Dara masih memainkan ibu jarinya sementara Jiyong masih menunggu penjelasan Dara dengan sabar.
"Jadi?" tanya Jiyong setelah menyibak tirai jendela.
Pemandangan langit malam kota Seoul menyambut Jiyong. Dia menatap gemerlap lampu dari atas rumahnya itu. Soonho mengantarkan keduanya ke Rabbit House setelah melihat mobil yang mencurigakan sedang mengikuti mereka.
"Apa mobil tadi itu paparazi?" tanya Dara berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Tenang saja, Soonho hyung akan mengatasinya" jawab Jiyong santai.
Jiyong duduk dihadapan Dara sambil menatapnya lurus, "Aku butuh penjelasan, Dara" katanya lagi lebih serius.
Dara melirik Jiyong sekilas lalu duduk tanpa bisa menatap Jiyong yang tengah memperhatikannya kini. Ia melihat kearah karpet dengan tidak fokus. Batinnya sedang berperang dengan logikanya. Masih menimbang-nimbang apakah dia perlu menjelaskan tentang semuanya.
"aku sebenarnya mengambil gambarmu itu sebagai ucapan terima kasihku waktu itu" mula Dara dengan gugup.
"Hah? Apanya?"
"Seunghyun benar-benar tidak memberitahumu tentang ini?" tanya Dara hati-hati.
"Tentang apa?"
"Isi dompetku" ucapnya pelan.
"Foto-fotoku yang ada didalam dompetmu itu?" tanyanya sambil tersenyum.
Dara terlihat melirik Jiyong sekolas, hendak protes namun ia tahan.
"Lalu? Kenapa kau tidak berikan saja padaku?" kata Jiyong setengah protes.
"Kau sibuk bersama teman-temanmu waktu itu, kau ingat?" timpal Dara cepat.
"Oh, begitu. Tapi bukannya kau punya banyak waktu setelah itu?" protesnya lagi.
"Aku berubah pikiran setelah itu" ujar Dara pelan sambil menatap kearah jendela besar yang ada dibelakang Jiyong.
"Setelah Youngbae mengenalkan kekasihnya waktu itu, saat aku menemukan diriku tersadar di apartemenmu....." Dara menggantung kata-katanya.
Jiyong mengerutkan dahinya, menunggu kelanjutan kalimat Dara dengan tidak sabar.
"....Aku baru menyadari bahwa aku selalu berdebar setiap menatapmu" jelas Dara lalu menundukkan wajahnya.
"Jadi aku berniat menyimpan fotomu untuk berjaga-jaga jika suatu hari aku merindukanmu" lanjutnya lagi.
"Kenapa? Kau bisa melihatku setiap saat!" kata Jiyong protes.
"Kau tidak akan tau sampai kapan aku bisa melihatmu!"
"Okay. Tapi kenapa juga kau harus menyimpan fotoku, kalau kau bahkan sudah memiliki hatiku sejak lama?" tanya Jiyong protes entah yang keberapa kalinya.
"Itu semua terasa tidak nyata, Ji!" sambar Dara cepat.
Dara menatap Jiyong, menarik napas sebanyak yang dia bisa lalu menghembuskannya pelan, "Bayangkan saja, seorang superstar sepertimu berkata bahwa kau sudah menyukaiku selama sepuluh tahun. Aku bahkan tidak mengingat apapun tentangmu! Aku sempat berpikir kalau aku mengalami amnesia atau semacamnya" jelas Dara panjang lebar.
"Tapi kau sudah mengingatku"
"Huh?"
"Kau memakai kalung itu setiap hari sejak bulan lalu" ia menunjuk kalung yang dengan setia bertengger dileher Dara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPER STAR
Fanfiction"Apa memang seberat ini menjadi makeup artist dari seorang superstar seperti dirinya? Kalau aku tau, aku tidak akan mau menerima pekerjaan ini sejak awal! Apalagi setelah aku tau dia ternyata se-menyebalkan ini! Kapan nasib bisa berpihak padaku?"-Da...