Selamat membaca💃
***Jika ditanya apa itu kencan?
Purna akan menjawab dengan nonton di bioskop. Karena itulah yang dia lakukan saat kencan dengan mantan pacarnya. Itu pun sudah lupa bagaimana rasanya kencan karena tidak melakukannya selama dua tahun terakhir ini. Dia akan kencan di siang hari setelah pulang sekolah, lalu kembali ke rumah sore hari. Tidak ada keluar malam saat dia masih sekolah. Orang tuanya sangat protektif.
Jadi kalau Kanser mengajaknya kencan sedangkan hubungan mereka saja tidak jelas, namanya jadi apa?
"Beneran nonton film horror?" Kanser bertanya kesekian kali sambil menunggu giliran tayang.
"Bapak nggak berani?" Sambil mengunyah popcorn, Purna melemparkan tatapan mengejek.
"Saya nggak keberatan, tapi kita bisa menonton film lain malam-malam begini. Atau kalau nggak pergi ke pasar malam, pameran lukisan juga boleh, main ke restoranmu nggak masalah."
"Nanti saya jadinya kerja, Pak. Bukan kencan!" protes Purna.
Kanser sedikit menunduk, menoleh ke Purna dan mengamati wajah itu dengan senyum geli. "Oh iya, kita kencan, ya?"
Purna kesal, dia menjejalkan popcorn ke mulut Kanser dengan gemas. "Bapak yang menyebut itu. Saya cuma ikut-ikutan."
Kanser berdecak. Dia memungut popcorn yang berhamburan di pangkuannya. "Kamu mengotori celana saya."
Keduanya tidak sempat berdebat lagi karena sudah harus memasuki studio. Kanser membuang pungutan popcorn lalu mengajak Purna berjalan bersamanya.
Satu hal lagi, dia mendapat persamaan dari kencannya zaman dulu dengan sekarang. Sama-sama tidak berpegangan tangan. Kalau dulu masih malu-malu, sekarang Kanser yang seperti tidak peduli dengan hal itu.
Purna, sih, bukannya berharap. Tetapi yang namanya kencan, kan ....
Atau jangan-jangan. Purna membelalak. Dia menatap Kanser yang duduk di sebelahnya dengan tenang. Apakah dia hanya menjadi kekasih bayangan saat lelaki itu menjalani LDR?
Astaga, kenapa dia bisa lupa dengan adanya Cheryl di sisi Kanser?
"Pak," panggilnya pelan.
"Ssst. Filmnya mau mulai."
Terpaksa Purna tutup mulut. Suara menyeramkan seketika membuat Purna mulai merinding. Realitanya, dengan peralatan yang mendukung, menonton film horror di bioskop lebih menyeramkan dibandingkan menonton dari layar 14" alias laptop.
"Aaaaaa ...." Purna tambah merinding. Teriakannya bersamaan dengan teriakan penonton lain. Dia menutup wajah dengan telapak tangan. Baru saja akan kembali menonton, sosok hantu menyeramkan kembali muncul.
Kenapa tidak ada habisnya, sih? Gerutu Purna dalam hati. Kalau hantunya muncul setiap detik begini, mana bisa tahu jalan ceritanya?
"Pak ...." Purna mencengkeram lengan kiri Kanser dan menggoyangkannya.
"Hm."
"Pulang, ya ...," pintanya.
Kanser berdecak. "Tadi bilangnya berani."
Kanser menunduk, mengamati wajah pias Purna yang mendongak menatapnya.
"Beda sensasinya. Di sini lebih nakutin, kalau di-AAAAA, BAPAKKKK!!!"
Hampir serempak, orang-orang di sana menoleh ke Kanser dan Purna, menggerutu masing-masing lalu hampir serempak pula kembali menikmati tonton menyeramkan itu. Kanser menjauhkan kepala Purna dari bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOMART!: Selamat Pagi, Selamat Datang di Egomart!
RomancePERSYARATAN MELAMAR DI EGOMART! - WANITA, USIA MAKSIMAL 22 TAHUN "Cek, umur gue baru 20." - MINIMAL LULUSAN SMA/SEDERAJAT "Cek aja deh." - BELUM MENIKAH "CEK BANGET! Boro-boro, gebetan aja kabur semua!" - JUJUR "Cek, eh ... uncek. Cek, deh. Kadang-k...