Jiyong's POV
Aku masih terbayang bagaimana wajah kesal Dara saat aku memberitahunya tentang kalung itu.
"Kau harusnya mengatakan itu dari awal!" teriaknya mengejutkanku.
"Kenapa kau memarahiku?"
Aku pikir dia akan berterima kasih atau mengatakan sesuatu yang manis padaku.
"Harusnya kau berikan sesuatu untuk ibumu! Kenapa kau memberikannya kepadaku?"
Ck!
Dia benar-benar wanita yang tidak peka. Atau itu karena dia yang belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun?
Yah, aku mendengar beberapa gosip tentang itu.
Sampai dimana aku tadi?
Ah!
Hey! Aku memberikan semua gajiku pada eomma setelah aku membeli kalung itu untuknya.
Sebenarnya bukan masalah nilai dari kalung itu, tapi prosesnya. Aku mendapatkan itu semua dari kerja kerasku selama bertahun-tahun menjalani masa trainee yang tidak mudah. Berkali-kali aku ingin keluar dan berkali-kali juga aku meyakinkan diri kalau aku harus bisa bertahan sedikit lagi.
Kalung itu adalah bentuk dari rasa terima kasihku padanya. Karena dia yang memberiku motivasi terbesar saat aku hampir benar-benar menyerah kala itu.
Hari itu, aku duduk disalah satu sudut lapangan sekolah saat aku yakin semua orang sudah pulang. Itu adalah hari terberatku selama aku menjalani masa tranee. Beberapa masalah menghampiri grup yang direncanakan akan debut yang masih seumur jagung.
Mulai dari dikeluarkannya salah satu member yang lebih lama menjalani masa trainee karena tereleminasi hingga genre dari grup yang awalnya duo hip hop menjadi grup idol.
Aku benar-benar ingin keluar dari itu semua. Itu benar-benar diluar dari semua yang aku harapkan. Sampai aku bertemu dengannya saat pertama kali. Pertemuan itu bukan pertemuan seperti orang-orang biasanya.
Kesan yang aku dapatkan saat bertemu dengannya, dia adalah wanita yang unik sekaligus imut disaat yang bersamaan. Benar-benar unik.
Itu adalah hari pertamaku disekolah. Aku bertengkar hebat dengan sahabatku, Youngbae. Awalnya aku merasa itu adalah hari terburuk selama aku hidup.
"Kau menyebalkan!!" teriaknya keras dibalik pohon yang cukup besar untuk menyembunyikan tubuh kecilnya waktu itu mengejutkanku. Aku berdiri dari dudukku, menatapnya dari tempatku yang berada tidak jauh dari tempatnya.
"Kau menyebalkan, Dara!! Kenapa kau diam saja saat dirimu diejek oleh mereka?!" teriaknya lagi frustasi.
Aku hanya menatapnya dari tempatku berdiri. Dia benar-benar menyedot perhatianku waktu itu. Bagaimana bisa wajahnya tetap terlihat cantik bahkan saat marah seperti itu?
"Kau harus bersemangat seperti biasa! Tunjukkan pada mereka kalau kau masih tetap tersenyum walau telah ditolak oleh Jaejoong!" katanya lagi seorang diri.
Jadi dia baru saja ditolak oleh seorang lelaki, Lalu banyak orang yang mengejeknya setelah itu?
"Argh! Harusnya aku tidak menyatakan perasaanku dengan mudah seperti itu!" katanya lagi sambil mengacak rambutnya.
Dia tiba-tiba berdiri tegak, menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu mengepalkan kedua tangannya didepan dada.
"Tunjukkan pada dunia kalau kau adalah wanita yang kuat!!"
"Aku kuat!! Aku macan! Rroooaaarrr!!!"
Aku hampir tertawa kalau saja aku tidak mengingat bahwa aku sedang menguping pembicaraannya pada dirinya sendiri waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER STAR
Fanfiction"Apa memang seberat ini menjadi makeup artist dari seorang superstar seperti dirinya? Kalau aku tau, aku tidak akan mau menerima pekerjaan ini sejak awal! Apalagi setelah aku tau dia ternyata se-menyebalkan ini! Kapan nasib bisa berpihak padaku?"-Da...