Entahlah.
"Omaygat demi langit sama bumi. Om ray yang ganteng nya sebelas dua belas sama om rio tolonglahh lepasin adik sadam. Sadam janji bakal jadi keponakan yang baik. Inget om, om udah dewasa udah tua harusnya om bisa berfikir lebih luas lagi."
Ray tetap diam. Semua diam.
Tentunya tak menyangka sadam se goblok itu bisa berbicara normal.
"Aksa." Tegur sadam ke arah samping. Tapi, aksa hilang seketika.
"Lah bocah satu ilang juga."
Disisi lain aksa berusaha menyelinap kearah ray berdiri. Tak disangka ray begitu cekatan. Ia mengganti arah pistol kearah aksa. Membuat aksa mundur jika tidak ingin terkena dinginnya ujung pistol.
"Jangan coba coba ikut campur!" Ancam ray.
"Saya tau om sakit hati karena keluarga om hancur. Saya ngerti gimana jadinya om. Tapi apa om ngerti perasaan savana selama bertahun tahun lamanya karena masa lalunya?. Seharusnya om sadar. Lelaki sejati gapernah bersifat banci!" Ucap aksa sarkas.
Skak
Ray perlahan menurunkan pistolnya. Tentunya ia merasa malu. Kenapa dirinya tidak sadar akan hal itu. Kenapa ia harus disadarkan oleh anak dibawah umurnya.
Ray berjalan menghampiri savana yang terlihat sangat pucat.
"Maaf. Saya hanya benci. Benci diri saya sendiri."
Savana hanya diam menatap kakinya yang tengah gemetar. Tidak menjawab ucapan ray sebelumnya.
Tanpa kata apapun Aksa langsung menarik savana dalam pelukannya. Niatnya yang ingin menenangkan savana malah hancur dengan balasan savana.
Savana langsung mendorong aksa menjauh. Namun, kakinya tak mampu menopang tubuh savana yang bergerak tiba tiba. Membuat ny tersungkur dan jatuh dengan posisi duduk.
"Jauh jauh lo semua dari gue!" Teriak savana.
"Na?" Bingung aksa.
"Gue bukan savana!!!"
Semua terkejut tentunya. Apa yang dimaksudnya?
"Buat lo!!! Savana punya salah apa sama lo! Sampe sampe lo bunuh dia brengsek!!!"
"Lo? Syakira?" Tanya aksa. Tapi tetap diabaikan savana.
"Maafkan saya." Hanya itu yang bisa ray ucapkan.
"Karena lo! Gue harus pura pura selama ini. Karena lo gue kehilangan orang yang gue sayang. Karena lo gue.." air mata menetes begitu saja. Membuatnya tak sanggup bicara lagi.
"Karena lo...Gua harus benci kakak gue sendiri. Gue selalu salah soal mikir. Gue selalu salah buat milih mana yang bener dan mana yang salah!"
"Itu semua karena lo! Karena lo!" Emosinya terus meluap luap. Hingga kesadarannya hilang. Ia tak sadarkan diri karena emosinya sendiri.
Sadam dan rio langsung berlari ke arah savana atau syakira?
Mereka langsung membawanya ke rumah sakit. Begitupun dengan ray yang wajahnya mulai memucat.
•••••••
Yaudah lahh yang penting up.
@___rieemmaa IG nih.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVANA
Teen FictionHidup yang tengah ada di sudut gelap ini harus ku apakan. Rasanya lelah ketika tak ada satupun orang yang ada didekatmu saat kamu memang benar benar jatuh. Dia Savana. Gambaran diriku di dunia nyata. Dan Aksa hanya sosok ilusi yang belum pernah dat...