6

1.8K 199 11
                                    

Dara's POV

Aku sudah kehilangan moodku sejak sore tadi. Aku terus-terusan memujuk Jiyong agar aku tidak ikut dengannya dan rombongan staf pribadinya itu untuk bertemu dengan teman-temannya yang sedang berada di Paris sekarang. Tapi dia tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"Tidak akan lama" ujarnya.

Sejak kapan dia bisa berkumpul dengan temannya dalam waktu singkat? Dilihat dari penampilannya, mereka akan pergi ke club malam dan pulang lewat dari tengah malam dengan keadaan setengah sadar.

Yah, Aku rasa.

Aku tadinya tidak sadar jika saja dia tidak membangunkanku yang berada di bangku van paling belakang saat kami sudah berada di depan Eiffel.

"Dara-ya" panggilnya.

Aku sengaja tidak meresponnya.

"Kau akan menyesal kalau kau tidak bangun sekarang" katanya setengah mengancam.

"Apa?" sahutku malas.

"Kau tidak ingin ke tempat ini? Sayang sekali, padahal aku sudah membeli lisensi untuk berfoto dimalam hari" ujarnya dengan mendramatisir nada bicaranya.

Aku menoleh kearahnya cepat, "lisensi untuk berfoto?" tanyaku lalu dengan cepat melihat keluar jendela van yang gelap itu.

Hampir saja aku memeluk Jiyong saat tau dia mengajakku ke menara Eiffel!

Eiffel Tower~~

"Ayo, keluar. Semuanya sudah berkumpul disana" katanya lalu keluar mobil mendahuluiku.

Astaga.

Kadang aku merasa sangat beruntung bisa menjadi makeup artistnya. aku bisa pergi ketempat yang belum pernah aku datangi sebelumnya. ya, walaupun aku harus tetap mengikuti jadwal padatnya itu.

"Cepatlah, noona!" ajak Seungri heboh.

"Eung!" aku berjalan cepat kearahnya.

"Kau sudah tidur, noona?" tanya Daesung saat aku sudah masuk kedalam kerumunan staf dan member.

Aku mengangguk, "iya. Aku belum terbiasa dengan jadwal kalian"

"Jangan lupa konsumsi suplemen, noona. Aku punya suplemen yang bagus kalau kau mau" tawar Daesung lagi.

"Tentu saja aku mau"

Jiyong yang entah dari mana tiba-tiba saja berada di belakangku, "kau mau berfoto disini?" bisiknya dari arah belakangku.

Aku hampir saja memukulnya kalau saja aku tidak sadar kalau itu adalah dirinya. Aku bisa saja mematahkan hidungnya atau membuat sebelah matanya lebam karena pukulanku.

Dia menarikku keluar dari kerumunan staf yang mulai berpencar disekitar menara Eiffel.

"Diam disini" perintahnya.

Aku berdiri ditengah-tengah keramaian orang yang berlalu-lalang itu. Bingung.

Dia mengatur jarak denganku lalu mengeluarkan kamera dari saku jacketnya, "senyum!" teriaknya.

Aku terpaksa tersenyum karena kaget. Kilatan lampu kamera membuat mataku terpejam.

"Apa ini! Harusnya kau bilang!" protesku.

Sementara dia terbahak-bahak saat melihat hasil jepretannya itu.

"Hapus!" teriakku protes sambil berlari kearahnya.

"Iya. Aku akan menghapusnya" katanya sambil tertawa. "Kesana lagi, aku akan mengambil fotomu ulang" katanya lagi.

"Kau sudah menghapusnya?" tanyaku meyakinkan.

SUPER STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang